Aku lagi pengen banget up, jadi up deh. Hehew, seneng nggak sih kalian liat aku update terus? :>
**
Siap untuk penuhin komen di part ini?
CAST JERO JUDIKTA
**
Orang bilang dia mirip kelinci, giginya itu lho gemesin minta dituker tambah. Tampangnya emang gemesin tapi badannya bikin takut, nggak kayak anak sekolah umur 17 tahun, anaknya demen olahraga ikut ekskul basket sama voli, gimana nggak kebentuk badannya kalo kegiatannya aja bikin fisik makin jadi.
Cewek-cewek di sekolahnya udah pasti jadiin itu santapan sehari-hari, mandang dia kek nahan laper, ya kan Jero takut, berakhir dia jauhan kalo ada cewek keliaran disekitar dia, mojok aja lah daripada di grepe.
Jero pendiam, nggak banyak omong apalagi ngebacot kayak temennya si Miko. Dia diam aja gitu ngerespon kalo dibutuhin doang, katanya gini,
"Gue nggak mau nambahin polusi suara."
Kampret nggak sih? Miko padahal cerita panjang lebar kek sepanjang gerbong MRT. Ega temennya cuma ketawa ganteng doang, iya mereka sahabatan bertiga dari jaman SMP.
"Jero Judikta, silakan maju ke depan."
Jero langganan dipanggil pas upacara, bukan telat atau bermasalah justru berprestasi. Dia banyak nyumbang piala di bidang kesenian, hobinya ngelukis, fotografi. Karyanya pernah dipamerin di galeri seni ternama, cuma orang nggak banyak tau karena dia nggak pamer, diem aja gitu. Tipikal ikutin alur aja lah, urusan dikenal orang bodo amatan.
"Jer."
Jero melirik lalu kembali pada kameranya melihat hasil jepretan dia kemarin di Bogor, jalan-jalan sama Ega juga Miko.
"Gue pengen jadi lo masa."
"Apasih Ko? Nggak bersyukur ya lo jadi manusia, mau dikutuk jadi babi lo?"
Lupa bilangin, sekalinya bacot malah nyelekit dihati.
"Allahu.." Ega menepuk bahu Miko berulang kali, cowok ganteng itu yang paling normal sih diantara keduanya.
"Mulut lo Jer minta dijengkolin." Jero tidak peduli dia kembali fokus pada kameranya itu, hasil jepretannya lebih indah dipandang dari pada wajah Miko yang nyeselin abis. Nyolotin banget kalo kata dia.
Jero tipikal orang yang nggak suka kalo kehidupannya di bahas-bahas, dia benci banget. Kayak yaudah hidup lo, ya hidup lo. Hidup gue, ya hidup gue. Nggak usah ngurusin, nggak usah mau tau. Emangnya kalo orang tau, hidup dia bakal berubah? Mustahil kalau cuma penasaran aja, bukan emang dasarnya peduli.
Papa selalu bilang sama dia.
"Jero harus kuat oke? Seberat apapun hidup Jero, kamu harus kuat. Jangan banyak repotin orang lain selama kamu bisa atasin masalah itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
GADARA (END)
FanfictionFilosofi sederhana dari sebuah titik temu. Awalnya tak ada alasan untuk mengenal, namun semakin hari sebab tuk saling merangkul semakin tak tertahan. Puncak memang menjadi akhir dari perjalanan, tetapi bukan berarti ini menjadi sebuah akhiran. Tidak...