36

1K 151 19
                                    

Siap untuk penuhin komen di part ini?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siap untuk penuhin komen di part ini?

**

Awak media gempar dengan berita yang baru saja rilis pukul 2 siang tadi. Sejumlah wartawan memenuhi Bandara Soekarno-Hatta untuk meminta data lebih lanjut mengenai tragedi tersebut.

"Pesawat Qantas dengan nomor seri QF 42, rute Sydney-Jakarta. Diduga jatuh di perairan Laut Timor. Sejumlah 66 penumpang termasuk crew pesawat, terdiri dari 31 WNI terdaftar dalam penerbangan."

Berita yang kembali menggemparkan masyarakat pada pukul 4 sore, membuat keluarga korban berdatangan ke Bandara Soekarno-Hatta untuk memastikan berita tersebut. Termasuk Namu, Attala, dan Jero yang kini ikut berada disana lihat papan buletin berisi daftar penumpang.

Putra dan Hosea diminta untuk menjaga Yudha, dia tampak terguncang. Tangannya bergetar saat Attala genggam, buat Attala tidak kuasa menahan tangisnya. Rasa bersalah menguak, pupil matanya bergetar, dan suara Biru bergema di kepalanya.

Keadaan di dalam sangat tidak kondusif, Jero meminta Namu dan Attala untuk tidak memasuki kerumunan, dia akan menerobos dan mengambil gambar, daripada harus membuat matanya melotot keluar mencari nama Biru diantara 66 orang.

Mengambil napas panjang lalu menghembuskannya.

"Misi-misi! Air panas!"

Kakinya melangkah dengan berani tak ada keraguan, lengannya menyingkirkan orang-orang yang menghalangi jalannya, benar-benar definisi menerobos ya Jer.

Setelah mendapat foto, Jero segera keluar karena dirinya kembali di desak hingga hampir terjatuh ke depan.

Jero memberikan ponselnya pada Namu, berharap nama Biru tidak ada disana. Mata Namu bergulir dari atas ke bawah, meneliti jika nama yang diharapkan tidak ada disana.

51.  Mr. Sagara Xabiru - WNI

Nafasnya tercekat, perlahan mengangkat wajah memperhatikan wajah kedua saudara tiri didepannya. Saat Namu mengangguk ragu, Attala segera menyambar ponsel Jero untuk menyangkal kenyataan.

Matanya tidak bisa berbohong, tapi hatinya mengatakan jika Biru pasti akan baik-baik saja.

Dia serahkan ponsel pada pemiliknya, yang hampir saja jatuh jika Jero tidak miliki refleks yang bagus.

"Hp gue!" Batinnya.

Jero ikut melihat, nama Biru memang ada disana. Tapi, bukan berarti Biru menaiki pesawat itu kan?

"Abang, tenang. Tarik napas perlahan." Dielusnya punggung Attala, dia tampak sangat tertekan.

"Kita nggak tau Bang Biru benar naik atau nggak. Di situasi kayak gini kita harus tetap berpikir positif."

Namu mengangguk pelan. "Jero bener Ta, kita nggak boleh gegabah. Kita harus pastiin Bang Biru naik pesawatnya atau nggak."

Attala berusaha tenang, tapi maaf-maaf saja. Kakinya sudah seperti jelly sedari tadi.

GADARA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang