11

1.4K 192 22
                                    


HAIIIII

Mau kasih info, kalau minggu nggak updet berarti laptop aku masih mati:( karena chargernya rusak:(( ini mau beli charger baru.. mian mian. Sebagai gantinya hari ini aku updet cepet ngejar batrai laptopnya:)

Siap penuhin komen di part ini?

**

Menurut ramalan cuaca hari ini akan terang muncul matahari, dari mbah google gitu. Putra nih percaya sama gituan, kalo meleset paling sejam sebelum waktu perkiraan atau sejam setelahnya, pokoknya liat prediksi dulu jadi bisa siap sedia.

Dia udah siap rapih sama jaket denim pudar kesayangan dia, lagi-lagi kayak deja vu ngetok kamar kos Attala kagak pake lemah lembut, pakenya urat udah kayak baso depan komplek yang bikin dagingnya nyangkut di gigi.

"Ta! Anterin gue woi! Nanti gue traktir cilor depan indimei!"

Bukan Putra kalau nggak pake tanda seru. Harus! Mutlak!

Nggak bisa sabar, Putra buka pintunya kepala duluan yang masuk. Intip dalam melihat penghuninya yang ternyata sedang lipat selimut.

"Jero nggak disini?" tanya dia, perlahan masuk ke kamar Attala.

"Ngapain?" ciri khas Attala, bukannya menjawab malah balik bertanya.

"Ya tidur bareng lo lagi, kek waktu itu. Mana gue sempet mikir anu-anu."

Kegiatan Attala berhenti, kata 'anu-anu' bikin dia gagal fokus. Liat Putra bentaran, matanya melotot, ambil bantal Tutu trus dihantam ke muka Putra yang nggak ada persiapan terima serangan. Oleng bosqu.

Gedubrak aja udah.

"Anjing!"

Putra pandang Attala nggak percaya, antara kaget plus tega mukul cowok se-kiyowo macam dia.

Shut up!

"Elo Put, elo. Ya kali gue sama Jero- sinting otak lo Put, demi." Attala ambil Tutu di samping Putra sambil gibas-gibas Tutu seakan kena muka Putra tuh bukan keharusan, alias debu.

"Ya lagian, ambigu njir. Mana Jero nya kayak abis anuan-"

"Gue tepok bibir lo, jangan nangis ya."

Putra sontak tutup mulut rapat-rapat. Attala tuh beneran kalau ngomong, dia takut. Jadi iyain aja. Hehe.

"Jero udah gue anggap jadi adek gue sendiri, mana tega gue biarin dia tidur di kasur basah yang bahkan nggak layak buat dijadiin kasur?"

Putra berdiri, mengangguk membenarkan ucapan Attala, Jero juga seperti adik bagi dia. Adik yang terlalu banyak simpan hal tuk disembunyikan.

"Beliin dong, kasurnya-"

"-gue juga."

Putra nyengir, sumpah tangan Attala gatel mau lakban mulut sahabat gobloknya itu.

"Diem atau gue tepok?"

Putra mingkem, Attala balik beresin kasurnya lagi, lipat kaos-kaos mahal dia yang berserakan di lantai.

"Anterin mana?"

Attala memungut kertas-kertas tugasnya, tak merasa dapat jawaban dia melihat Putra yang duduk di kursi belajarnya.

"Anterin mana Put?"

Putra menggeleng, tanda tak ingin buka suara menjawab Attala yang mulai gondok dengan tingkah Putra.

"Anter mana njing?"

GADARA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang