Bakal panjaaaaang
Siap untuk penuhin komen di part ini?
**
Capek banget dari tadi pagi cosplay jadi kelinci. Kabur lari sana-sini demi menghindari terkaman harimau yang tiba-tiba lepas kendali. Mana akhirannya ke tangkap juga di taman, hadeuh.
Motoran nggak inget waktu, mana si Minggu goblok banget pake segala ngepost video dia pas lagi ngetrek dijalan. Kan, balik-balik dia dikacangin sama Attala, dia kira abangnya bakal terus ngacangin eh besoknya kerasukan aing maung, panik nggak tuh, ya panik pren.
Ke tangkap di taman sampai berguling di rumput gara-gara Attala tarik kupluk hoodie dia dari belakang, kepala dia nggak bercumbu sama rumput karena keburu di tahan sama Attala, kasian juga udah ditarik sampai kecekik eh sakit ubun-ubun pula, abangnya nggak sejahat itu, kalau jahat ya dia kabur.
"Mau kabur kemana pun, lo bakal gue cari Jer."
Diceramahin panjang banget, mau nangis rasanya. Eh nggak udah nangis dan berakhir tidur karena kecapean, padahal disuruh bersih-bersih sebagai hukuman.
Tidur cantiknya terganggu karena suara ketukan pintu yang brutal. Kucek-kucek mata liat jam udah sore, ini abangnya pada kemana coba.
"Sabar woi! Roboh pintu orang nanti!" Ntah seberapa besar suaranya, hingga suara ketukan itu menghilang. Melangkah menuruni tangga, hal pertama yang dia liat, ini rumah kos sepi. Dia di tinggal, fiks mereka balik bakal dia gebuk.
"Siapa?"
Keningnya berkerut, melihat pria dewasa dengan perempuan muda yang memperlihatkan raut berbeda, resah dan gugup.
"Putranya ada?" Tanya sang pria dewasa.
"Siapanya?"
Batinnya berteriak, "Buset abang gue punya sugar daddy apa abis hamilin nih cewek?"
"Saya Ayahnya."
"Putra nggak punya Ayah."
Anjir Jer
Gia yang sedari tadi menunduk, mengangkat kepala. "Gue Gia. Jey- Putranya ada?"
First off all, Jero memang belum pernah melihat Gia secara nyata, hanya sekilas potretan candid Namu dari medsos.
"Nggak ada. Ngayap sama abang gue, kalo mau ketemu besok lagi. Makannya janjian dulu."
Hum oke Jer, pengalaman ya?
"Ini dadakan Nak, boleh minta tolong hubungi abang kamu?"
Jero mengangguk, kemudian menutup pintu membuat keduanya terdiam saling pandang. Tamu diminta menunggu diteras tanpa disuguhi sesajian, Jero is another level.
Pintu kembali terbuka, kali ini lebih lebar dan tubuhnya bergeser mempersilakan tamu abangnya masuk.
"Mau minum apa?"
"Teh boleh Nak." Jero berjalan kearah dapur, kembali ke ruang depan dengan air putih biasa di atas meja untuk kedua orang itu.
"Tehnya nggak ada." Pria dewasa yang kini dikenal dengan nama Mikail tersenyum kecut melihatnya. Ketauan sekali jika lelaki muda ini tidak menyukai kehadirannya.
Jengah dengan situasi, dia memilih keluar duduk di teras sambil menunggu abangnya.
Suara motor berbarengan mengalihkan perhatiannya, ada Biru, Yudha, Namu, dan Hosea datang dengan keringat sebiji jagung di pelipis mereka.
"Loh? Loh? Kok malah kalian yang dateng?"
"Gue sih denger bakal ada keributan, jadi gue mau liat." Sahut Biru berjalan dengan tripod ditangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GADARA (END)
FanfictionFilosofi sederhana dari sebuah titik temu. Awalnya tak ada alasan untuk mengenal, namun semakin hari sebab tuk saling merangkul semakin tak tertahan. Puncak memang menjadi akhir dari perjalanan, tetapi bukan berarti ini menjadi sebuah akhiran. Tidak...