Hai maaf baru bisa update, udah mulai sibuk nich, tugas bertumpuk udah mulai ptm full juga, sama kan ya kita wkwk, nikmatin aja, nggak kerasa nanti kayak aku udah mau lulus:(
Siap penuhin komen di part ini?
**
"Woi kunyuk! Bukan disitu gambar garisnya!"
Kamar kos Jero ramai hari ini, kedatangan tamu yang seharusnya tidak di undang. Beruntung penghuni kos yang lain sedang balik ke kampungnya masing-masing. Mau rusuh, tawuran dalam ruangan pun kayaknya nggak masalah.
"Lelet banget lo upil badak, sini lah gue aja." Weda merebut paksa pensil dalam genggaman Vaiz. Keduanya ribut sekali padahal hanya diminta Jero untuk menggambar di kertas ukuran A4 sedangkan dia sendiri menggambar di kertas A3.
Tugas gambar ruang terbuka, satu kelompok tiga orang dan naasnya Jero harus sekelompok dengan Weda juga Vaiz yang notabene orang yang sangat ia harapkan untuk tidak sekelompok. Tapi sudah terjadi, Jero cuma bisa pijat pelipis.
"Jangan miring-miring bangsat. Juling mata lo?!" Vaiz memukul lengan Weda dengan penggaris, tak terima Weda membalas.
"Ya nggak usah mukul pake penggaris anjir, panas kulit gue!"
"Ya lo duluan ya njir bikin gue emosi."
Adu cekcok lah tuh, Jero pusing banget. Gambar dia udah setengah jadi dan keduanya masih jalan kurang dari setengah miliknya.
"Bisa diem nggak sih kalian? Nggak niat ngerjain tinggalin biar gue yang kerjain."
Weda dan Vaiz langsung diam mereka berbicara pelan walau masih sedikit adu mulut. Jero geleng-geleng kepala aja. Setidaknya ia kembali fokus untuk menyelesaikan yang satu ini, karena tugas jika ditunda pasti akan ada tugas lainnya yang datang.
Nggak juga sih, dia dari dulu emang udah rajin. Masih ingat soal pertukaran pelajar ke Jepang? Jero menolaknya, karena kejadian itu. Kondisinya tak cukup stabil untuk pergi ke negeri orang, yang ada dia bisa buat masalah.
Lalu urusan orang tuanya, mereka berpisah tiga hari setelah dia tahu fakta menyedihkan yang harus ia terima.
Jero meletakkan kaca mata, menguceknya lalu kembali memakainya. Keseringan baca buku juga lihat layar ponsel buat dia pakai kacamata, walau kadang di lepas.
Weda dan Vaiz masih menggambar kali ini lebih anteng, mungkin setelah mereka melihat gambar Jero yang sudah setengah jadi.
Jero sebenarnya berteman dekat dengan Weda juga Vaiz, teman tongkrongan. Mereka asik, receh, kan dia jadi betah. Tapi kalau urusan tugas, mereka tidak bisa diajak kerjasama. Seperti sekarang mereka lama sekali menggambarnya.
"Jer, lo tau nggak? Kak Lilis kan suka sama lo." Ujar Weda, buat Jero alihin pandang ke dia. Raut wajahnya biasa aja tuh, malah keliatan kayak bosen.
"Kak Lilis yang kayak bule sama semok itu Da?" bukan Jero itu, melainkan Vaiz. Weda mengangguk, dia melihat Jero yang kembali menggambar.
"Gimana Jer?"
Jero menghela napas berat. "Apanya yang gimana?"
Weda dan Vaiz saling berpandangan. Tidak bersyukur sekali Jero ini, mereka aja harus gelar tiker bawa sesajen buat dapet gandengan.
"Lo gak demen?" tanya Vaiz, dia nih penggemar berat Lilis, tau temennya disukain Lilis tuh jadi kesempatan dia buat dikenal Lilis.
"Nggak, biasa aja."
Vaiz menepuk jidat, capek sama Jero yang tiap di comblangin bilangnya gitu-gitu mulu.
"Lo.. anuan ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
GADARA (END)
FanfictionFilosofi sederhana dari sebuah titik temu. Awalnya tak ada alasan untuk mengenal, namun semakin hari sebab tuk saling merangkul semakin tak tertahan. Puncak memang menjadi akhir dari perjalanan, tetapi bukan berarti ini menjadi sebuah akhiran. Tidak...