Hai guys maaf kemalaman:(
Q&A libur dulu:)Siap untuk penuhin komen di part ini?
**
Tak tahu bagaimana, aku tanpa dirimu
Tak pernah terbayangkanKapanpun, dimanapun, dia tidak pernah absen dari kegiatan pamer suara. Mereka mengakui jika suara manusia ini memang sangat mubazir untuk diabaikan.
Orang-orang dikampus mengenalnya dengan sebutan angelic voice selain julukan kelinci berotot atau tangan emas, angelic voice jadi yang paling terkenal buat cowok satu ini.
"Jer gue request lagu bisa ngga, Jer?"
"Bisa, satu lagu gocap."
"Anjing, korupsi lo."
Jero mengendikkan bahu bersandar pada kursi, hari ini dua puluh orang perwakilan fakultasnya dipanggil untuk menghadiri sebuah galeri seni di Bandung, tentu saja seorang Jero Judikta menjadi salah satunya.
"Kemurahan itu buat suara sebagus gue." Matanya tidak bisa diam, sedari tadi tengok sana-sini mencari sesuatu.
"Gocap bisa buat makan warteg lima kali anjir, lo mah enak yang punya abang tajir tinggal minta, lah gue!"
"Sirik amat lo." Tubuhnya spontan berdiri dengan tangan melambai saat yang dicari terlihat batang hidungnya.
"BRO GUE DISINI!"
Pahanya ditepuk keras hingga ia mengaduh sakit, Minggu disebelahnya sembunyikan wajah pakai buku menahan malu, sebab suara Jero buat keduanya menjadi tontonan.
Sosok yang ditunggu Jero sedari tadi ikut duduk disamping Minggu yang tersisa kursi kosong disampingnya.
"Siapa Jer?"
Cowok disisi kiri Minggu mengulurkan tangan. "Gue Altara, panggil Al aja."
Minggu mengangguk dan membalas jabatannya. "Panggil Minggu."
Minggu memindai orang baru disebelahnya, badan tinggi, kulit putih, mata tajam, rambut dark brown dan jangan lupa ada tindik ditelinga kanannya. Dia berbisik pada Jero.
"Lo nemu nih orang dimana?"
"Waktu itu pas motoran, lo lagi ke toilet, gue ketemu dia katanya satu kampus plus fakultas sama kita, trus mutualan twitter deh." Balasnya, melirik Al yang tersenyum tipis kearahnya.
Minggu mengangguk, kayak baru keluar dari goa, dia yang biasanya update jadi linglung liat orang macam Altara yang aura artisnya kental banget.
"Jer, kapan motoran lagi?" Pertanyaan Al bikin Jero garuk kepala.
"Waduh, siaga tiga. Nggak dibolehin sama abang gue."
"Serius? Berarti kemarin lo diem-diem dong?" Jero memberikan satu jempol sambil nyengir.
"Eh, lo ke Bandung dibolehin kagak njir? Ini dadakan banget gila nanti malam berangkat."
Jero menepuk dahinya lupa, gawat sekali. Ingin menghubungi abangnya keburu pak dosen masuk, diurungkanlah keinginannya itu.
"Lama nggak sih ini?" Bisiknya pada Minggu.
"Gue rasa iya." Jero menghembus napas panjang, daftar kegiatan sore ini padat sekali.
Berkunjung ke rumah sakit sekaligus kasih vitamin titipan bunda untuk Namu yang kemarin sudah pulang ke Jakarta, lalu mengemas barang, dan menghubungi kedua abangnya. Dia tidak janji sih dengan Putra, karena hari ini doi harus menyelesaikan tugas mingguan bersama kelompoknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GADARA (END)
FanfictionFilosofi sederhana dari sebuah titik temu. Awalnya tak ada alasan untuk mengenal, namun semakin hari sebab tuk saling merangkul semakin tak tertahan. Puncak memang menjadi akhir dari perjalanan, tetapi bukan berarti ini menjadi sebuah akhiran. Tidak...