4. Kartu undangan

19 4 0
                                        

"Haru!"

Pemuda dengan Hoodie ungu yang bagian lengannya sedikit terlingkis itu mendadak terhenti oleh suara seseorang yang memanggilnya dari arah belakang. Haru berbalik badan sehingga kini netra nya menangkap sosok yang sedikit berlari menuju ke arahnya.

"Iya?" Jawab Haru sekaligus bertanya maksud dari orang ini memanggilnya. Sejenak orang tersebut diam, tetapi kemudian mengambil sesuatu dari dalam tas nya.

Dengan senyuman merekah, orang itu menjulurkan sebuah kertas berhias cantik kepada Haru, hingga sang empu sedikit kebingungan. Haru mengerutkan keningnya. "Ini apa?" Tanya Haru, kalau itu surat cinta Haru sih sudah sering menerimanya. Tidak pernah ia baca, pasti langsung dibuang atau kadang Haru lupa saat memasukkan surat cinta ke dalam sakunya berakhir surat itu tercuci dengan mengenaskan. Atau terkadang Sema yang membacanya sembari menertawakan Haru.

"Undangan birthday party." Ucapnya.

Haru semakin memperjelas kerutan di dahinya. Ia mengusap rambutnya ke belakang sembari menatap kartu undangan itu. "Kita kenal?" Tanya Haru bingung. Pasalnya Haru tidak tahu nama gadis di depannya ini, atau mungkin Haru lupa? Entahlah, tapi aneh saja tiba-tiba dirinya diundang begini. Kalau ada Sema disini pasti gadis itu akan berkata 'salah sendiri famous, banyak yang suka repot kan'

Gadis itu berdecak. "Gue Keyra, masa Lo lupa?" Haru memiringkan kepalanya sembari berfikir. Siapa tahu otak kecilnya menemukan Keyra dalam memori sebagai orang yang dikenalnya.

Namun beberapa detik berfikir dirinya tak kunjung mengetahui si gadis ini. "Keyra?" Ulangnya.

Keyra nampak mendengus. "Lo pernah nolongin Gue, masa Lo lupa?" Ucap Keyra tak percaya Haru dengan mudah melupakannya. Memang Keyra kurang terkenal ya? Bahkan adik kelas yang baru bersekolah disini rata-rata sudah mengenal Keyra.

Haru mengingat-ingat lagi, sesaat kemudian ia mengangguk. "Ah, itu Lo? Maaf Gue lupa." Ucap Haru, sebenarnya sih belum terlalu ingat siapa Keyra-keyra ini. Tapi biar cepat diiyakan saja. Haru masih ada tugas yang belum dikerjakan omong-omong. Tadi sih rencananya ingin mencari Sema, cuma gadis itu satu-satunya harapan Haru sekarang.

"Udah nih undangan buat Lo." Ucap Keyra sembari memberikan undangan ulang tahun itu. Haru menerimanya walau ragu. "Aduh, tapi Gue belum tau bisa dateng apa nggak." Sebenarnya hanya alibi, Haru sih suka dengan pesta-pesta begini, tapi agak canggung.

"Lo boleh kok ajak temen-temen Lo, biar Seru." Ujar Keyra yang peka. Kebanyakan yang Keyra undang itu anak IPA, mungkin ada beberapa anak IPS dan adik kelas yang Keyra kenal. Total mungkin ada seratus orang, bisa lebih sebab Keyra memperbolehkan tamu undangan membawa teman atau pasangan.

"Gue usahain ya?" Ujar Haru, ditutup dengan senyuman sebelum izin ingin pergi ke kelas. Walaupun faktanya nanti Haru akan mampir ke kelas sebelah dulu, meminta Sema mengerjakan tugas sosiologi nya. Gadis itu kalau berfikir dan menulis bisa sangat cepat.

Keyra mengangguk, tak lupa tersenyum. "Pokoknya jangan lupa dateng ya Ru." Ujar Keyra kepada Haru yang mulai menjauh. Respon pria itu hanya berbalik dan tersenyum singkat.

Pertemuannya sih singkat, tapi dampaknya kenapa besar sekali.

§§§§§

"Sema!" Sema yang tengah bermain ponsel mendongak saat suara familiar menghampiri rungunya. Game cacing yang awalnya seru mendadak ia matikan sebab orang di depannya ini lebih menarik.

"Ada tugas yang belum dikerjain ya?" Tanya Sema, Haru terkekeh. Ia mengambil tempat di depan Sema dengan posisi menghadap ke belakang, tepat ke arah Sema.

"Yaudah mana?" Haru memberikan bukunya kepada Sema. Gadis itu dengan cepat memulai mengerjakan soal-soal itu dengan telaten. Sementara si pemilik tugas memangku kepala dengan tangan kanannya. Memperhatikan Sema menulis menjadi kegiatan favoritnya setelah bermain game online dan sepak bola.

"Haru jangan liatin Gue gitu!" Tegur Sema masih fokus menulis. Walaupun begitu tetap saja gugup jika diperhatikan secara terus-menerus begitu.

"Mau coklat nggak?" Tawar Haru. Sema menggeleng dengan cepat. "Kenapa?" Tanya Haru bingung, pasalnya Sema dan coklat itu seperti soulmate. Tidak bisa dipisahkan.

"Coklatnya pasti dari fans-fans Lo kan? Terakhir kali Gue makan coklat dari Lo, besoknya Gue langsung di rukyah karena di coklatnya ada peletnya." Sahut Sema melebih-lebihkan. Gadis itu masih menulis dengan fokus padahal diajak bicara.

Haru tertawa sebentar. "Nggak kok, yang ini Gue beli sendiri." Ucap laki-laki itu lanjut mengambil sesuatu dari dalam tas nya. Sebatang coklat dengan ukuran besar kini menarik perhatian Sema. Gadis itu bahkan berhenti menulis padahal tinggal satu nomor lagi yang belum terselesaikan.

"Makasi Haru." Ucap Sema sembari menyerobot coklat di depannya. Padahal tadi gadis itu menolak mentah-mentah.

"Bisa buka nya nggak?" Tanya Haru, tanpa menunggu jawaban Sema, pria itu mengambil coklat itu lagi untuk membuka bungkusnya. Padahal kalau sekedar bungkus coklat sih Sema mampu membuka sendiri.

Tapi kali ini gadis itu tidak protes sama sekali, sebab fokusnya kini tertuju pada lembar kertas kecil berhias. Mirip surat cinta yang biasa didapatkan Haru, namun di depannya jelas tertulis undangan ulang tahun.

"Apa ini?" Tanya Sema sembari mengambil kartu undangan itu, lalu mengangkatnya ke udara. Haru memberikan coklat yang sudah ia buka bungkusnya kepada Sema. "undangan ulang tahun." Jawab Haru.

Sema menggigit coklat itu sembari meneliti undangan itu. "Keyra? Ini birthday party nya dia?" Tanya Sema dengan pandangan terkejut. Sesaat kemudian ia menatap Haru. "Lo kenal?" Tanya Haru. Sema mengangguk.

"Siapa sih yang nggak kenal Keyra, cantiknya udah terkenal seantero sekolah. Wah, gila sih Ru, ini tuh undangan limited edition." Haru hanya merespon seadanya. Tiba-tiba tangannya menjulur tepatnya pada sudut bibir Sema yang terkena noda coklat yang dimakan gadis itu.

Sema tidak terkejut sama sekali, undangan dari Keyra jelas lebih mengejutkan.

"Segitunya ya?" Tanya Haru.

"Iya, ini undangan kalo gue jual sama bucin nya Keyra, lima juta pasti laku." Ujar Sema. Haru terkekeh melihat kelucuan di depannya ini. Gadis itu bahkan tak lupa menggigit kembali coklatnya.

"Lo mau dateng?" Sema masih dengan mata membulat menatap Haru lekat-lekat. Ia kemudian mengangguk cepat. Tapi sesaat kemudian wajah antusiasnya berubah lemas. "Tapi kan Gue nggak diundang." Ujar Sema lemah.

Haru tiba-tiba mengambil buku di depan Sema. Lalu memasukkannya ke dalam tas.

"Haru, belum selesai." Ujar Sema. Haru tersenyum sembari berdiri dengan tas punggung yang ia sampirkan di sebelah pundaknya. Tak lupa mengacak rambut Sema sekilas. "Udah bel, gampang nanti Gue bisa nyontek." Ujar Haru.

Sema mengangguk.

"Ntar malem dandan yang cantik, Gue jemput. Lo ke pesta bareng Gue."

SEMESTA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang