21. Kebohongan

20 3 0
                                    

Sema menjalani harinya dengan lesu. Pelajaran tak lagi menarik di mata nya. Pun saat dering bel pulang menyapa rungu. Gadis itu berulangkali menghela napas. Wajahnya tak menampilkan tanda-tanda senang seperti teman-temannya yang lain.

Gadis itu agak malas berdesakan memilih meletakkan kepalanya pada lipatan tangan. Mengunggu teman-temannya keluar dari kelas. Sema memejamkan matanya sesaat, lelah mendominasi saat ini. Ingin segera pulang lalu merebahkan diri pada kasur empuknya.

Tadinya Sema ingin terpejam lama sampai sebuah tepukan halus menyambangi pipi nya. Sema membuka mata mendapati Haru sudah berdiri di dekatnya. "Udah bel pulang loh, Lo sakit?" Tanya Haru khawatir.

Sema segera bangkit lalu menggeleng. "Nggak kok, cuma capek aja." Ungkapnya. Haru meraih tas Sema, membawanya tanpa diminta. "yaudah ayo pulang." Ucapnya.

"Gue bisa bawa sendiri Haru!" Sema mengambil kembali tas nya. Lalu berjalan lebih dulu mendahului Haru. Pemuda itu lantas mengikuti gadis itu keluar.

Keduanya berjalan berdampingan, namun Sema semakin lemas kala mereka malah berpapasan dengan Keyra dan pemuda dingin teman olimpiade Sema, Desta.

Keyra dengan semangat menghampiri mereka. Menyala Haru dan juga Sema, seolah tak terjadi apapun diantara mereka di taman sekolah tadi.

"Haru, aku nggak bawa mobil, bareng kamu boleh?" Tanya Keyra. Panggilan aku-kamu dari Keyra semakin membuat Sema muak. Haru mengerutkan keningnya. "Tapi Gue bareng Sema, Gue juga nggak bawa mobil, Gue bawanya motor. Lain kali aja ya key?" Tawar Haru. Keyra mendengus kecewa. Gadis itu kini menatap Sema memberi kode. Demi apapun Sema telat menghindari tatapan itu, Sema menghela napas.

"Haru pulang bareng Keyra aja. Gue nggak apa-apa kok." Ucap Sema mengalah, memantik senyuman manis dari Keyra tetapi tatapan tidak suka dari Haru. "Kok gitu? Kan kita udah janji mau makan? Lagian kan Gue udah bilang mau ntraktir Lo kalo Lo menang kan?" Sema bergerak gelisah.

"Bisa lain kali kan? Kasihan juga Keyra nggak bawa mobil." Ucap Sema. Sementara si pengamat lain di samping Keyra menatap Sema. Menertawakan Sema dalam hati. Tidakkah Sema sadar jika dirinya tak jauh beda dari Keyra? Keduanya kan sama-sama tidak pakai kendaraan. Desta benar-benar muak dengan asmara rumit di depannya. Seperti drama dan ini membuat sakit mata.

"Lo juga kan nggak bawa kendaraan, nanti Lo bareng siapa?" Sema bungkam dengan perkataan Haru. Melihat Sema yang agaknya kesulitan menjawab, Keyra sadar ia juga harus membantu. Keyra mengamati sekelilingnya lalu pandangnya jatuh pada pemuda di sampingnya. Oh, astaga bagaimana Keyra bisa lupa jika ia tadi berjalan bersama Desta.

"Bareng Desta aja gimana Sema?" Si pemuda yang namanya dipanggil lantas menoleh, ingin protes tetapi keburu mendapat tatapan seperti memohon dari Keyra. "Bukannya tadi Lo bilang ada perlu sama Sema ya Des?" Desta menaikkan sebelah alisnya mendapati penuturan tidak benar dari mulut Keyra. Segitu inginnya Keyra pulang bersama Haru.

Keyra menatap Desta seolah meminta lelaki itu menuruti saja permainan ini. Desta menghela napas berat lalu mengangguk singkat membuat Senyum terbit di wajah Keyra.

"Yaudah, Gue bareng Desta aja." Ujar Sema. Kalau sudah begini Haru tak bisa melakukan apa-apa. Ia menatap lekat Desta. "Jagain Sema, kalo sampai lecet Lo habis." Peringat Haru. Desta berdecih dalam diam. Bahkan Keyra tak terlihat keberatan dengan perkataan Haru barusan. Menurut Desta ini bukan hubungan yang sehat. Sudah melenceng sebab sama-sama bodoh akan perasaan.

Haru kini beralih kepada Sema. Mengusap lembut surai gadis itu. "Sampai rumah kabarin Gue ya?" Ucap Haru lembut, memantik tatapan iri dari gadis yang kini berdiri di depannya. Menyadari itu Sema segera mendorong Haru untuk segera mengantarkan Keyra. Tak lupa tersenyum menatap kepergian mereka berdua.

Hingga kini menyisakan Ia dan Desta.

"Mau kemana?" Tanya Desta saat Sema berbalik arah.

"Mau ke depan pesen ojek online. Gue tau kok Keyra tadi bohong. Lo nggak bener-bener ada perlu kan sama Gue?" Tanya Sema. Desta diam, itu artinya benar.

Sema kembali berbalik. "Lo pulang bareng Gue!" Suara baritone itu kembali membuat Sema terhenti. Bukan seperti penawaran melainkan perintah mutlak. Desta berjalan lebih dulu mendahului Sema, disusul gadis itu.

"Kenapa?" Tanya Sema. "Bukannya Lo cuma bantuin Keyra ya?" Tanya Sema lagi. Keduanya kini berhenti di parkiran tempat motor Desta terparkir. Pemuda itu memberikan helm kepada Sema.

"Gue males aja berurusan sama Haru karena Gue nggak nganterin Lo." Ujar Desta. Bukannya takut, meskipun Desta lebih sering belajar ia juga berlatih taekwondo di sela kesibukannya. Ia hanya malas berurusan dengan manusia macam Haru. Membuang waktu, membuang tenaga, tidak ada hasilnya.

Setelah Sema duduk dengan aman, Desta menjalankan motornya. "Lo boleh pegang jaket Gue kalo takut jatuh." Ujar Desta.

"Hah?" Tanya Sema lantaran tak mendengar jelas ucapan Haru.

"LO BOLEH PEGANG JAKET GUE KALO TAKUT JATUH." Ucap Desta lebih keras.

"Iya. Rumah Gue di Perumahan kencana ungu nomor lima belas." Ujar Sema, tidak singkron dengan ucapan Desta. Karena memang Sema tak mendengar ucapan Desta, ia pikir Desta menanyakan alamat rumahnya. Walaupun tadi waktu di parkiran Sema sudah menjelaskan.

Desta berdecak. Ia melepas satu tangannya dari stang motor. "Mana tangan Lo?" Tanya Desta, kali ini Sema mendengarnya. "Buat apa?" Tanya Sema.

"Udah mana?" Tanya Desta, tangan sebelahnya terulur ke belakang mencari tangan Sema. Setelah dapat ia mengarahkan tangan gadis itu untuk memegang jaketnya. Membuat Sema bingung sekaligus gugup.

Desta melajukan motornya sedikit lebih cepat menuju alamat yang Sema maksud. Hingga beberapa menit kemudian keduanya telah sampai di depan rumah Sema. Gadis itu turun dengan cepat. Memberikan helm nya kepada si pemilik.

"Makasih ya Desta." Ucap Sema. Desta mengangguk, tapi tak kunjung pergi. Membuat Sema berinisiatif bertanya. "Mau mampir?" Tanya Sema agak ragu.

Desta dengan cepat menggeleng, tetapi sejurus kemudian ia melepas helm nya. Desta menatap lekat manik legam milik Sema. Tersirat makna disebalik tatapan pemuda itu. Pun Sema yang mendadak gugup.

"Jawab pertanyaan Gue!"

"Lo diancem sama Keyra?" Tanya Desta intens membuat Sema mematung dengan detak jantung yang tak lagi normal, sebisa mungkin ia terlihat biasa saja. "A-apaan sih Des Lo aneh-aneh aja." Sanggahnya.

Desta menghela napas berat. "Lo diancem apa sama Keyra? Bilang sama Gue." Sema semakin berdetak tak karuan terlebih tatapan Desta nampak menuntut.

"Gue nggak diancem kok." Sanggah Sema lagi. Lagi-lagi helaan napas kasar terdengar dari pemuda itu. "Gue emang males ikut campur urusan orang. Tapi—" pemuda itu menjeda kalimatnya.

"Gue nggak bisa ngebiarin kalo sampe Keyra salah jalan. Biar bagaimanapun dia temen Gue." Imbuhnya.

Sema masih terdiam, kalimat Desta membiusnya.

"Jadi, Lo diancem apa sama Keyra?

SEMESTA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang