Jantungnya berpacu dari yang seharusnya. Seragam sekolah masih melekat pada tubuh pemuda itu. Terlalu tiba-tiba sampai untuk mengganti pakaian saja tidak sempat.
"Key?" Tubuhnya merosot, sejak kapan Keyra menjadi sepucat itu? Bahkan Desta ingat Keyra selalu membawa lipstik di tas nya. Desta perlahan mendekat, menahan perawat yang hendak menutupi seluruh tubuh Keyra dengan selimut. "Nanti dia nggak bisa napas." Ucap Desta.
Pemuda itu miris menyaksikan beberapa luka yang tertinggal di wajah Keyra. Gadis itu pasti akan menangis saat sudah bangun mendapati wajahnya terdapat beberapa lecet. Menganggu penampilan katanya. Desta mengamati perawat yang terus menatapnya.
"Dek, pasien sudah tiada." Desta yang tengah mengusap rambut gadis itu pun terhenti. Pemuda itu menatap Keyra yang pucat pasi. Matanya tertutup rapat seakan tak akan kembali terbuka.
Karena itu memang kenyataannya.
"Keyra bangun!" Perawat yang berada disana terkejut saat Desta mengguncang tubuh tak bernyawa Keyra dengan kalimat yang terus berulang. Merasa panik, perawat tadi mencoba menjauhkan Desta dari gadis yang terbaring kaku itu.
"Desta!" Desta terisak, tubuhnya sekarang berada dalam kendali Papa nya, dokter Tama memeluk putranya. Pertama kalinya setelah sekian Lama Tama menyaksikan anaknya menangis keras. "Ikhlasin ya nak, Key udah tenang." Desta masih bergeming, air mata yang hampir tak pernah ingin keluar sekalipun Desta terluka kini mengalir deras.
Pandangan pemuda itu tak jauh dari Keyra. Hingga pintu kembali terbuka, menampilkan sosok pemuda berwajah datar yang menatap orang-orang di ruangan.
Haru, pemuda itu mendekati bangkar tempat Keyra berbaring. Lantas terkekeh singkat. "Bagus banget make up Lo. Tapi kalo Lo pikir akting Lo bakal bikin Gue balik sama Lo, Lo salah." Ucapnya dengan senyuman. Seolah euphoria tidak enak di ruangan itu tak membuatnya terpengaruh.
Bughh.
Serangan tiba-tiba dari Desta membuat Haru tersungkur. Semua orang di ruangan memekik terkejut tatkala Desta terus melancarkan serangannya tanpa memberi Haru celah untuk membalas.
"DESTA!"
"LO NGGAK LIAT DIA, LO NGGAK LIAT DIA UDAH NGGAK NAPAS. LO NGGAK LIAT DIA UDAH NGGAK BISA GERAK?" Tatapan Desta nyalang, sorot kemarahan mendominasi pemuda yang kerap diam itu. Pemuda itu kian membabi-buta. Membuat Dokter Tama dan beberapa orang lainnya kesusahan memisahkan.
Hingga akhirnya Tama berhasil meraih putranya. Membawanya dalam dekapan erat agar tak lagi menyerang Haru yang hampir tak sadarkan diri. Sementara beberapa orang disana mencoba menolong Haru.
Desta mencoba memberontak dalam dekapan papa nya. Emosinya belum mereda. Tapi kemudian pemuda itu berhenti memberontak. Menyembunyikan wajah di dalam dekapan sang Papa. Menangis sejadi-jadinya.
Desta benci terlihat lemah, tapi kehilangan Keyra bukan hal yang mampu Desta tahan kesedihannya. Ia marah, kecewa terlebih karena ia meninggalkan Keyra sendirian waktu itu. Seharusnya Desta ada di sana lebih lama. Atau setidaknya mengantarkan Keyra pulang. Kalimat rancu di sela tangisan membuat Tama merasa sesak.
Tama merasakan kesedihan sang putra.Terlebih sejauh ini yang Tama tau hanya Keyra satu-satunya teman yang mampu bertahan dengan Desta. Keduanya sudah bersama sejak lama. Mengetahui Keyra memilih masalah dengan keluarganya membuat Tama dan Arina menganggap Keyra sebagai anak mereka.
Desta mengangkat wajah saat sang Mama baru sampai disini. Terlihat Arina seperti tergesa-gesa dari butiknya. Desta berpindah memeluk sang Mama. Menyalurkan kembali tangisnya. Tak berhenti menyalahkan diri sendiri.
"Desta udah gagal jaga Key, Ma." Rancu Desta. Arina ikut menangis. Menyaksikan putra semata wayangnya sehancur ini. Belum lagi menyaksikan satu-satunya gadis yang sudah ia anggap putri sendiri terbaring kaku disana. Arina tak pernah melihat Desta seperti ini.
Tak ada yang bisa Arina lakukan selain mengusap punggung Desta.
"KEYRA!" Dua orang paruh baya datang tergesa-gesa. Menghampiri Keyra yang setia terpejam sekalipun keadaan sekitar begitu berisik. Apa dia lelah sekali hingga membuka mata saja malas.
Papa Keyra memeluk tubuh putrinya teramat erat. Tubuh putrinya begitu dingin dari terakhir kali sang papa memeluknya untuk berpamitan ke luar negeri. "Papa bawa oleh-oleh yang Keyra mau, Keyra bangun ya?" Tangis di ruangan itu tak lagi terbendung.
Bahkan sosok yang membatu sedari tadi kini mendekat. Memegang tangan pucat si gadis. "Key?" Panggilnya lembut. Matanya berkaca-kaca. Entah kenapa jantungnya berdetak nyeri menyaksikan penampilan sang putri yang penuh luka.
Tangannya menyibak rambut gadis itu agar tak menghalangi wajahnya. "Mama disini. Keyra denger Mama?" Tak ada sahutan. Hanya ada tangisan dari orang-orang sekitar.
"Keyra!" Mama Keyra mengguncangkan tubuh putrinya itu. Berulang kali sembari menyebut namanya. Air mata turut membanjiri kala tak terdapat pergerakan apapun dari tubuh itu. "Mama disini sayang, maafin Mama." Tubuh itu meluruh di atas Keyra, memeluk seolah tak ingin kehilangan. Padahal wanita itu pula yang bersusah payah menyingkirkan Keyra sewaktu dalam kandungannya. Tak pernah menganggap putrinya ada. Bahkan tak pernah sadar putrinya tumbuh secantik ini sendirian tanpa belai kasihnya.
"Percuma Tante, itu nggak akan bikin Keyra bangun lagi buat manggil 'Mama' ke Tante" pernyataan menohok, mengiris hati Mama Keyra.
"Desta!" Peringat Tama ketika putranya lumayan kurang ajar berucap. Keadaan sedang berkabung, terlebih tubuh Keyra belum diantarkan ke peristirahatan terakhirnya.
Keadaan tak lagi kondusif, terlebih ketika Mama Keyra pingsan di tempat. Beberapa orang mencoba membantu, selebihnya membawa Keyra untuk dipersiapkan.
Keyra benar-benar meninggalkan Desta, Sang papa, Mama yang menerimanya ketika tubuh itu sudah tak bernyawa. Dan yang terakhir, Keyra meninggalkan cintanya yang sudah payah ia gapai, Keyra meninggalkan Haru.
Berpisah jauh lebih menyakitkan tanpa kalimat perpisahan.
-o0o-
Meskipun terkesan tenang, tidak ada yang baik-baik saja pada acara pemakaman. Gundukan tanah dan juga bunga-bunga turut menghiasi di dekat sebuah figura. Keyra tersenyum di dalam foto itu menatap orang-orang yang malah menangisinya.
Dengan nisan yang tertancap sempurna, dan nama Keyra yang terpampang jelas sudah menjadi bukti bahwa kini Keyra berada pada dunia barunya. Dunia dimana Keyra tak akan lagi mendapatkan sakit hatinya.
Haru menatap datar nisan itu, tak ada ekspresi apapun untuk menjelaskan keadaannya saat ini. Wajah lebam bekas serangan Desta masih ketara, menimbulkan warna kebiruan yang nyeri. Pemuda itu masih berdiri, ia tak tahu harus berbuat apa.
Gadis yang hampir satu bulan menjadi kekasihnya kini terbaring di bawah tanah. Haru mengubah posisinya menjadi berlutut, tak peduli pakaiannya terkena noda tanah, sebab yang Haru lihat pakaian Desta jauh lebih parah.
Haru tersenyum getir.
"Kenapa Lo suka sama Gue sih?" Tanya Haru, bisa dibilang ia bermonolog sebab tak ada sahutan kecuali suara burung dan jangkrik yang bersahutan.
Senja kala sudah membentang sepanjang cakrawala. Gundukan baru itu meninggalkan banyak bunga diatasnya dari orang-orang yang berkabung. Haru mengusap figura foto yang berada di sana.
"Lo cantik, banyak yang mau sama Lo. Sedangkan Gue?- "
"-nggak ada akhir bahagia yang bisa Gue tawarin buat Lo. Bahkan hati Gue pun cuma milik orang lain." Haru menunduk, entah kenapa ia merasa sangat bersalah.
Ia kembali menatap nisan dan foto itu secara seksama.
"Sleepwell Key, tolong jangan cintai orang kayak Gue lagi."
Selepas itu ia bangkit, berjalan gontai menjauhi area pemakaman yang nampak sepi. Dirinya kalut.

KAMU SEDANG MEMBACA
SEMESTA [END]
Ficção AdolescenteEmpat hati yang terjebak dalam kisah rumit asmara masa remaja. Sema, gadis pemula dalam cinta. Yang ia tahu ia mencintai satu orang dalam hidupnya. Tapi itu dulu, jauh sebelum ia sadar terjebak dalam romansa rumit. Haru, baginya menjalin hubungan...