18. Pacar Baru?

21 3 0
                                        

Haru merebahkan diri pada ranjang miliknya setelah tenaganya hampir terkuras habis karena lari pagi tujuh putaran. Sementara Sema, gadis itu hanya lari dua putaran, setelahnya memilih duduk menikmati makanan. Melihat Haru yang masih berlari sesekali menyapa ketika melewati.

"Ada tugas nggak?" Tanya Sema. Hal yang rutin dilakukan gadis itu ketika bersamanya. Seolah sudah menjadi kebiasaan.

"Ada." Jawab Haru. "Di tas." Imbuhnya.

Sema bergerak menuju meja belajar pemuda itu. Mencari tugas Haru di tas sang empu. Tetapi matanya menangkap hal asing bersarang pada tas hitam itu.

"Ini apa?" Tanya Sema sembari mengangkat sebuah benda yang ia temukan. Haru mengernyit sebentar lalu kemudian menjawab setelah ingat. "Oh, itu Jersey." Jawab Haru.

"Beli lagi?" Tanya Sema. Haru menggeleng. "Dikasih Keyra." Kegiatan Sema terhenti sejenak, lalu kemudian ia memilih meletakkan benda itu di meja. Fokus mengerjakan tugas Haru kali ini. Berulang kali mengerjakan tugas Haru membuat Sema paham betul bentuk tulisan pemuda itu. Ia bisa dengan gampang menirunya. 

"Oh ya, Sema...Gue udah jadian sama Keyra."

Deg.

Sema membeku diam, aktivitas menulisnya terhenti setelah kalimat Haru barusan. Jadian ya? Desir nyeri langsung menyerang gadis itu. Dadanya memburu, ia meraup napas dalam duduknya membelakangi Haru.

"Selamat ya, sejak kapan?" Tanya Sema, gadis itu kembali lagi pada aktivitasnya. Mencoba tak menghiraukan kalimat Haru yang kelewat menusuk daripada kalimat hinaan.

Mendengar berita Haru berpacaran bukan hal baru bagi Sema. Tapi entah kenapa rasanya selalu sama ketika mendengar lelaki itu berpacaran. Terlebih kali ini pacar nya Haru benar-benar gadis sempurna. Sema yang perempuan saja suka melihat Keyra.

"Sejak kemarin. Dia nembak Gue, Gue juga udah bilang sama dia syaratnya, asal dia nggak keberatan kalo Gue lebih sering sama Lo, terus dia bilang setuju sama syaratnya. Dan yaudah kita pacaran." Jawab Haru kelewat enteng. Nyeri di hati Sema masih ada, tapi mendengar penjelasan Haru barusan, entah kenapa rasanya sedikit... Lega mungkin?

Gadis itu tak menjawab, ia memilih fokus pada tugas Haru. Tadi ia pikir Haru lah yang menembak Keyra, ternyata sebaliknya. Gadis itu tak ada bedanya dengan mantan-mantan Haru. Palingan seminggu kemudian putus. Atau kalau beruntung bisa bertahan sampai sebulan paling lama. Sema tak sadar jika sekarang mendadak ia menjadi perempuan jahat. Menyumpahi hubungan Haru dan Keyra cepat berakhir. Ia menggeleng menepis pemikiran itu. Mencoba mengais akal sehatnya.

Haru yang tak mendapati suara dari gadis yang sedang ia ajak bicara lantas mendekati gadis itu. Tepat di belakangnya. Kedua tangannya berada di kanan dan kiri Sema, menumpu pada meja belajar. Sekilas seperti memeluk dari belakang namun terhalang sandaran kursi. Atau lebih tepat disebut mengungkung, karena kelihatannya memang begitu.

Napas Haru dapat sema rasakan di perpotongan lehernya membuat gadis itu membatu. Tak fokus pada kegiatannya.

"Haru ngapain sih?" Tanya Sema, ia memajukan badannya mencoba memberi jarak agar terbebas dari rasa aneh yang menyelimuti. Detaknya tak karuan. Sema tak dapat bernapas lega, lehernya seperti tercekat.

"Haru!"

Haru kembali mendekatkan wajahnya di samping kanan Sema. Ia mendaratkan kepalanya pada pundak Sema membuat gadis itu menegang. Untung saja posisi Haru dibelakangnya hingga pemuda itu tak tahu kini wajah Sema sudah penuh dengan rona merah. Terasa panas, dan kurang nyaman. Tetapi Sema tak dapat untuk sekedar menghentikan pemuda itu.

"Kalau Lo nggak suka Gue pacaran sama orang, bilang ya."

"Gue bakal langsung putus."

—o0o—

Setelah beberapa saat, akhirnya Sema selesai dengan tugas-tugas Haru. Gadis itu meregangkan otot-otot nya yang terasa kaku. Setelahnya ia berjalan menuju ranjang Haru, gadis itu meluncur begitu saja di ranjang yang empuk. Menggesek-gesekkan kakinya yang terasa nyaman di atas selimut berwarna abu-abu.

Sema berlagak seakan ini kamarnya sendiri, bahkan menonton televisi besar yang terpasang di kamar Haru. Mencari saluran kartun berwarna kuning favoritnya. Sembari rebahan setelah bekerja rodi mengerjakan tugas orang.

Soal Haru, si pemilik kamar asli itu tengah menjadi babu dadakan. Sedang keluar mencari sate ayam yang katanya Sema ingin makan tadi namun tidak menjumpai kedai yang menjual sate waktu joging tadi. 

Orang tua Haru tengah pergi mengunjungi saudara. Tadinya ingin mengajak Haru, tapi pemuda itu menolak. Ingin bersama Sema saja. Yasudah, biarlah kisah remaja mereka penuh cerita, begitu pikir Pak Heru. Alhasil keduanya pergi tanpa anak mereka.

Sema masih fokus pada kartun di televisi sampai dering telepon menginterupsinya. Sepertinya bukan bunyi dari teleponnya. Tetapi dari benda pipih di atas nakas. Ponsel dengan casing hitam itu menyita perhatian Sema. Jelas ponsel itu milik Haru. Tidak dibawa rupanya.

Sema memilih tak peduli, biar bagaimanapun tak sopan mengulik privasi orang sekalipun Haru tidak akan marah hanya karena Sema mengangkat telepon darinya. Lagipula Sema juga tahu password yang terpasang di ponsel pemuda itu, Haru yang memberitahukan sendiri. Tapi Sema tidak akan pernah lupa doktrin tentang sopan santun yang selalu orang tua nya ajarkan.

Panggilan pertama berakhir tanpa jawaban. Lalu dering kembali berbunyi membuat Sema agak penasaran. Minimal melihat siapa yang menelepon. Sema mengambil benda pipih itu, yang langsung terbuka menampilkan layar panggilan.

"Keyra" —batin Sema membaca nama yang tertera di layar.

Mungkin saja untuk mengabari Haru, jadi Sema meletakkan kembali benda pipih itu. Biar Haru saja nanti yang menjawab, atau menelepon balik. Takutnya gadis itu salah paham jika Sema yang mengangkat.

Panggilan kedua kembali tak terjawab. Lalu dering ketiga kembali terdengar dua detik setelah panggilan kedua mati. Sema kembali meraih ponsel itu. Sekarang agak takut, takut ada masalah apa atau gadis itu sedang kesusahan. Minimal kali ini memberitahu Haru sedang tidak ada.

Dengan ragu Sema menggulir tanda terima, hingga panggilan terhubung.

"Halo Haru, kamu lagi—"

"Ini Gue Sema, Key." Sahut Sema memotong perkataan Keyra.

"Sema? Haru mana?"

"Iya. Haru nya lagi keluar. Hp nya ketinggalan." Jelas Sema.

"Kemana?"

"Keluar bentar, mungkin bentar lagi balik. Gue tutup ya. Nanti kalo Haru dateng, Gue suruh dia telepon balik Lo." Ucap Sema.

"Oke, makasih ya Sema." Ujar Keyra, lalu Sema mematikan sambungan telepon.

Ia meraup napas setelahnya. Semoga Keyra tidak salah paham. Membayangkan Keyra membuat Sema takut.

Sejenak Sema mengingat kembali perkataan Haru tadi.

"Kalau Lo nggak suka Gue pacaran sama orang, bilang ya."

"Gue bakal langsung putus."

Lalu Sema menggeleng cepat. Tidak, tidak boleh egois Sema!

SEMESTA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang