Sema mendadak terkejut mendapati jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Agaknya ia ketiduran cukup lama. Saking lelahnya belajar sejarah sampai lupa Sema ada janji dengan Haru. Kata Haru, Sema harus berdandan yang cantik malam ini.
Tapi kan, Sema tidak pintar memoles wajah!!!
Darurat, ia bergegas turun menghampiri sang mama yang sedang menonton tv dengan papa. "Ma!" Panggil Sema bahkan saat ia masih menuruni tangga.
Sang mama kaget, hampir saja tersedak minuman yang sedang ia minum. "Kenapa sih sayang?" Tanya Mama Sema yang bingung dengan anak bungsu nya itu. Anak perempuan satu-satunya, di keluarganya karena Sema hanya dua bersaudara. Ia memiliki seorang kakak laki-laki yang sekarang menempuh jenjang kuliah di luar kota. Rindu sih, tapi kalau dekat-dekat juga palingan berdebat. Jadi jauh lebih baik.
"Dandanin Sema dong." Mama Sema menaikkan sebelah alisnya, tak jauh beda dengan sang Papa. Menyadari anaknya sedikit aneh dari biasanya pria paruh baya itu lantas bertanya.
"Mau ngedate ya dek? Sama siapa? Haru ya? Yaudah pergi aja, Papa izinin." Ujar sang Papa ngawur. Memang sih pergi nya dengan Haru. Lagian Sema kan belum meminta izin. Tapi keadaan darurat Sema mengharuskannya memaksa sang Mama untuk mendandaninya.
"Ayo Ma, cepetan. Ntar Haru keburu kesini." Ucap Sema tanpa pikir panjang. Tanpa tau jika kedua orang tuanya saling pandang sembari melempar senyuman. Sema cepat sekali besarnya.
Sang Mama pun menuruti anak bungsu nya itu, jarang-jarang Sema mau didandani lagi setelah tumbuh besar. Kan Mama masih ingin memakaikan gaun-gaun lucu lalu menata rambut Sema sedemikian rupa. Namun waktu cepat berlalu. Tidak terasa Sema kini telah memasuki jenjang SMA, sebentar lagi lulus malah. Orang tua Sema tak melarang anak gadisnya itu berpacaran apalagi kalau berpacarannya dengan modelan Haru. Sudah tampan dan sudah terjamin mapan oleh warisan orang tuanya. Anaknya juga baik, kalau main ke rumah selalu ada aja yang Haru bawa. Pokoknya tidak datang dengan tangan kosong.
Sementara sang Mama dan Sema sedang sibuk dengan urusan wanita, lima menit setelahnya Haru telah sampai di rumah Sema. Pemuda itu memakai kemeja, ditutup dengan Hoodie di bagian luar hingga yang terlihat hanya kerah kemeja saja. Tak lupa bagian lengannya dilipat sampai siku menampilkan kesan cool. Dipadukan dengan jeans hitam dan juga sneaker.
Haru tak mempersiapkan sesuatu yang spesial, ini hanya penampilan sehari-harinya. Tidak berlebihan namun sangat pas untuk mendeskripsikan figur pemuda tampan kaya raya. Untuk baju saja Haru memakai yang pertama kali ia lihat di lemari. Tidak usah pusing, toh di undangan boleh memakai baju apa saja. Yang penting masih pantas kan dengan pesta santai seperti itu.
Tak lupa bingkisan yang sengaja Haru beli sewaktu perjalanan. Isinya kue, buat orang tua Sema. Sekalian meminta izin membawa anaknya Keluar sebentar.
Tak perlu mengetuk pintu, sebab suara bising mobil Haru sudah membuat Papa Sema keluar dengan senyum sumringah. Menatap Haru bangga seolah menyaksikan calon menantu masa depan.
"Malam Om!" Sapa Haru sopan. Tak lupa mencium tangan biar sama seperti orang-orang. Papa Sema kembali tersenyum. "Malam Haru, pasti mau nyariin Sema ya? Lagi dandan sama Mama nya, ayo masuk dulu." Ucap Papa Sema. Haru mengangguk, tak lupa memberikan bingkisan yang tujuannya untuk sogokan agar diizinkan membawa Sema keluar. Sebenarnya tidak perlu bawa juga sih, tapi dari dulu Haru kalau ke rumah Sema memang tidak pas kalo tidak membawa sesuatu. Entah apapun itu, atau sekedar buah. Yang penting bawa. Itung-itung Investasi biar nanti kalau Haru meminta izin menikahi Sema mendapat kemudahan.
Loh?
Sudahlah lupakan.
Lima menit awal Haru habiskan dengan menunggu Sema sembari mengobrol bersama Papa Sema. Haru tidak canggung sama sekali. Sudah bertahun-tahun bersahabat dengan Sema, Haru juga sudah sangat dekat dengan orang tua Sema. Bahkan saat dulu orang tua Haru harus keluar Negeri. Haru dititipkan di rumah Sema. Saking dekatnya keluarga mereka.
"Haru!" Haru dan Papa Sema kompak menoleh. Pada gadis yang tergesa-gesa turun dari tangga.
"Sema, kalau pakai high heels jalannya hati-hati." Peringat sang Mama yang masih berada di atas.
Sema, gadis itu terlihat beda malam ini hingga membuat Haru terdiam. Terpesona, ibarat film, Sema berjalan dengan efek slow motion dan Haru menatap tanpa berkedip. Hah, tidak segitunya juga sih sebenarnya. Namun jarang-jarang melihat Sema memakai dress kotak-kotak putih diatas lutut, rambut tergerai dengan satu jepit rambut di sisi kanan, dan High heels yang membuat gadis itu berbeda.
"Haru ayo!" Ajak Sema yang khawatir melewatkan pesta nya. Kan lumayan untuk instastory apalagi yang berulang tahun gadis primadona sejuta lelaki di sekolah.
"Haru!" Panggil Sema lagi sebab tak mendapat sahutan dari sang empu. Haru tersentak lantas berdehem untuk menetralisir jantungnya. "Iya ayo." Ucap Haru kemudian berdiri. Berpamitan kepada kedua orang tua Sema lantas keluar bersama gadis itu.
Haru dan Sema memasuki mobil Haru yang terparkir di depan rumah Sema. Setelah masuk Sema sedikit kebingungan lantaran Haru tak kunjung menjalankan mobilnya. Pria itu malah diam saja tanpa berniat menghidupkan mobilnya.
"Kenapa nggak jalan-jalan? Nanti telat loh." Peringat Sema. Ia mengambil ponselnya lalu mengecek penampilannya takut ada yang salah atau bagaimana. Pokoknya Sema ingin tampil sempurna malam ini. Tapi mendapati keheningan setelah pertanyannya barusan, Sema kembali menoleh ke samping. Tepat dimana Haru duduk. Sema sedikit terkejut mendapati Haru juga tengah menatapnya. Membuatnya gugup.
"K-kenapa nggak jalan?" Tanya Sema lagi.
"Kita nggak jadi pergi aja ya?" Sema mengernyit bingung. "Kenapa? Gue nggak pantes ya? Lo malu pergi sama Gue?" Tanya Sema bertubi-tubi. Haru menggeleng menepis semua itu.
"Terus?" Tanya Sema.
"Kita pergi ke tempat lain aja, kemana gitu. Terserah Lo. Mau booking satu restoran juga nggak apa-apa. Kita dinner aja berdua malam ini." Ucap Haru menggebu.
"Haru, Keyra kan minta Lo buat dateng. Masa Lo nggak dateng sih? Kasihan tau. Lagian kenapa sih tiba-tiba Lo pengen pergi ke tempat lain?" Tanya Sema. Haru menghela napas panjang, ia menatap Sema dalam. Hingga rasanya Sema tenggelam dalam manik abu-abu yang selalu ia rindu meski sering bertemu itu.
"Gue nggak rela cowo lain lihat kecantikan Lo malam ini."

KAMU SEDANG MEMBACA
SEMESTA [END]
Genç KurguEmpat hati yang terjebak dalam kisah rumit asmara masa remaja. Sema, gadis pemula dalam cinta. Yang ia tahu ia mencintai satu orang dalam hidupnya. Tapi itu dulu, jauh sebelum ia sadar terjebak dalam romansa rumit. Haru, baginya menjalin hubungan...