Sema dengan wajah hang over berjalan terhuyung-huyung di sekitar hotel tempat prom nite. Ia terus merancau tidak jelas. Kali pertamanya mencoba alkohol membuatnya seperti ini.
Sema terhenti kala di depannya ada dua orang asing yang menghadang. "Hai cantik." Sapa salah satu, wajah samar itu membuat Sema tidak nyaman. "Sendirian aja, ikut kita yuk?" Ujar yang lain. Sema menggeleng cepat, ia berbalik badan mendapati ternyata bukan hanya dua orang yang menghadangnya tetapi empat.
"Mau apa kalian?" Tanya Sema meski kesadarannya sudah tidak dapat dipertahankan. Kepalanya teramat pusing.
Sema mencoba menepis tangan yang mencoba menyentuhnya. Tetapi semakin Sema melawan empat orang itu justru malah tertawa senang. "Terlalu basa-basi, sikat aja udah." Ucap salah satu. Salah seorang mencoba menarik Sema membawanya hingga gadis itu memberontak di sisa kesadarannya.
"Lepasin Gue." Keadaan malam hari yang sepi membuat Sema kian takut. Tapi pusing di kepala nya semakin mendominasi ditambah ia harus melawan empat orang laki-laki. Kalah jumlah sekaligus kalah tenaga membuat Sema dengan mudah diseret satu orang menuju mobil hitam tak jauh dari mereka.
Sema masih memberontak sekalipun mulutnya dibekap. Ia menggeleng ribut agar kesadarannya tak terenggut.
"Akhh." Salah seorang memekik terkejut kala Sema menggigit tangannya. Keadaan itu dimanfaatkan gadis itu untuk memukul lelaki yang menariknya dengan tas. Ia berhasil lepas sekalipun tak lama. Yang ia hadapi bukan cuma satu, Sema dengan mudah diseret kembali dipaksa memasuki mobil.
"Lepasin." Sema berusaha keras agar tak masuk mobil.
"Udah diem." Sentak salah satu lelaki tadi. Sema menangis keras masih memberontak walaupun tenaganya tak seberapa.
Bughh.
Bughh.
Bughh.
Sema terdiam saat melihat orang-orang yang menyeretnya tadi satu-persatu perlahan tumbang.
Gadis itu mengamati satu objek yang nampak kabur. Sema memicing guna menyaksikan siapa yang tengah beradu fisik dengan empat orang disana.
Bertepatan dengan empat orang yang sudah tumbang di aspal. Desta dengan piyama tidurnya dan wajah bantalnya menghampiri Sema yang sudah sembab akibat menangis. Pria itu tergesa-gesa walaupun matanya memerah, agaknya Desta baru saja tertidur.
"Lo nggak papa kan?" Tanya Desta khawatir. Pemuda itu mengabsen setiap inci tubuh Sema memastikan sang gadis tak terluka.
"Lo siapa? Kok mirip sama Desta Gue?" Desta menyadari ada yang janggal dari Sema. Tatapan gadis itu sayu memerah. Tak menyimpan tenaga. Dugaannya benar agaknya, terbukti dari alkohol yang tercium dari Sema.
"Desta Lo?" Tanya Desta, kedua tangannya memegang kedua lengan atas Sema agar gadis itu tak terjatuh. Sema mengangguk setengah terpejam. "Iya Desta Gue, tapi dia jahat. Dia suka sama cewek lain." Selepas kalimat itu Sema malah menangis keras sembari menubruk tubuh Desta. Gadis itu memeluk Desta erat.
"Gue kangen Desta." Rancu Sema sembari terisak dalam dada bidang Desta. Sementara sang pemilik mata elang itu menyimak sembari mengelus surai legam yang memeluknya teramat erat.
"Gue sayang sama Desta, Gue bahkan lupain Haru dengan cepet karena dia. Terus sekarang siapa yang bakal bantu Gue buat lupain Desta?" Kalimat demi kalimat Desta dengar. Isakan pilu gadis itu membuat Desta semakin dilanda rasa bersalah.
"Gue juga sayang sama Lo." Ucap Desta membuat Sema mengurai pelukannya. Ia menatap manik teduh milik pemuda tegap itu. Netra yang begitu Sema rindukan kini berdiri di depannya. Air mata Sema kembali meluruh, bersama kepalanya yang semakin memberat. Tubuh Sema oleng membuat Desta dengan sigap menangkap tubuh rapuh itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/295095717-288-k725712.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMESTA [END]
Подростковая литератураEmpat hati yang terjebak dalam kisah rumit asmara masa remaja. Sema, gadis pemula dalam cinta. Yang ia tahu ia mencintai satu orang dalam hidupnya. Tapi itu dulu, jauh sebelum ia sadar terjebak dalam romansa rumit. Haru, baginya menjalin hubungan...