25. Emosi

22 4 0
                                    

Haru merebahkan dirinya sebentar setelah mengantar Keyra. Menghela napas lelah. Akhir-akhir ini Sema menghindarinya, itulah yang Haru tangkap dari sikap gadis itu belakangan ini.

Haru membuka ponselnya sebentar, ada chat masuk dari Keyra selaku pacarnya. Namun yang lebih menyita perhatian adalah chat nya ke Sema yang tak kunjung dibalas. Rasa cemas perlahan menyeruak pada Haru. Membuat pemuda itu kembali bangkit dari ranjang. Terlebih ketika Sema tak kunjung mengangkat panggilan darinya.

Haru memilih keluar. Mengecek sendiri ke rumah Sema.

Pemuda melajukan motornya dengan kecepatan penuh. Menerobos jalanan di senja ini. Haru bahkan masih mengenakan seragam sekolahnya. Fokusnya hanya untuk memastikan Sema baik-baik saja.

Hingga tak lama kemudian pemuda itu telah sampai di pekarangan rumah Sema. Memanggil nama gadis itu dari luar, menekan bel berulang kali. Bahkan mencoba membuka pintu. Namun hasilnya nihil. Orang tua Sema tidak ada, Sema pun sulit dihubungi.

Lengkap sudah alasan yang membuat Haru semakin tak terkendali. Berulang kali mencoba menelepon Sema namun nihil pula, tak ada respon sama sekali.

Haru bergerak gelisah, ketika ingat jika gadis itu mengatakan akan pulang bersama Desta, Haru seakan mendapat titik terang. Pemuda itu mencoba mencari nomor Desta dari beberapa temannya, juga Keyra. Hingga setelah dapat ia menelepon Desta tak sabaran.

Tepat setelah panggilan terjawab, Haru tak mampu menahan diri untuk tidak berteriak.

"LO BAWA SEMA KEMANA, BANGSAT!" Pekik Haru. Tak ada jawaban dari Desta untuk beberapa saat.

"LO DENGER GUE NGGAK SIH?" Sentak Haru. Pemuda itu berada di ujung emosi lantaran Desta tak kunjung memberinya jawaban. "SEMA BILANG PULANG BARENG LO TADI."

"Sema di rumah sakit—" Haru menegang, seolah ada sesuatu yang mencekat tenggorokannya. Detak jantungnya tak lagi normal.

"Dan, Gue nggak pernah janjian pulang bareng Sema."

—o0o—

Seperti sedang kesetanan, Haru berlari di lorong rumah sakit tanpa peduli tempat umum itu penuh dengan manusia. Beberapa kali menabrak seseorang berakhir ia meminta maaf dan mengulanginya lagi. Berlari dan berlari sampai ia menemukan sepasang suami istri dan seorang lelaki paruh baya tengah duduk di samping seseorang yang membuat Haru menggeram marah. Ingin memukulnya, tetapi ia urungkan mengingat Mama Sema tengah menangis sembari menatap ke dalam ruang inap.

Pemuda itu kian mendekat. "Haru?" Sapa Pak Bobby, agak terkejut si visual SMA tiba-tiba kemari. Haru memang salah seorang murid yang foto nya sering terpampang di berbagai poster sekolahan. Baik poster penerimaan peserta Didik baru, ataupun yang lainnya.

"Om, Tante." Haru malah mengabaikan Guru nya begitu saja.

"Sema kenapa?" Tanya Haru lagi. Tetapi tangisan Mama Sema semakin menjadi membuat Papa Sema harus menenangkannya. Kini tatapan Haru jatuh kepada Desta. Pemuda yang tengah duduk tenang seolah tak berada di sana. Hanya memandang tanpa berkomentar.

"Lo ikut Gue." Ucap Haru tajam. Tak lupa menarik kaos Desta membuat Pak Bobby berancang-ancang menegur. Desta menghentikan Pak Bobby, ia mengangguk seraya mengikuti Haru dari belakang.

Pak Bobby tau aura permusuhan dari dua orang itu membuatnya ingin mengikuti keduanya. Tetapi telepon masuk dari istrinya membuatnya mau tak mau harus pulang sekarang.

Meninggalkan Pak Bobby, kedua remaja itu kini berjalan menuju Rooftop rumah sakit. Entah apa yang membuat Haru mengajak Desta kemari. Tentunya bukan untuk minum kopi sembari menikmati senja seperti anak indie. Karena pertama, mereka tidak membeli kopi dan kedua, ini sudah malam. Bahkan mendung masih menghiasi walaupun hujannya sudah berhenti. Hawa dingin menerpa kulit masing-masing, terlebih Desta yang hanya memakai kaos. Masih ingat kan? Jaketnya masih ada pada Sema.

Desta melipat tangannya, menetralisir rasa dingin. Tapi sebab kelengahannya itu membuat pukulan tiba-tiba dari Haru tepat sasaran. Desta terhuyung ke belakang. Ia menatap sesaat.

Bugh.

Desta tak mau kalah, ia lantas membalas tak kalah keras. Sukses membuat Haru terjatuh. Haru kembali bangkit, tapi aura permusuhan masih menyala bagai lingkaran api. Memukul atau dipukul. Haru yang memang sudah emosi kini kalut, sadar tak sadar sudah membalas kembali pukulan Desta. Desta awalnya hanya berniat membalas kini terpancing. Pemuda itu ikut kalut pada perkelahian sengit di malam ini.

Keduanya tumbang setelah saling menyalurkan emosi. Sama-sama merebah pada lantai aspal kasar nan dingin. Napas keduanya memburu, berusaha paling cepat meraup oksigen. Untuk Desta yang awalnya agak dingin, terkurangi akibat keringat yang muncul. Beberapa lebam menghiasi wajah keduanya. Nyeri baru saja menjalar. Tidak ada yang menang pada pertempuran kali ini, tetapi cukup untuk Haru meluapkan emosi. Meski dirinya harus merelakan wajah tampannya sedikit rusak malam ini. Bentar lagi juga sembuh.

"Apa yang terjadi sama Sema?" Ucap Haru tiba-tiba. Tanpa berucap maaf sama sekali. Biar bagaimanapun disini ia yang salah. Ia emosi, ia hanya butuh penyaluran.

"Udah babak belur baru nanya?" Sinis Desta. Nyeri saat dirinya bicara terasa jelas.

"Tinggal jawab apa susahnya?"

Desta menutup mata sejenak. Ia lelah sekali, menikmati terpaan angin pada wajahnya. Ah, ia baru saja mengobati goresan di pipi nya. Kini sudah ada lebam baru.

Sialan si Haru.

"Nggak tau, Gue cuma ditelpon Sema buat nolongin dia yang ke kunci di kamar mandi." Jawab Desta membuat kerutan di kening Haru terlihat jelas.

"Sema deket sama Gue dari kecil. Kenapa dia minta tolong nya ke Lo?" Tanya Haru. Agak emosi kalau memang benar begitu. Walaupun pada faktanya Desta lah yang menelepon Sema. Kalau tidak mungkin Sema sekarang masih di toilet karena kehabisan tenaga, juga tak tahu dimana ponselnya. Kalau saja dering dari Desta tak ada.

Desta bangkit dari posisinya, lantas membersihkan pakaian nya dari debu. Ia tersenyum sinis walaupun perih. Menatap remeh ke arah Haru. "Berarti kalian nggak sedekat itu kan?" Ucapnya seperti menyindir.

Lalu berjalan menjauh dengan langkah kaki agak pincang. Bahkan di keadaan babak belur pun mulut Desta masih tajam.

"Sialan Lo Zombie!" Umpat Haru.

"GUE DENGER!"

SEMESTA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang