22. Menghindar

18 3 0
                                        

Berjalan cepat di lorong sekolah, sesekali menabrak orang berakhir membuatnya mendapat makian kesal tak langsung membuat Sema mengubah kecepatan langkahnya. Malah semakin bertambah kencang dari yang tadi. Pandangannya tak fokus ke depan, sedari tadi kesana-kemari seolah ia adalah seorang buronan yang menghindari polisi.

Pasal menghindar memang benar. Tetapi bukan menghindari polisi melainkan menghindari lelaki. Lelaki yang bahkan Sema tak pernah bayangkan akan ia hindari seperti ini. Bagaimana ingin menghindar kalau Sema dan Haru terbiasa bersama?

Sema bernapas lega saat dirinya telah memasuki perpustakaan tanpa ketahuan. Ia langsung memilih duduk di bangku paling ujung, dimana eksistensinya tidak akan mudah terlihat dari pintu masuk. Ia mengambil buku acak lalu merebahkan kepalanya pada lipatan tangan. Tak lupa menutupi wajahnya dengan buku. Ponselnya ia matikan agar Haru tak menelponnya, Sema ingin disini sebentar sembari memikirkan alasan yang akan ia ucapkan kepada Haru nanti.

Sema menghela napas berat. Ia lelah entah kenapa.

Sema memejamkan matanya, hendak tertidur sebentar sampai ia merasakan pergerakan disisinya. Bunyi kursi ditarik dan juga seseorang yang tengah duduk memancing atensi Sema untuk membuka buku yang menutupi wajahnya. Sekedar melihat itu siapa.

Baru separuh wajah Sema terlihat, buku itu kembali menutupi wajahnya seolah ada seseorang yang menariknya. Sema membuka mata lantaran terkejut. Ingin membuka kembali buku itu dari wajahnya namun seperti ada tangan yang menahan. Sema mencoba memberontak, ingin berteriak keras karena ia susah bernapas.

Tetapi sebuah suara membuatnya diam sesaat. "Diem dulu, ada Haru disini." Ucapnya. Sema membeku beberapa saat, sampai buku itu kini disingkirkan dari wajahnya. Pandangan Sema memburam sesaat namun kembali normal dengan wajah Desta yang pertama kali ia lihat.

"Lo nggak apa-apa?" Tanya Desta membuat Sema yang stagnan beberapa saat kini sadar. Ia mengangkat wajahnya, memperhatikan sekitar. "Haru dah pergi." Ujar Desta membuat Sema bernapas lega. Tapi tunggu, kali ini gadis itu mengerutkan kening pada Desta. Ia memicingkan mata penuh tanya.

"Lo kok tau kalo Gue lagi ngehindarin Haru?" Desta menoleh, matanya beradu dengan sepasang manik legam milik Sema. Meski tak begitu dekat, Desta dengan jelas memahami gadis ini tengah menanggung sebuah beban pada tubuh rapuh nya. Desta pada akhirnya memilih membaca kembali buku nya. "Nebak aja, gerak-gerik Lo kayak buronan soalnya." Ujar pemuda itu kelewat enteng.

"Jadi Lo merhatiin Gue daritadi?" Sema menatap Desta jenaka, seolah mengejek. Tetapi memang dasarnya Desta kelewat pintar mengatur ekspresinya. Pemuda itu menatap balik ke arah Sema. Tangannya terulur ke arah kepala gadis itu membuat Sema gugup.

Desta mendorong pelan kepala Sema untuk kembali merebah di lipatan tangannya. "Tidur!  ntar Gue bangunin." Ucap Desta, dengan aksen dingin seperti biasa membuat kalimatnya bukan seperti suruhan biasa. Melainkan perintah yang membius.

Entah sejak kapan kini Sema memperhatikan wajah itu. Wajah yang tengah serius membaca buku. Desta begitu tenang, napas nya teratur. Sesekali tangannya terulur untuk membuka halaman demi halaman. Sejenak Sema terpaku.

"Tutup mata Lo, Gue nggak nyuruh Lo liatin Gue." Sema terlonjak. "Siapa yang liatin Lo." Sema mendengus kesal, lantas merubah arah pandangannya membelakangi Desta.

Tanpa Sema ketahui dan tanpa Desta sadari pun, pemuda itu kini menarik sudut bibirnya serupa kurva tipis. Sangat tipis.

—o0o—

Mimik lunglai sehabis bangun tidur menghiasi wajah Sema. Kepalanya pusing, leher nya pegal karena tertidur dengan posisi yang sama hampir dua jam.

Benar! Dua jam.

Dan kini gadis itu berjalan setengah berlari menuju kelas. Wajahnya bertambah panik mendapati lorong sepi. Sedari tadi mulutnya tak berhenti mengucapkan umpatan sekaligus sumpah kepada Desta. Pemuda yang berjanji membangunkannya beberapa saat lalu.

Tapi apa buktinya? Dua jam, dan Sema terbangun lantaran petugas perpus membangunkannya. Dikira Sema sakit makanya dibiarkan. Tetapi sudah hampir jam terakhir membuat petugas itu akhirnya membangunkan Sema. Agar gadis itu berpindah ke UKS atau kembali ke kelas.

Dan saat Sema bangun, Desta sudah tidak ada sampingnya. Sialan!

Langkah Sema terhenti tepat di depan kelas nya. Ia menormalkan napasnya yang memburu lantas membuka pintu pelan namun mampu memancing atensi seluruh kelas. Termasuk Bu Nila yang tengah menerangkan. Suasana hening beberapa saat sampai suara guru itu mendominasi.

"Darimana kamu Sema?" Tanya Bu Nila. Selama pelajarannya, ini pertama kalinya Bu Nila melihat Sema telat pada jam nya.

"Dari perpustakaan Bu, maaf saya ketiduran tadi." Jawab Sema jujur. Gadis itu menunduk menahan malu saat menjawab. Bu Nila menghela napas.

"Dengar ya Sema, di pelajaran ibu semuanya ibu sama ratakan tidak peduli kamu murid pintar atau murid yang lain. Karena kamu telat kamu harus dihukum berlaku juga bagi semua murid ibu." Sema mengangkat wajah sebelum mengangguk pasrah. Ia memang salah, iya salah karena mempercayai Desta begitu saja.

"Kamu telat satu jam pelajaran ibu, kamu bersihin toilet di lorong ini aja." Perintah Bu Nila. Sebenarnya tidak tega tapi mau bagaimana lagi? Peraturannya itu mutlak. Tidak memandang apapun sekalipun Sema anak pemilik yayasan. Tidak akan Bu Nila membeda-bedakan.

"Baik Bu." Ucap Sema pasrah. Ia kembali keluar dari kelas. Sebelum itu ia duduk di salah satu bangku di depan kelas. Ia memandang lorong yang sepi. Untung saja toilet di lorong ini hanya ada satu. Masih mending daripada hormat di tiang bendera sampai jam pulang. Setidaknya ini tak terlalu memalukan. Sema hanya perlu menyelesaikannya dengan cepat saat pelajaran masih berlangsung.

Gadis itu membuka ponselnya yang lama ia matikan. Dan begitu dibuka semua notifikasi banyak yang masuk menyebabkan ponselnya agak melambat. Lebih-lebih dari Haru.

Terdapat dua puluh tujuh panggilan tak terjawab, dan sembilan puluh tiga spam chat dari pemuda itu. Sema membuka chat nya, kebanyakan menanyakan Sema dimana. Sema menggulir nya hingga chat terakhir.

Tuan Muda Radhika.

|Nanti pulang bareng Gue.
|Sama Keyra juga.
|Gue bawa mobil.

Sema menghela napas singkat. Kenapa jadi seperti ini sih? Ingin bersama Haru terasa tak sebebas dulu. Ada Keyra di tengah-tengahnya. Sampai-sampai tadi pagi Sema berangkat lebih pagi agar tak dijemput Haru. Beralasan ada tugas yang lupa dikerjakan.

Berbohong, berbohong, dan berbohong. Entah sejak kapan Sema jadi begini.

Tuan Muda Radhika.

|Nanti pulang bareng Gue.
|Sama Keyra juga.
|Gue bawa mobil.

|Nggak bisa!
|Gue nanti pulang bareng Desta
|Soalnya mau ada urusan bentar

Dan pada akhirnya Sema memilih mematikan ponselnya lagi. Dan menjalankan hukumannya sekarang.

SEMESTA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang