40. Water Park

18 3 0
                                        

Rabu pagi, masih pukul sembilan pagi, terlalu pagi untuk berkeliaran di luar sekolah bagi dua remaja yang kini mengantri di stand street food. Keduanya bahkan masih mengenakan seragam sekolah walaupun terbalut hoodie.

Desta dan Sema.

Memikirkan keduanya dekat akhir-akhir ini sangat memusingkan kepala. Yang jelas keduanya kini terlihat bersama di sebuah water park pusat kota. Luas dengan street food berbaris dari ujung sana sampai ujung sini. Terlihat seperti festival jajanan. Tapi yang lebih terlihat tentu saja wahana air, dan juga perosotan yang tinggi.

Bukan akhir pekan untuk mereka berlibur, tapi mereka juga tidak sedang membolos pelajaran. Adanya rapat guru di sebuah gedung jauh dari sekolahan membuat siswa-siswi dipulangkan lebih cepat.

Masing-masing jajanan sudah ada di tangan keduanya, kini terlihat duduk berdampingan di sebuah kursi tunggu. Tepat berhadapan dengan kolam renang luas yang lumayan ramai tapi tak seramai akhir pekan.

"Kenapa ngajak Gue kesini?" Tanya Sema. Pertanyaan yang sudah gadis itu utarakan saat mereka baru sampai di parkiran. Namun kata Desta masuk dulu baru dijawab.

Remaja itu masih sibuk dengan jajanannya sampai lupa harus menjawab pertanyaan gadis itu. Sembari membersihkan ujung bibirnya dari saus, Desta mefokuskan pandangannya pada sekumpulan orang yang tengah bersenang-senang di air.

"Nothing spesial sih, cuma Gue punya voucher setengah harga. Bentar lagi tenggat, mending digunain sekarang." Jawab Desta santai. Sebenarnya tak langsung diterima Sema begitu saja karena dari sekian ribu siswa sekolah mereka kenapa Sema yang diajak. "Kenapa ngajak Gue?" Tanya Sema, netranya memicing curiga.

"Ya spontan aja, di sekolah selain Keyra cuma Lo yang Gue kenal."

Ini lebih tidak masuk akal. "Terus Haru?"

"Iya tambah tiang listrik juga." Jawab Desta tanpa mau memperpanjang.

"Terus si—"

"Lo kalo mau pulang ya terserah." Sahut Desta cepat. "Gue mau berenang." Imbuhnya. Sema spontan meneliti penampilan Desta dari atas sampai bawah. Sang empu sedikit risih hingga memundurkan diri sedikit ke belakang. "Kan Lo nggak bawa baju ganti?" Setelah sekian detik menelisik, Sema akhir menjauhkan wajahnya dari Desta. Pemuda itu menunjukkan arah dengan dagu nya.

"Tinggal nyewa kan?" Sema kembali berfikir. Lama-lama membuat Desta jengah hingga menghela napas malas. "Gue mau berenang, Lo mau ikut?" Tanya Desta baik-baik. Tapi malah tatapan tajam yang ia dapat. "Lo kira Gue cewek apaan?" Sanggah Sema dengan sengit. Desta hanya mengajak berenang tapi respon Sema seakan Desta ingin mengajaknya ke hotel.

"Santai dong, Gue ngajak berenang bukan check in hotel." Kalimat blak-blakan dari Desta membuat Sema memerah sampai telinga. Pemuda itu tak sekalipun malu mengatakannya. "Apa-apaan sih, yaudah sana." Tangan Sema mengibas, seperti mengusir.

"Jadi Lo nggak mau?" Sema menggeleng ribut, malas juga harus berganti baju. "Bagus, ini tujuan Gue ngajak Lo, jagain barang-barang Gue." Desta tersenyum, hal langka yang diinginkan banyak gadis yang diam-diam mengagumi nya di sekolah, tak sekali-duakali Sema memergoki banyak yang menatap takjub pada sosok Desta. Tapi senyum Desta kali ini agak terlihat menyebalkan.

"Seharusnya Gue udah leha-leha di rumah kalau Gue nurutin gengsi Gue." Sema mendengus kesal. Niat tidak ingin keluar uang nebeng Desta malah diajak kesini. Tidak terlalu rugi juga sih, dibelikan jajanan.

Desta terlihat menjauh, menghampiri stand yang menyewakan pakaian renang. Pemuda itu terlihat memilih sampai pakaian renang berada di tangannya. Desta terlihat berjalan santai, menuju kamar mandi pria.

Sampai tak berselang lama Desta kembali keluar dengan pakaian yang sudah berganti. Di tangannya tersampir seragam dan juga hoodie yang pemuda itu pakai tadi. Ia menghampiri tempat Sema duduk.

"Lipatin, terus jagain ya." Desta melemparkan seragamnya begitu saja di paha Sema. Sema mendecak, tak henti-hentinya melayangkan protes tapi tangannya malah melakukan sebaliknya. Gadis itu melipat seragam Desta rapi, tak lupa hoodie dan celana yang menyimpan bau khas sang pemilik. Tercium bahkan dari radius beberapa centimeter.

Di depannya Desta tengah melakukan peregangan. "Bukannya di rumah Lo ada kolam renang?" Tanya Sema tiba-tiba. Seingatnya pun begitu waktu pertama kali berkunjung. Terlihat dari balkon kamar Desta waktu itu.

"Gue cuma mau gunain voucher nya." Jawab Desta di sela peregangannya. "Gue juga sering kesini" imbuhnya.

"Ngapain?—Maksudnya Lo kan punya kolam renang sendiri." Tanya Sema. Iya tau disini ada kolam khusus dewasa tapi masih memantik kecurigaan kalau seorang Desta yang memiliki kolam renang sendiri di rumah mau repot-repot ke water park.

"Di rumah Gue nggak ada perosotannya." Jawaban pemuda itu diluar ekspektasi Sema. Ia pikir Desta memiliki kenangan khusus dengan tempat ini. Ternyata hanya karena di rumahnya tidak ada perosotan.

"Jagain barang-barang Gue, bisa aja sih Gue titipin tapi kalo ada Lo kenapa nggak dimanfaatin ya kan?" Setelahnya Desta terkekeh mendengar Sema mendengus. Sudah berapa kali bibir Desta tertarik hari ini? Mungkin kalau difoto terus dikirim ke akun gosip sekolahan akan jadi viral. Sayangnya senyuman Desta tak akan bertahan lebih dari lima detik.

Pemuda itu menghampiri sisi kolam renang. Sepertinya dalam, sebab yang Sema lihat ada pengunjung laki-laki paruh baya yang tengah berdiri. Batas air sebatas dada.

Bunyi deburan air terdengar tepat setelah Desta melompat masuk. Pemuda itu kembali muncul dengan lincah bergerak kesana-kemari di atas permukaan kolam.

Sejenak Sema terpaku, bulir selegam boba itu tak berkedip menyaksikan Desta yang masih berenang. Wajah basah lelaki itu terlihat menarik saat sesekali muncul mengambil napas. Cahaya matahari menambah kilau wajah pemuda itu. Entah sejak kapan kedua sudut bibir Sema tertarik tipis. Respon tidak sengaja atas apa yang dilihat mata.

Perlahan Sema melihat Desta mendekat. Seperti sebuah ilusi saat sudut pandangnya terasa melambat. Waktu hanya berputar untuk mereka, cara Desta mendekat ke tepi kolam terlihat jelas dalam pandangan gadis itu.

"Sema?" Suara baritone terasa menyenangkan terdengar. Sema masih mengamati pemuda yang menyembulkan kepalanya di tepian kolam, kedua tangannya melipat di tembok tepian kolam.

"SEMA!" Sema telonjak seakan tertarik kembali ke dunia. Ia menggelengkan kepalanya mengenyahkan ilusi yang mendatanginya beberapa saat lalu. Apa-apaan.

Dilihatnya Desta yang senantiasa menatapnya di pinggir kolam. Hanya terlihat kepala sampai pundaknya saja, sebab tubuhnya masih berada di dalam air. "Apa?" Sahut Sema dari tempatnya duduk.

"Beliin air, Gue haus." Sema membulatkan matanya. Ia menunjuk dirinya sendiri dengan jari. "Gue?" Tanya Sema memastikan. "Iya, cepetan." Jawab Desta.

Sema dengan kesal bangkit, menuju stand penjual minuman. Mengambil minuman asal dari kulkas, lalu membayarnya.

Sema menghampiri Desta, ia berjongkok sembari memberikan minuman itu. Disambut oleh sang empu, Desta membukanya, meminumnya dan semua kegiatan itu tak lepas dari tatapan Sema. Kenapa ber-damage sekali minumnya?

"Kenapa Lo?"Tanya Desta selepas minum, menyadari Sema menggeleng-gelengkan kepalanya seperti berperang batin. "Udah kan?" Sema merebut minuman itu sebelum Desta menjawab. Lalu kembali ke bangku tempatnya duduk tadi.

Apa-apaan sih dengan dirinya ini?

SEMESTA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang