8. Bolos

19 4 0
                                    

Desta berjalan santai di sepanjang koridor. Tidak memungkiri pesona seorang Desta, terlebih setelah kemarin berita menggemparkan datang mengenai Desta yang datang pada pesta Keyra. Dan penampilan pemuda itu yang nampak tampan walaupun memang sudah tampan meskipun hanya memakai seragam.

Desta tak sepenuhnya menjadi murid kesayangan guru. Ada kalanya pemuda itu mengeluarkan baju seragamnya, melepas dasinya berpenampilan urakan seperti bukan siswa pintar. Kalau ditanya kenapa begitu jawabannya hanya singkat

'gabut doang'

Asli, ada orang seperti Desta. Yang ingin sekali memasuki ruang BK dengan kasus seperti membolos atau dan lain sebagainya. Bukan dipanggil ke ruang BK lalu diberi surat undangan masuk beberapa universitas ternama. Seorang Desta pun ingin nakal walaupun selalu gagal.

Kan tidak seru kalau masa remaja nya tidak ada cerita. Walaupun aslinya pria itu tak pernah suka berurusan dengan sesuatu yang membuatnya repot.

"Desta!" Desta menoleh saat namanya disebut. Keyra dengan senyuman mengembang berjalan lebih cepat agar menyusul Desta.

"Gue suka!" Ujar Keyra saat berada di dekat Desta. Gadis itu tak lupa menunjuk ke arah cardigan biru pastel yang sedang ia kenakan. "Lo pinter banget milih sesuatu." Imbuh gadis itu. Desta tersenyum tipis mendapati hadiah darinya langsung dipakai Keyra. Cocok sekali dengan gadis itu.

"Mama yang pilihin." Ucap Desta lantas menatap ke depan. "Oh iya, kata Mama pulang sekolah Lo disuruh ke rumah. Mau dimasakin makanan kesukaan Lo." Tambahnya tanpa melihat ke arah Keyra.

Gadis itu tersenyum cerah. Masakan Mama Desta memang tiada tandingannya. Atau mungkin ini akibat dari Keyra yang tak pernah merasakan makanan yang dibuat oleh ibu untuk anaknya. Keyra kini tersenyum miris membayangkannya. Desta menoleh saat tak mendapat respon dari gadis itu, menyadari apa yang tengah Keyra pikirkan ia berhenti sejenak membuat Keyra juga menghentikan aktivitasnya.

"Kenapa?" Tanya Keyra.

"Ayo bolos." Ajak Desta membuat Keyra menganga. Sesaat kemudian tawanya pecah. Ini benar kan Desta, lelaki taat aturan mengajaknya bolos. Bahkan saat jam kosong saja Desta tetap di kelas mengerjakan soal, sok-sokan ingin membolos.

"Nggak mau, ntar ketahuan. Lo amatiran. Terakhir kali Lo ngajak Gue bolos taunya Lo malah bawa Gue ke ruang BK buat ijin bolos. Sampai ayam jantan bertelur pun namanya guru BK nggak bakalan ngijinin siswa bolos." Ejek Keyra mengingat kejadian waktu mereka kelas sebelas. Desta ingin bolos katanya, Keyra mengiyakan saja sih tidak tahunya pria itu malah membawa Keyra ke ruang BK guna meminta izin meninggalkan kelas, alias bolos. Yang bener aja. Sampai-sampai Keyra masih malu bertemu dengan guru BK.

"Apa salahnya sih bolos dengan surat ijin?" Tanya Desta entah polos atau sengaja becanda.

"Goblok."

✯✯✯

"Mau pesen apa?" Tanya Haru begitu ia dan Sema telah duduk di salah satu kursi. Memancing banyak perhatian seperti biasa. Seolah Sema yang bersama Haru adalah sebuah kesalahan. Terlebih setelah berita Keyra dikabarkan menyukai Haru.

"Es coklat." Ucap Sema. Haru mengangguk lantas segera berjalan menuju stand makanan. Memesan apa yang Sema mau kemudian setelah selesai kembali menghampiri gadis itu dengan satu nampan.

Haru meletakkan isi nampan tersebut di depan Sema. Sementara dirinya kembali lagi dan datang lagi dengan satu nampan penuh makanan. Haru meletakkan isinya di depannya kali ini. Sema memiringkan kepalanya lantaran bingung.

"Haru? Lo pesen sebanyak ini laper banget ya?" Tanya Sema mengamati empat piring tersaji makanan dan satu es coklat pesanan Sema serta satu es kopi milik Desta.

Haru mengangguk, ia kemudian mengambil piring berisi siomay, memotongnya menjadi kecil-kecil lalu mengganti piring di depan Sema dengan piring berisi siomay yang baru saja dipotong kecil-kecil oleh Haru.

"Selamat makan." Ucap Haru dengan senyuman membuat Sema memicing. "Haru, Gue nggak pesen makanan." Haru memakan satu siomay besar sekali makan hingga mulutnya penuh siomay. Pria itu menatap Sema kemudian, menyelesaikan kunyahannya sebentar.

"Emang, tapi Gue yang pesen. Cepetan makan" Haru kembali berkutat pada makanannya. Sema menghela napas. "Nggak mau!" Ucap Sema membuat Haru menoleh.

Itu makanan loh Sema.

Ma.ka.nan.

Tumben sekali seorang Sema menolak makanan terlebih setahu Haru, Sama itu bucin akut dengan siomay. Sema juga belum makan sedari tadi.

"Kenapa?" Tanya Haru. Sema diam sembari mendengus kesal.

"Lo masih kesel soal kemarin?" Tanya Haru. Tepat sasaran sebab gadis itu tak menjawab. Diam menggerutu, kenapa sih Haru peka sekali. Padahal Sema sudah bersikap biasa saja hari ini. Tapi Sema tak mampu menutupi lagi dirinya kesal lantaran Haru yang tiba-tiba menyeretnya dari pesta kemarin. Padahal baru satu jam mereka disana. Sema tak sempat merekam saat Keyra meniup lilin. Tidak bisa membuat instastory kalau begini kan.

"Yang penting kan udah ke pesta." Ujar Haru dengan entengnya memakan makanannya kembali. "Lagian nggak ada yang menarik, kan lebih enak nonton bioskop kemarin kan?" Tanya Haru. Sema menghela napas lagi, memang sih setelahnya Haru membawa Sema menonton bioskop. Tetapi tetap saja Sema kesal.

"Gue harus gimana biar Lo nggak kesel lagi sama Gue? Pengen Gue buatin pesta kek Keyra juga? Tinggal iyain ntar malem langsung jadi." Ucap Haru sembari menaik-turunkan alisnya. Nadanya cukup sombong untuk seseorang yang sedang memohon.

"Enteng banget ngomongnya, Lo pikir nyari duit gampang?" Sahut Sema kesal. Ia menyeruput es coklatnya dengan tidak sabaran. Haru memperhatikannya, ia sengaja menjeda ucapan agar Sema selesai dulu dengan minumnya. Takut-takut nanti tersedak kalau diajak bicara.

Setelah Sema meletakkan es nya Haru tersenyum. "Lo lupa nama belakang Gue Radhika? Gue lebih susah ngehabisin duit daripada nyari nya." Sema memutar bola matanya malas.

Iya kok, Sema tau Haru kaya. Walaupun Sema tidak terlalu kaya, tapi keluarga mereka serba berkecukupan. Pokoknya tidak kesusahan. Tetapi tetap saja Sema tau susahnya mencari uang. Hingga kadang ia mendapati sang Papa masih berkutat pada pekerjaan pukul tiga pagi. Dan pagi-pagi sekali sudah harus rapat.

"Lo belum kerja, mana tau!"

"Siapa bilang?"

Sema menatap Haru. "Maksudnya?"

"Gue kerja part time, di perusahaan papa Gue. Sekalian belajar bisnis. Lumayan dua puluh juta per bulan. Baru gaji sih, belum uang jajan." Sema membulatkan mata.

Hah!

Kerja part time katanya. "Serius demi apa?" Tanya Sema terkejut. Dari kecil ia berteman dengan Haru namun baru hari ini ia tau Haru bekerja paruh waktu di perusahaan sang ayah. 

Haru mengangguk.

"Lo ngapain disana?" Tanya Sema.

Haru meminum es nya lalu menjawab dengan enteng sekaligus sombong. "Cuma tanda tangan doang. Dengerin meeting. Pulang." Ucapnya.

Sema semakin membulatkan mata. Dua puluh juta untuk tanda tangan sama mendengarkan meeting? Hah? Sekaya itukah Pak Heru Radhika?

"Tapi Gue kerja kalo lagi pengen doang." Imbuh Haru semakin membuat Sema ingin membuang Haru ke sungai. Bisa-bisanya loh, kalo Sema sih mau disuruh begitu. Dua puluh juta bukan uang yang sedikit.

"Haru!"

"Kenapa?"

"Ada loker nggak?"

SEMESTA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang