29. Ganti rugi

16 3 0
                                        

Keadaan hening masih sama menyelimuti keduanya. Desta yang duduk diam, dan Sema yang tengah sibuk memasukkan makanan yang membuatnya mual ini. Harus sudah habis atau Haru akan mengomel.

Sema memakan makanannya sedikit demi sedikit, merasa isi piringnya tidak berkurang sama sekali. Jelas sekali, makanya saja lama. Desta lama-lama gemas sendiri lalu merebut nampan makanan itu. Entah kenapa ia juga jadi agak mual.

"Kenapa diambil?" Tanya Sema, padahal makanan masih sisa setengah semenjak Haru dan Keyra meninggalkan ruangan.

"Kalo udah kenyang ngapain dipaksa?" Tanya Desta balik.

"Ntar Haru ngomel, balikin." Pemuda itu merotasikan matanya. Entah dorongan darimana, ia malah menyuap makanan yang membuatnya mual itu ke dalam mulutnya sendiri. Desta menghabiskannya dalam lima suapan membuat Sema membulatkan matanya terkejut.

Susah payah pemuda itu menelan bulat-bulat makanan yang terasa hambar ini. Lantas meminum air mineral yang disediakan di atas nakas. Minuman itu bukan milik Sema kok, memang disediakan untuk tamu. Desta juga meletakkan nampan makanan yang isinya sudah habis di nakas.

"Udah habis kan?" Ucap Desta dengan wajah santainya. Seolah perutnya sekarang tak bergejolak. Cukup terbantu dengan minuman yang ia minum.

"Itu sendok bekas Gue Loh?"

"Terus? Emang Lo sakit parah? Bukannya cuma hipotermia ringan yang kebetulan punya temen modelan Haru. Dia maksa Lo nginep disini kan?" Tebak Desta. Sema diam itu artinya iya. Darimana Desta tahu tentu dari sang Papa. Padahal Sema sebenarnya sudah boleh pulang. Hanya saja temannya yang ribet.

"Desta!"

Desta menoleh.

"Makasih." Ucap Sema agak menunduk. Desta mengangguk walaupun Sema tak melihatnya. "Perut Gue cuma mual, sekarang udah engga. Santai aja." Ucap Desta. Mungkin maksud Desta Sema berterimakasih soal Desta yang menghabiskan makanan Sema agar Haru tak mengomel saat datang. Padahal tidak.

Gadis itu mendongak merasa pembicaraan ini salah arah. Memang sih untuk masalah makanan pemuda itu patut mendapat ucapan terimakasih. Perut Sema sudah tak kuat soalnya. Tapi ia rasa ia harus meluruskan semuanya agak tepat sasaran.

"Bukan soal makanan, tapi makasih banget Lo udah nyelamatin nyawa Gue." Ujar gadis itu. Desta kembali mengangguk.

"Kenapa Lo nggak nelpon Haru waktu itu? Bukannya Lo pegang HP?" Tanya Desta.

Sema berfikir sejenak. "Gue sempet pingsan. Gue nggak tau letak HP Gue dimana. Kalo Lo nggak nelpon mungkin aja Gue di sana sampai pagi. Gue makasih banget sama Lo, Gue juga minta maaf gara-gara Gue mobil Lo jadi rusak."

"Kenapa nggak ngelawan?" Seolah Desta tak peduli dengan keadaan mobilnya. Padahal tadi Sema berancang-ancang membobol tabungannya untuk mengganti rugi kalau Desta minta.

"Hah?"

Desta berdecak. "Lo itu pinter, Lo itu temennya Haru. Tapi kenapa Lo nggak pernah ngelawan pas di-bully? Ini bukan pertama kalinya 'kan?" Lagi-lagi ucapan pemuda itu tepat sasaran. "Gue sering lihat." Imbuhnya membuat Sema lagi-lagi terkejut.

"Selama ini mereka cuma ngancem doang. Gue pikir mereka cuma bakal ngancem terus nyerang Gue pakai kalimat mereka. Selama apa yang mereka bilang nggak bener, buat apa juga Gue ngelawan kan?"

Desta terkekeh, lebih tepatnya kekehan mengejek. "Lo emang bego, prinsip Lo bikin mereka leluasa nginjek Lo. Lo liat sendiri kan? Lo hampir mati. Ini udah kriminal, tapi mereka cuma dapet skorsing dari sekolah." Ujar Desta menggebu.

"Gue nggak yakin mereka jera." Desta lama-lama geram sendiri, ia tidak suka orang lemah. Setidaknya untuk sedikit melawan sekalipun kalah jumlah.

"Tapi setidaknya setelah kejadian ini Haru bakalan lebih ngejaga Gue kan?" Ucap Sema.

Desta tak habis pikir. Kok bisa-bisanya se-drama ini.

"Oh ya, jaket Lo." Sema meraih paper bag di dekatnya lalu memberikannya kepada Desta. "Udah dicuci sama Mama, dia juga bilang makasih sama Lo." Desta mengangguk. Menerima uluran benda itu.

"Dan..."

Desta terhenti menunggu lanjutan yang ingin diucapkan gadis itu. Sementara Sema sengaja menjeda lama karena bingung bicaranya.

"Dan kalo Lo mau, Mama ngundang Lo makan malam di rumah kapan-kapan." Sema menunduk tak kuasa dengan ekspresi Desta.

Kalimat itu mengudara beberapa saat. Meninggalkan hening yang canggung. Sampai-sampai Sema mengigit lidahnya sendiri.

"Cuma Mama Lo yang mau berterimakasih, Lo nya engga?" Tanya Desta menarik atensi gadis itu untuk mendongak. "Lo tau kan, habis nolongin Lo gue dihajar sama temen Lo karena Lo bohong bilang pulang bareng Gue?" Ah ya, Sema menyesal karena Desta harus mengalami banyak kerugian.

"Lo mau Gue ganti rugi berapa?" Tanya Sema balik.

Desta menggeleng.

"Terus?"

"Gue belum mikirin, yang jelas Gue bakalan minta nanti." Kalimat Desta membuat Sema takut. Desta paham akan hal itu. "Gue bukan orang miskin, Gue nggak bakal minta duit dari Lo." Oke, Sema bernapas lega sekarang. Tapi masih saja penasaran apa yang akan diminta pria itu nanti. Kalau susah bagaimana?

"Oh ya, buat ajakan Mama Lo, Lo kabarin aja harinya. Gue pasti dateng."

—o0o—

Senyum sumringah sudah dapat mengumpulkan keadaan hati seorang Keyra. Desta di tempatnya hanya diam, namun diam nya mengandung banyak kata yang tersendat. Tak tersampaikan. Kedatangan Keyra bersama Haru mengundang atensi Desta dan Sema. Tak ada lingkaran hawa negatif lagi. Raut wajah Haru pun sudah kembali seperti biasa.

Sema tersenyum, ia tak bodoh untuk menyimpulkan keduanya kini telah berbaikan setelah berbicara. Benar begitu kan? Entah hati bagian mana dalam dirinya yang agak tidak rela dengan momen ini. Sekalipun yang menjadi fokus utama Haru setelah pemuda itu memasuki ruangan adalah dirinya.

"Udah habis makan nya?" Tanya Haru. Sema mengangguk sembari menoleh ke arah piring yang telah kosong. Kini Sema beralih menatap Desta seakan mengucapkan kalimat terimakasih lagi lewat tatapan.

"Lo ngapain masih disini?" Tanya Haru kepada Desta.

"Mau minta ganti rugi." Jawab Desta kelewat enteng. Padahal tadi ia bilang tidak butuh ganti rugi. Memang plin-plan sekali. Haru mencebik, ia meraih ponselnya. "Butuh berapa Gue transfer?" Tuan muda Radhika memang bebas. Uangnya menumpuk. Tapi kan tidak usah blak-blakan begitu.

"Porsche hitam." Jawab Desta santai. Haru membulatkan mata.

"Matre banget Lo." Sahut Haru spontan. Bagaimana tidak kalau nama mobil yang disebut Desta saja mampu mengeruk tabungannya. Kalau cuma mobil biasa sih Haru tidak keberatan.

"Kalo nggak mampu ngga usah nawarin." Ucap Desta sarkas memantik tatapan tidak suka dari Haru.

"Gue beliin." Ucap Haru merasa ditantang. Desta tersenyum sinis.

"Mudah banget Lo dipalakin." Desta bangkit dari duduknya. "Gue nggak miskin, simpen aja duit Lo buat masa depan." Ucap Desta sok bijak. Padahal dalam setiap kalimatnya mengandung sindiran.

"Ayo key, pulang." Desta berjalan lebih dulu. Keyra kini tersenyum menatap Haru. "Aku pulang ya?" Lalu setelahnya menyusul Desta.

Haru mengeluarkan semua sumpah serapahnya tak terkecuali. Mengabsen semua penghuni kebun binatang dengan menyisipkan nama Desta.

Sementara Sema masih bergelung dengan pemikirannya. 'Aku-kamu' lagi. Bukannya sudah jelas mereka kini kembali berbaikan setelah sempat bertengkar.

SEMESTA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang