46. Bicara

29 3 0
                                        

"Gue mau ngomong sama Lo."

Gadis yang sudah lengkap dengan tas ransel nya hendak pulang itu terhenti. Arah pandangnya jatuh pada pemuda yang berada di belakangnya. "Sekarang banget?" Tanya Keyra. Desta mengangguk. "Gue tau hari ini Lo bawa mobil sendiri kan?" Tanya Desta. Keyra menghela napas, tadinya ingin menghampiri Haru sebentar sebelum pulang. Pada akhirnya gadis itu mengangguk merasa kali ini Desta sedang serius ingin membahas sesuatu.

Langkah Keyra mengikuti Desta yang berjalan lebih dulu. Keduanya kini tengah berada di lab fisika yang sepi. Desta yang tadi membawa setumpuk buku kini meletakkan buku itu di meja. Ia berjalan kesana-kemari, memutari ruangan merasa keadaannya cukup sepi. Setidaknya untuk beberapa menit tak akan ada yang mengganggunya berbicara dengan Keyra.

Gadis itu duduk di salah satu kursi, menunggu Desta yang sibuk mengamati. Sembari memainkan kuku-kuku jarinya, Keyra terus bertanya apa yang akan dibahas pemuda itu hingga harus di ruang sepi seperti ini.

"Jadi, Lo mau bicara apa?" Tanya Keyra saat Desta sudah berada di depannya. Pemuda itu duduk meletakkan tas nya di meja. Sejenak menimang kalimat yang akan keluar. Desta menghela napas gusar.

"Gue mau berhenti." Kalimat itu membuat kening Keyra mengkerut. Terlalu rancu dan tiba-tiba.

Pandangan sendu pemuda itu terlihat. Sedikitnya kepala Keyra mendapat pencerahan tentang topik yang dibahas pemuda itu. Ia tersenyum. "Nggak papa kok, Lo mau terlibat sejauh ini aja Gue udah berterimakasih banget sama Lo." Ucapnya. Keyra tau cepat atau lambat ini akan terjadi. Memang sudah cukup Desta berkontribusi, biar selebihnya Keyra yang menanggung.

"Gue juga mau Lo berhenti." Keyra terkejut. Tatapannya terarah lurus. Desta tak pernah meminta sesuatu kepadanya seserius ini. Apalagi tentang masalah pribadi Keyra. Ini urusan hati.

"Itu nggak mungkin Desta. Banyak yang udah Gue lakuin untuk sampe tahap sekarang. Gue yakin suatu saat nanti hati Haru bakal jadi milik Gue." Desta menghela napas. "Dengan interaksi mereka waktu Haru sakit, Lo masih yakin punya peluang?" Keyra tertohok.

"Mereka bahkan jauhan hampir seminggu, dan apakah Lo bisa setidaknya rebut sedikit tempat di hidup Haru?" Tanya Desta.

"Hubungan kalian cuma status. Jadi stop nyakitin diri sendiri. Lo nggak liat mereka saling sayang? Mereka berdua udah bersama jauh sebelum Lo dateng." Imbuhnya. Pemuda dingin itu kini berbicara panjang lebar dengan ekspresi yang sulit dijelaskan. Marah? Kecewa? Atau mungkin malah kasihan.

Keyra berpaling wajah. Tapi sedetik kemudian ia kembali menatap Desta dengan niat kokoh nya. "Oke, kalo Lo emang mau berhenti ngejalanin rencana Gue buat ngedeketin Sema, Lo bisa berhenti. Dari awal Gue nggak maksa. Tapi Lo nggak bisa nyuruh Gue berhenti ngejar Haru. Gue nggak bisa Desta!"

"KEY!"

Keyra terlonjak, menatap Desta dengan pandangan sulit diartikan. Desta membentak Keyra untuk pertama kalinya. Entah kenapa terasa agak menyakitkan. Netra Keyra berkaca-kaca.

"Lo ngancem Sema kan?" Keyra membeku. Pemuda itu terlihat kecewa.

"Jawab Key, Lo ngancem Sema kan?" Desta menekan setiap kata dalam kalimatnya.

"IYA, BENER GUE NGANCEM SEMA, TERUS KENAPA? KENAPA LO PEDULI BANGET SAMA DIA?" Keyra mengatur napasnya yang terasa tercekat. Air mata yang berusaha Keyra tahan kini mengalir perlahan. "Apa jangan-jangan Lo mau terlibat dalam rencana Gue karena emang Lo suka sama Sema? LO SUKA KAN SAMA SEMA?"

"GUE SUKANYA SAMA LO!"

Deg.

Baik Desta maupun Keyra keduanya terdiam. Kalimat itu spontan keluar dari mulut Desta. Wajah pemuda itu memerah, sorot matanya meredup.

"Sejak kapan?" Lirih Keyra.

"Jauh sebelum Lo kenal sama Haru."

Keyra lagi-lagi terkejut. "Desta—"

BRAKKK.

"Haru?"

Keyra merasakan jantungnya yang berdetak tak karuan. Menyadari ekspresi Haru yang tengah marah di ambang pintu. Pun gadis di sebelahnya.

"Sema—"

"BERHENTI DISITU!" Peringat Sema saat Desta hendak mendekat. Sema tertawa hambar. "Jadi selama ini Lo selalu ada di deket Gue karena rencana Keyra?" Gadis itu kembali tertawa. Sorot kekecewaan terpampang nyata. "Nggak habis pikir Gue." Sema berlari meninggalkan ketiga orang di sana. Tak menghiraukan Haru dan Desta yang berteriak memanggilnya.

"HARU!" Haru, pemuda itu hendak menyusul langkah Sema tapi tertahan karena Keyra memanggilnya. Kini tatapan Haru jatuh pada dua orang yang berada di dalam ruangan.

"Gue bisa jelasin." Keyra mencoba meraih lengan Haru. Tapi pemuda itu menepis tangannya dengan kasar.

"Lo ngancem Sema?" Keyra tersentak. Haru dan Sema mendengarnya.

"Gue—"

"GUE NGGAK PEDULI STATUS LO ITU PACAR GUE ATAU APA, KALO LO UDAH BERANI MAIN-MAIN SAMA SEMA ITU ARTINYA LO JUGA BERURUSAN SAMA GUE." Kilat Haru berubah marah seketika.

"Haru—"

"UDAH, NGGAK USAH JELASIN APA-APA, GUE UDAH DENGER SEMUANYA. DAN MULAI SAAT INI, KITA PUTUS." Haru pergi setelah berucap demikian. Pemuda itu bahkan sedikit menyentak tubuh Keyra yang menghalangi jalannya. Pergi tanpa mendengarkan Keyra yang meraung memanggilnya.

Kini pemuda yang sedari tadi diam mendekati gadis itu. Ia menghela napas membantu Keyra berdiri. "Desta?"

Pemuda itu menatap datar. "Gue suka sama Lo, itu alasan Gue mau terlibat dalam rencana Lo—" Desta menjeda kalimatnya. "Dan Gue kalah— Gue kalah sama permainan dimana seharusnya Gue yang ngendaliin." Kalimat pemuda itu kelewat rancu.

Ia menatap Keyra kecewa. "Dan alasan Gue berhenti karena Gue sadar... ternyata hati Gue udah nggak milik Lo lagi." Selepas kalimat itu Desta pun ikut pergi meninggalkan Keyra sendirian disini.

"AKHHH." Keyra berteriak tanpa peduli keadaan sekitar. Kepalanya nyaris pecah, hatinya remuk. Apa sesusah ini Keyra ingin bahagia?

"Diretakkan keluarga, diabaikan sahabat, dihancurkan cinta. Heh, menyedihkan banget sih hidup Lo Key." Keyra tertawa di sela tangisnya. Menertawakan takdirnya yang seakan senang membuat luka pada Keyra.

Gadis itu berjalan gontai menuju mobilnya. Air mata sedari tadi tak berhenti mengalir. Emosi ia salurkan pada pedal gas mobil, melajukannya dengan kecepatan tinggi. Membelah kota dengan kesedihan yang tiada akhir.

Gadis itu terus melajukan mobilnya bahkan disaat lampu lalu lintas berubah merah. Hingga tak sadar di sebarang sana sebuah mobil juga melaju sama kencangnya. Terlalu terlambat untuk menginjak rem. Karena pada akhirnya tabrakan itu tak terhindar.

BRAKKK.

Dentuman hebat yang terjadi akibat dua mobil yang saling bertubrukan membuat beberapa pengguna jalan merasa ngeri.

Mobil Keyra terseret jauh dari posisinya. Menabrak sisi trotoar hingga membuat bentuk mobilnya rusak parah. Banyak orang memekik terkejut menyaksikan kecelakaan di depan mata mereka. Beberapa mendekat, berusaha menolong korban.

Keyra di dalam mobilnya tersenyum lirih. Seluruh tubuhnya sakit, kepalanya terbentur berkali-kali menyebabkan cairan darah membasahi seragam putihnya. Beberapa orang mengetuk pintu mobil Keyra, berusaha merusak untuk menyelamatkan gadis di dalam mobil.

Namun gadis itu seakan pasrah. Ucapan orang-orang di sekitarnya hanya terdengar seperti dengungan. Terlalu lemah untuk sekedar membuka matanya lebih lebar. Merasakan halusinasi yang datang tiba-tiba. Mulai dari sang Papa yang begitu menyayanginya, lalu Desta yang begitu melindunginya. Dan Haru, yang memberi warna walau sebentar.

Keyra kembali tersenyum.

Tak diharapkan oleh sang Mama, Papa yang begitu menyayanginya kini sibuk dengan bisnis nya. Haru sekarang membencinya. Dan Desta kini menjauhinya. Sudah cukup alasan untuk Keyra undur diri dari dunia ini.

Perlahan matanya tertutup, lelah. Semuanya gelap.

SEMESTA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang