48. Setelahnya

21 4 0
                                        

Waktu demi waktu berlalu. Tidak ada yang baik-baik saja setelah berita berkabung itu. Tidak ada Desta, orang tua Desta, dan orang tua Keyra saja yang merasa kehilangan. Satu sekolahan merasakannya. Bahkan pada tujuh hari kematian Keyra di sekolah mereka diadakan sebuah acara untuk mengenang Keyra. Gadis cantik itu benar-benar memiliki takdir yang buruk.

Pukul sebelas malam, namun agaknya Desta masih betah menahan angin malam yang menusuk. Bersandar pada mobilnya dengan kedua tangan berada di saku mengurangi rasa dingin. Hampir setiap hari Desta kemari, sekedar untuk memastikan si pemilik hati sudah mematikan lampu kamarnya bersiap istirahat.

Ya, bodoh. Desta akui apa yang ia lakukan sekarang kelewat bodoh. Setelah menyakiti teramat dalam memangnya apa yang ia harapkan? Menjelaskan semua kepada Sema lalu gadis itu dengan mudah memaafkan?

Ia menegakkan badannya saat siluet seorang gadis terlihat dari jendela. Terlihat menyibak gorden hingga terlihat jelas sang pemilik kamar yang selalu Desta amati akhir-akhir ini.

Tatapan mereka bertemu, tersirat banyak hal. "Gue kangen." Lirih Desta tanpa sadar. Tatapannya sirat luka dan kerinduan mendalam pada sosok gadis yang merebut hatinya dalam waktu cepat. Sema yang mampu memindahkan pusat semesta Desta hanya lewat tatapan lugu nya. Pada akhirnya yang dirindukan hanya menatap tanpa minat. Segera Sema menutup kembali gorden kamarnya sebelum mematikan lampu membuat Desta menghela napas berat.

Andai ia diberi waktu lima menit saja untuk bicara mungkin Desta hanya menggumamkan kata maaf tanpa berniat menjelaskan apa yang terjadi. Karena pada dasarnya Desta memang bersalah. Menyakiti hati kekasihnya dengan sengaja. Masih pantaskah Sema ia sebut kekasih?

Kalau dipikir-pikir satu sama lain tak pernah ada yang berkata untuk mengakhiri hubungan mereka. Tapi bukannya keterlaluan kalau Desta masih menganggap hubungan mereka spesial? Jelas-jelas semua terbentuk karena rencana konyol yang Desta setujui. Hubungan mereka mungkin palsu tapi tidak dengan perasaan Desta.

Pada akhirnya Desta hanya bisa kembali menelan bulat-bulat fakta. Sema tak ingin menemuinya atau hanya sekedar melihatnya. Lagi-lagi pemuda itu harus pulang dengan kecewa.

Mungkin akhirnya ia mendapatkan apa yang pantas.

—o0o—

Sementara itu di ranjangnya, bertemankan temaram lampu tidur, Sema bergerak gelisah. Air mata turun tanpa diharap. Berulang kali ia mencoba mengusap air yang jatuh dari pelupuk mata namun akhirnya dia jatuh lagi dan begitu seterusnya.

Sema sama kalutnya dengan Desta. Perasaannya memang belum pasti untuk siapa. Antara Haru dan Desta. Namun sakitnya sekarang lebih dominan, lebih terasa sesak daripada waktu melihat Haru bersama Keyra.

Bukannya Sema tak tahu beberapa hari lalu Desta selalu datang, baik hujan maupun tidak. Hanya berdiri di depan rumahnya tanpa berniat masuk. Berulang-ulang tiap malam. Lalu pergi tepat setelah Sema mematikan lampunya. Seolah pemuda itu sengaja menunggui Sema tidur.

"Gue kangen." Ucapnya.

Dirinya dan Desta hanya bersama tak lebih dari tahunan. Namun setiap kenangan bersama Desta seakan melekat menjadi film paling bagus untuk membuat dirinya terpuruk.

Persahabatan Sema dan Haru memang kembali baik. Tapi tak seperti semula karena mereka sudah saling mengungkapkan perasaan. Terkadang Haru sesekali mengajak Sema berpacaran. Tapi selalu ditanggapi Sema dengan bercanda. Ia tidak siap entah kenapa.

Sejujurnya berpacaran mengingatkannya kepada Desta. Mereka bahkan baru sehari menjalin hubungan namun sakit hatinya terasa sangat dalam. Desta selalu mencari kesempatan untuk sekedar bertemu dengan Sema dan gadis itu sebiasanya menghindar. Selalu menjadikan Haru sebagai tameng karena Sema tau Haru tidak akan membiarkan dirinya bertemu dengan Desta.

Pada akhirnya Sema hanya akan menangis sampai lelah. Sampai dirinya tertidur dan sejenak melupakan semua masalahnya. Sekalipun harus menangis lagi besok malam.

—o0o—

"Kamu ada masalah? Nilai kamu turun banyak." Di ruang guru, Bu Yuni—guru matematika di kelas Desta—tengah memberikan selembar kertas ulangan kepada Desta. Pemuda itu menunduk melihat nilainya.

"Desta, nggak biasanya kamu kayak gini. Ada masalah? Barangkali ibu bisa bantu." Desta masih diam tak menjawab membuat Bu Yuni menghela napas.

"Ibu harap kamu selesaikan masalah kamu secepatnya ya? Sebentar lagi ujian sekolah dan ujian kelulusan. Jangan sampai nilai mu juga turun. Mengerti?" Tanya Bu Yuni. Desta mengangguk pada akhirnya ia dibiarkan keluar dari ruang guru.

Desta berhenti, ia bersandar pada tembok luar ruang guru dengan helaan napas kasar. Akhir-akhir ini semuanya kacau tak tertata. Desta tak nafsu makan, wajahnya pucat. Ditambah kebiasannya yang menunggui Sema sampai tidur membuat Desta telat istirahat. Kantung mata tercetak jelas. Pemuda itu jelas terlihat lelah.

Bahkan akhir-akhir ini Desta sudah dua kali masuk rumah sakit. Tama mulai khawatir dengan putranya namun ia tak bisa berbuat apa-apa. Sikap Desta yang dingin dan tidak pernah terbuka dengan siapapun membuat Tama dan Arina kebingungan. Berulang kali mereka mendapat panggilan dari guru BK karena Desta yang kadang kedapatan sering tidur jam pelajaran. Seperti berubah seratus delapan puluh derajat.

Desta berjalan untuk kembali ke kelas. Namun baru beberapa langkah ia mendadak memegangi perutnya. Tangannya bersandar pada tembok sebagai tumpuan.

Sial, maag nya kambuh.

Desta berusaha berjalan walaupun agak susah.

Ia terkejut saat tiba-tiba ada yang memegangi tubuhnya seolah berperan sebagai penopang.

"Sema?" Panggil Desta.

Gadis itu tak menjawab, ia sekuat tenaga membawa Desta ke UKS. Susah payah gadis itu berjalan dengan memapah Desta hingga akhirnya mereka sampai di UKS. Desta langsung duduk di salah satu ranjang UKS.

"Kenapa?" Tanya Sema. Sangat dingin terdengar.

"Maag." Jawab Desta. Pemuda itu masih sibuk memandangi wajah yang ia rindukan. Bisa menatap Sema sedekat ini entah kenapa membuat Desta merasakan jantungnya berpacu lebih cepat.

Gadis itu mengambil sesuatu dari plastik yang ia bawa. Meletakkan roti isi dan air mineral di nakas. Selepas itu berbalik arah, mencari obat untuk maag dan meletakkannya di dekat roti dan air mineral itu.

Hal tersebut tak lepas dari pemantauan Desta. Bagaimana gadis itu bersikap, sekalipun tatapannya terkesan dingin namun Desta senang nyatanya Sema peduli padanya. Bagaimana gadis itu bernapas, bagaimana gadis itu berjalan. Semua Desta rindukan.

"Mau kemana?" Tanya Desta saat Sema berjalan kembali. Gadis itu menatap sekilas. "Lo bisa panggil petugas UKS kalo butuh." Selepas itu gadis itu keluar dari UKS. Lagi-lagi meninggalkan Desta sendirian. Pemuda itu menghela napas. Ia memandangi roti isi keju di nakas.

Itu roti kesukaan Desta. Pemuda itu jelas tau kalau Sema bucin berat dengan coklat. Seakan Sema membeli itu memang untuk Desta. Huh, sebaiknya jangan terlalu percaya diri.

Tapi dari sini Desta merasa ia masih memiliki sedikit celah untuk mendapat maaf dari gadis itu. Ya, pada akhirnya Desta kembali bersemangat dalam hidupnya.

SEMESTA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang