6. Genggaman

20 4 0
                                        

Desta dan pesta adalah dua kata yang berlainan. Maksudnya tidak pernah sinkron sekalipun hampir sama. Desta membenci pesta namun demi sahabat tercinta Desta rela. Bukan rela sebenarnya, lebih tepatnya terpaksa.

Desta memakai kemeja putih bergaris, dilapisi dengan rompi abu-abu dan jeans hitam. Tak lupa sneaker yang membuatnya tampil beda malam ini. Desta menjadi pusat perhatian setelah pria itu keluar dari mobilnya. Surai nya yang coklat tertiup angin sebab pesta diadakan diluar ruangan. Bagian lengan kemejanya dilipat. Sangat berbeda dari Desta yang selalu terlihat memakai seragam. Sebab melihat Desta di pesta adalah sebuah kelangkaan.

"Desta!" Panggil Keyra. Gadis itu pun tak kalah cantik, jika biasanya dengan seragam saja sudah cantik. Kini Keyra memakai gaun menjuntai. Rambutnya tergerai dengan make up yang pas dengan wajahnya. Sangat elegan bak model terkenal.

Keyra tersenyum ke arah Desta namun tak ditanggapi oleh senyuman balasan. Pria itu tetap berjalan dingin menuju ke arah Keyra. "Happy birthday, wish you all the best." Ucap Desta, tak lupa memberikan hadiah yang sudah ia persiapkan sebelumnya.

Keyra tambah antusias ingin segera membuka hadiah dari Desta. "Apa ini? Jangan-jangan buku pelajaran." Gurau Keyra namun tak ditanggapi oleh Desta. Mengajak pria itu becanda itu percuma. Selera humor Desta sangat tinggi, hal-hal kecil seperti lawakan bapak-bapak tidak akan mempan menembus kotak tertawa Desta.

"Gue pergi dulu ya Desta, mau nyapa yang lain." Ujar Keyra. Desta mengangguk mengiyakan sebelum akhirnya gadis yang satu-satunya Desta kenal pergi menemui tamu yang lain. Desta menghela napas. Sekarang apa yang harus ia lakukan? Terakhir kali Desta menghadiri pesta ulang tahun itu ketika temannya berulang tahun, dan itupun sudah lama sekali kira-kira ketika Desta masih TK. Setelahnya Desta hanya belajar, belajar, dan membawa komik, sekarang ditambah bermain game.

Jujur Desta bingung harus berbuat apa disini. Meskipun yang Keyra undang rata-rata teman sekelas namun Desta merasa asing disini. Tidak mengenal siapapun atau mungkin Desta yang malas mengingat nama. Kalau disuruh berbaur pun Desta malas. Anak introvert sepertinya tidak seharusnya berada di keramaian seperti ini. Desta salah dengan mengiyakan paksaan Keyra untuk datang ke pesta ulang tahunnya.

§§§§

"Inget! Jangan jauh-jauh dari Gue." Sema memutar bola matanya malas. Semenjak sepuluh menit perjalanan berlalu Haru sudah lebih dari seratus kali mengucapkan kalimat yang sama.

"Iya Haru, Gue nggak lupa kok. Lagian juga disana Gue nggak kenal siapa-siapa selain Lo." Sahut Sema. Gadis itu merapikan jepit rambut putih yang Mama nya pasangkan tadi. Tidak salah sih selera sang Mama sebelas dua belas dengan fashion masa kini. Jelas, dulu kata Papa, Mama Sema itu salah satu gadis paling cantik seangkatan. Cantiknya sih menurun ke Sema tapi sikap feminisme nya tidak. Atau mungkin sedikit menurun lah tapi tetap saja, Sema malas kalau harus mengikuti fashion. Melelahkan tidak ada habisnya.

"Lo yakin? Kita dinner aja berdua. Gue yang bayar deh." Ucap Haru lagi. Sudah berapa kali Sema bilang, ia ingin menghadiri acara ini sebab penasaran bagaimana rasanya hadir di acara ulang tahun siswi populer semacam Keyra.

"Yaudah pulang aja." Final Sema, pandangannya kesal lantaran Haru terlalu labil menurutnya. Tadi pagi siapa yang menyuruh Sema berdandan yang cantik malam ini? Sudah cantik malah ingin dinikmati sendiri, enak saja.

"Loh kok pulang?"

"Ke pesta atau pulang?" Tanya Sema, sengaja dengan nada tajam agar Haru tau dirinya tidak main-main ingin pergi ke pesta. Haru menghela napas dalam, kalau tuan putri Sema sudah begini itu artinya harus dituruti atau nanti Haru bisa didiami selama tiga hari. Bisa satu Minggu kalau Haru tidak memberikan sesuatu sebagai sogokan.

"Iya-iya." Ujar Haru lantas mengemudikan mobilnya menuju tempat pesta diadakan.

"Inget, jangan jauh-jauh dari Gue!"

Lagi! Sema benar-benar muak ingin menendang Haru keluar mobil. Tidak, jangan, tidak boleh. Haru itu aset keluarganya kalau mati muda kan kasihan juga.

Sepanjang perjalanan Sema hanya mengecek penampilannya membuat Haru lama-lama berdecak. "Udah cantik kok." Ucap Haru yang jengah dengan gadis itu. Sema menoleh sekilas tapi kemudian memilih berkutat pada penampilannya lagi alih-alih membalas ucapan Haru atau bersemu. Tidak sempat, terlihat sempurna di pesta sempurna jauh lebih penting.

Tak lama mobil Haru telah sampai di parkiran pesta. Banyak mobil yang berjejer. Pastilah, sebab tidak mungkin seorang Keyra mengundang orang sembarangan. Tempat pesta pun dari luar sudah terlihat mewah dengan dua orang penjaga di depannya.

"Haru, undangannya Lo bawa kan?" Tanya Sema kala melihat ada pengecekan kartu undangan di depan pintu. Haru mengingat sejenak kemudian menggeleng. "Nggak, kebuang mungkin, Gue lupa naro." Jawab Haru dengan entengnya. Sema membulatkan mata dan juga mulutnya. "Haru, ada pengecekan loh itu." Tukas Sema sembari menunjuk kepada panitia pengecekan kartu undangan. Sementara Haru santai-santai saja.

"Yaudah, brarti kita nggak bisa masuk. Ayo dinner."

Dinner, dinner, dinner. Dinner terus yang dipikirkan pemuda itu. "Haru, gimana sih?" Tanya Sema kecewa. Sudah dandan cantik-cantik masa sia-sia.

"Segitunya Lo pengen masuk, biar dilihat siapa sih? Ada gebetan Lo di dalem?" Tanya Haru bertubi-tubi. Sema lantas menoleh cepat kemudian menggeleng. "Nggak!" Jawabnya. Harus menghela napas, antara lega dan bingung. Ya pokoknya begitu.

"Ayo." Haru menggenggam tangan Sema tanpa permisi berjalan menuju panitia.

"Tapi kan Haru—"

"Ya kita coba dulu, kalo nggak boleh masuk ya kita Dinner."

Dinner lagi, Halah.

"Bisa diperlihatkan kartu undangannya mas?" Tanya panitia itu kepada Haru.

"Eum, mbak kartu nya hilang, kalo nggak bawa kartu emang nggak boleh?" Tanya Haru. Ia berharap sih tidak boleh masuk. Masih bebal dengan niat utamanya. Dinner.

Kedua panitia itu lantas berdiskusi. "Kalau boleh tau, nama mas siapa?" Tanya panitia itu. Sembari membuka sebuah buku akutansi berisi siapa saja tamu undangan. Kalau tidak membawa undangan jalur satu-satunya adalah mengecek nama di daftar tamu.

"Haru Magenta Radhika." Jawab Haru. Panitia yang awalnya ingin mengecek tiba-tiba menoleh. Tidak melanjutkan aktivitasnya dan malah berdiri.

"Oh mas Haru, Silahkan masuk mas." Ucap kedua panitia itu.

"Lah? Nggak jadi di cek?" Tanya Haru.

"Yang punya acara sudah bilang kalau mas Haru itu tamu penting." Lah? Haru tambah bingung.

"Dan mbak itu?" Tanya panitia menunjuk ke arah Sema. Sema menggigit bibir bawahnya, takut ia tidak diizinkan masuk. Haru yang mengerti kemudian memegang tangan Sema lagi. "Oh, dia pacar saya, kata Keyra saya boleh bawa pasangan atau teman." Jawab Haru membuat Sema terkejut. Enteng sekali ngomongnya tanpa tau jantung Sema tengah berdetak dua kali lipat dari biasanya. Ngerepotin hati orang aja si Haru.

Panitia itu mengangguk mempersilahkan Haru dan Sema untuk memasuki tempat acara. Dengan Haru yang masih menggenggam tangan Sema. Dan Sema yang menatap tautan itu.

Ini bukan pertama kalinya tangannya digenggam oleh Haru. Namun ini pertama kalinya genggaman Haru terasa sangat menyenangkan. Menghangatkan sampai rasanya Sema tak ingin melepasnya lagi, biarpun tangannya gerah sekalipun.

SEMESTA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang