"Nak, sebenernya kamu sama Doyoung tuh gimana, sih? Papa Cuma pengen tau aja, soalnya si Heechul kok kayak nentang kalo kamu deket atau mungkin pacarana sama Doyoung."Jiwoo hanya menghela napas mendengar ucapan papanya yang ia dengar melalui panggilan telepon. Belum ada satu jam dirinya berpisah dengan Doyoung, sudah ada berita yang tidak menggenakkan saja. Jiwoo bahkan belum memulai hubungan yang sejauh itu dengan pemuda tersebut.
"Pa, Jiwoo nggak tau apa-apa. Boleh Jiwoo ngobrol sama Doy dulu?" tanya Jiwoo, hanya untuk segera menghindari hal tersebut. Terutama untuk malam ini saja.
Disamping itu, Jiwoo juga belum mengerti dengan maksud ucapan Siwoon yang melibatnya Heechul, ayahnya Doyoung. Seingat Jiwoo, pada malam itu, Heechul terlihat cukup ramah saat ia dikenalkan oleh Doyoung pada keluarga pemuda itu. Belum lagi, mereka bahkan duduk satu meja dengan Siwon dan Yuri.
"Woo, istirahat gih."
Jiwoo seakan tersadar, di sana tidak hanya dirinya sendiri. Melainkan ada Hoshi yang tadi mengantarnya pulang. Hoshi masih di sana, menunggui Jiwoo selesai melakukan panggilan dengan Siwon. Tepat ketika mereka juga baru saja tiba di sana.
"Yaudah gue balik ya," lanjut Hoshi karena tidak ingin mengganggu Jiwoo meski tidak dipungkiri dirinya penasaran karena obrolan Jiwoo dengan Siwon sukses membuat gadis itu sibuk dengan pikirannya sendiri. Tanpa menyalakan mesin motor, Hoshi mendorong motornya menuju rumah.
//to : Jiwoo//
Euijin : "Woo, gue di balkon atas."
Jiwoo memeriksa ponsel di tangannya. Tepat ketika Hoshi sudah menutup pintu pagar rumahnya. Dari bawah pagar, Jiwoo melihat punggung Euijin di balkon atas, dekat dengan kamarnya yang berada di lantai dua itu. Tanpa menjawab pesan Euijin, Jiwoo lebih memilih untuk bergegas ke dalam rumah. Setengah berlari menuju lantai dua rumah. Tadi saat melewati kamar bawah yang sekarang ditempati Sejeong, tampak masih gelap. Jiwoo tidak terlalu ambil pusing, hanya sekedar mengetahui jika salah satu penghuni baru rumahnya belum kembali.
Jiwoo membuka pintu yang mengarah ke balkon dengan sedikit kasar. Dilihatnya Euijin duduk di sudut dengan memeluk kakinya sendiri. Ada sebuah gelas yang sudah kosong di dekat kaki Euijin. Jiwoo berjongkok dan menyambar gelas mencurigakan itu, lalu mendekatkan pada hidungnya.
"Lah, softdrink."
"Lu pikir apa?" protes Euijin yang sejak tadi hanya meliat apa yang dilakukan Jiwoo. "Gue masih waras," lanjutnya. Bisa dilihat, Jiwoo memang mencurigainya sesuatu.
"Lu kenapa?" tanya Jiwoo sambil duduk bersila di depan Euijin, tidak merespon protes Euijin terhadapnya. Jelas, Jiwoo memang curiga jika Euijin 'minum', meski kemungkinannya sangat kecil, mengingat Jiwoo tahu siapa gadis itu.
Euijin bukannya tidak ingin menjawab, namun suara deru mesin motor yang berhenti di depan pagar rumah Jiwoo mengalihkan perhatian dua gadis itu. Euijin sampai memutar badannya untuk memastikan sesuatu. Sahabat mereka, Wooshin, bersama gadis yang dulu benar-benar sangat mereka hindari. Sejeong. Namun kini mereka seperti dipermainkan takdir. Bukan karena 'sahabat' mereka direbut 'mantan musuh'.
Jiwoo berdiri di depan pagar balkon setinggi pinggang. "Kasian kali ceweknya baru pulang mau istirahat, malah diajak ngobrol terus," goda Jiwoo sambil setengah berteriak.
Wooshin dan Sejeong menoleh. Wooshin hanya menunjukkan kepalan tangannya dan justru membuat Jiwoo tertawa. Tentu, Wooshin tidak benar-benar melakukan itu. Kalau boleh jujur, Wooshin hanya malu karena digoda seperti itu oleh sahabatnya.
"Masuk, sana. Ibu kosnya galak," kata Wooshin pada Sejeong yang sebenarnya sudah turun dari boncengan motornya sejak tadi saat mereka baru sampai.
Sejeong tersenyum tipis. "Besok nggak usah jemput, aku mau bareng Euijin."
Wooshin menatap lembut gadis itu sambil mengedip diiringi anggukan tipis sebagai tanda dirinya menerima keputusan gadis itu. Seakan 'dipermainkan takdir' juga dialami Sejeong, yang kini bahkan ingin belajar hidup seperti mereka—Jiwoo dan Euijin.
![](https://img.wattpad.com/cover/208159456-288-k169060.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SKY AND EARTH
Fanfiction"Persahabatan gue terasa seperti bisnis." -Wonwoo "Doyoung gitu-gitu harga dirinya tinggi, mana mau sama cewek yang lebih kaya dari dia." -Taeyong "Gue cuma ngebayang gimana sahabat gue berada di posisi kayak dia, gue cuma berharap ada orang baik ya...