21. Pelaku Terror

84 8 8
                                    



"Emang dulu Jiwoo satu sekolah sama kita, Doy?" tanya Yuta yang akhirnya ikut buka suara. Yuta termasuk salah seorang yang mengenal Doyoung sejak SMA meski mereka berada diangkatan yang berbeda.

"Jiwoo bukannya dulu sekolah di SMA Negeri?" Wonwoo ikut bertanya untuk memastikan ingatannya.

Belum sempat Doyoung menjawab, kekehan Taeyong lebih dulu menarik perhatian. "Emang gila si Doyoung. Dia diem-diem ikut tes buat sekolah di SMA Negeri. Lolos dan sampe udah sempet sekolah di sana. Terus, ketauan sama Bokapnya, langsung disuruh Pindah sekolah," jelas Taeyong masih diiringi kekehan. Memang kejadian menggelikan itu tidak akan pernah ia lupakan.

Doyoung hanya tersenyum mengingat kejadian masa lalu dihidupnya yang tidak akan pernah ia lupakan. "Ya sebenernya gue juga bosen ketemunya sama Ten sama Bang Taeyong mulu. Makanya gue milih sekolah di Negeri," candanya.

"Waktu itu juga kan posisinya gue baru kenal sama Ten. Pantesan si Johnny nanya ke Ten 'Kok Doyoung nggak sekolah di sini?', gitu," ujar Yuta yang menirukan bagaimana cara Johnny bertanya tentang Doyoung saat itu.

"Iya gue Cuma satu semester di sana, abis itu pindah ke sekolah kalian," kata Doyoung membenarkan. "Padahal gue nyaris wakilih sekolah di kompetisi sepakbola. Kalo nggak karena cedera, gue nggak bakal ngalah itu, bodo amat gue di coret dari kartu keluarga."

Wonwoo ikut menertawai. Bahagia rasanya mendengar kisah masa lalu sahabatnya yang memang baru ia kenal saat kuliah. "Terus gimana lo bisa kenal Jiwoo?" tanya Wonwoo semakin antusias. Mungkin nanti ia bisa menggoda adiknya tersebut karena pernah memiliki kisah dengan sahabatnya, Doyoung.

Kekehan Doyoung menghilang. "Sebenernya itu nggak bisa dibilang 'kenal', sih," ujarnya. Ada setitik rasa kecewa di sana. "Gue sebenernya pas di sana kenal sama Jinwoo. Lo tahu, 'kan?"

"Temennya Yerin?" tebak Wonwoo.

Yuta mengangguk, ikut membenarkan. "Iya, benar."

"Ya gue sama Jinwoo Cuma pernah nongkrong bareng. Karena diajak sih, yaudah gue ikut aja. Kebetulan banget pas waktu itu dia sama temen-temennya ngerencanain bikin taruhan dan targetnya itu cewek yang Namanya Jiwoo," jelas Doyoung kemudian yang sukses menyulut emosi di wajah Wonwoo.

"Gila!" pekik Wonwoo dengan mata melebar.

"Sabar, Won," goda Taeyong yang tidak bisa menyembunyikan tawanya karena melihat ekspresi Wonwoo. Jelas saja, siapa yang terima jika adiknya dijadikan target taruhan.

"Lo tahu Wooshin, 'kan?" tanya Doyoung yang dijawab oleh anggukan oleh ketiga temannya. "Wooshin dulu juga sempet gabung di ekskul bolah juga bareng gue. Nah gue baru tau Jiwoo di sana. Jiwoo tuh suka nonton kalo ada pertandingan bola. Tadinya gue kira dia ceweknya Wooshin. Tapi kata Wooshin mereka Cuma sahabatan."

Wonwoo benar-benar memperhatikan setiap kata yang dilontarkan Doyoung. Cowok itu tidak ingin melewati sepenggal ceritapun tentang Jiwoo.

"Terus?" Yuta tidak bisa menahan rasa penasarannya.

"Dan ini moment yang paling nggak gue suka," ujar Doyoung sambil menghela napas. "Jinwoo nembak di depan umum, dan Jiwoo nerima dia. Padahal gue udah peringatin si Wooshin."

Diam-diam, Wonwoo mulai mengetikkan sesuatu di ponselnya. Sementara Doyoung masih melanjutkan bercerita.

"Gue berasa hancur ngeliatnya. Padahal gue nggak kenal siapa Jiwoo," lanjut Doyoung. Tidak seperti diawal yang begitu bersemangat ketika menceritakan Jiwoo. Kali ini Doyoung tampak lesu. Sesuatu yang sebenarnya tidak ingin ia ingat-ingat lagi.

SKY AND EARTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang