7. Calon Menantu

168 16 11
                                    


Hoshi membenarkan letak ranselnya sambil menatap kagum rumah besar di depannya. "Woo, ini nggak salah alamat?" tanya Hoshi, sambil menoleh ke tempat Jiwoo berdiri.

Jiwoo terkekeh melihat wajah Hoshi yang seperti baru pertama kali melihat rumah yang besar. "Kaget ya? Gue juga awalnya gitu."

"Lu nggak pengen gitu tinggal di rumah ini?"

Jiwoo menggeleng sambil membuka pintu pagar. "Nggak lah. Kalo di sini kan nggak ada kalian."

"Makin cinta gue sama lu." Hoshi memeluk leher Jiwoo dari belakang sambil mengikuti Jiwoo melangkah masuk.

"Geli, lu."

Hoshi makin tertawa karena balasan ucapan Jiwoo. Mereka terus melintasi halaman luas yang diterangi lampu taman di kanan dan kirinya sambil tertawa. Sesekali saling mendorong, namun masih diiringi derai tawa. Entah apa yang mereka tertawakan.

"Hahaha gila gue nggak nyangka Heedo bisa mellow juga."

"Iya, makanya."

"Mending jadi bini gue aja lah, Woo. Walau berantem mulu juga nggak apa-apa kan jadinya seru. Apa sekalian nih mumpung ketemu orang tua lu, gue ngelamar sekalian."

Jiwoo menoyor kepala Hoshi. "Sekolah dulu lu yang bener, bogel. Mau makan apa gue ntar? Makan kodingan?"

"Oh, nemenin Jiwoo ke sini tuh niatnya mau ngelamar?"

"Eh?" JIwoo dan Hoshi berujar bersamaan. Terkejut karena ternyata Yuri, ibunya Jiwoo sudah menunggu di ambang pintu. Kedua anak itu sibuk bercanda sejak tadi.

"Kok malem banget sih nyampenya?" tanya Yuri sambil mengulurkan tangan. Jiwoo dan Hoshi mencium tangan Yuri secara bergantian.

"Jiwoo aja baru pulang jam 7, tan." Hoshi yang menjawab karena Jiwoo sibuk menyender manja pada ibunya.

"Kamu masih kerja? Nggak usah lah, nak." Yuri membelai rambut Jiwoo. Namun Jiwoo menggeleng.

"Iseng doang, Ma. Aku malu lah sama Euijin. Pengen belajar cari uang sendiri."

"Geli, Jiwoo." Hoshi pura-pura bergidik melihat tingkah Jiwoo.

Yuri hanya tertawa melihat kejahilan Hoshi. "Kalian tuh kapan akurnya sih. Gimana nanti nikah?"

"Black list Hoshi jadi menantu mama pokoknya. Heedo sama Wooshin aja."

"Eh, kalian tuh dateng barengan?" Yuri menatap Jiwoo dan Hoshi bergantian.

"Ya emang bareng kan, Ma." Jiwoo balas menatap bingung pada Yuri.

"Bukan, maksud Mama.." Kalimat Yuri terputus. Tangan wanita itu terangkat, menunjuk ke arah pagar rumah yang terlihat terbuka dengan disoroti sepasang lampu mobil. Salah seorang cowok juga terlihat mendorong pagar tersebut dan membiarkan mobil memasuki halaman.

"Wonwoo, Ma?" tanya Jiwoo untuk memastikan.

Yuri mengangguk. "Iya tadi kata Papa, Wonwoo juga mau pulang. Ternyata kalian bikin kejutan ya datengnya barengan?"

Jiwoo mengerutkan kening. "Tau aja nggak kalau dia mau dateng," protes Jiwoo yang tidak terlalu dihiraukan oleh Yuri yang tampak antusias menunggu Woonwoo yang ternyata datang tidak sendiri.

Doyoung dan Taeyong mengikuti langkah Wonwoo. Mereka juga tidak kalah terkejut dengan keberadaan Jiwoo dan Hoshi di sana. Taeyong bahkan sampai beringsut ke balik punggung Doyoung karena melihat keberadaan Jiwoo. Belum lagi cowok itu datang hanya mengenakan kaus dan celana basket.

SKY AND EARTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang