38. Nyusahin Temen

49 3 7
                                        

Taeyong menyodorkan sebuah kaleng minuman pada Euijin yang menunggunya di meja tinggi yang tersedia pada mini market tersebut. Tadi pemuda itu sudah mengajak ke sebuah cafe, namun Euijin menolak. Hubungan keduanya masih dingin. Terakhir kali karena keputusan Taeyong yang ingin menikahi Seunghee untuk menolong gadis itu.

"Nggak perlu ngerasa bersalah, aku baik-baik aja," kata Euijin yang tadi juga menolak secara halus keinginan Taeyong untuk membantu Euijin membuka segel kaleng pada minumannya.

Taeyong hanya mengalah, menghela napas sambil menatap gadis itu dari samping tanpa menyentuh kaleng minumannya yang ia biarkan di atas meja. Gadis itu jelas terlihat kecewa, hanya saja tidak menunjukkan emosinya. "Nggak ada pernikahan aku dan Seunghee."

Euijin menoleh cepat. "Seunghee butuh bantuan kamu."

Mereka kini saling tatap, namun Taeyong masih diam. Ingin menatap wajah gadis itu. Wajah gadis yang cukup dirindukan karena tiba-tiba menghilang tanpa kabar beberapa hari ini. "Udah nggak perlu."

"Terus Seunghee gimana?"

Kali ini Taeyong mengulurkan tangan untuk membuka penutup kaleng minumannya tanpa melepaskan tatapan pada Euijin dan membiarkan gadis itu bertanya-tanya dengan sikap Taeyong. Melabuhkan hatinya pada Euijin bukan keputusan yang buruk. "Sama seperti yang Wooshin bilang. Entah ini berita baik atau berita buruk."

"Kalau cerita tolong jangan setengah-setengah," protes Euijin karena menurutnya Taeyong mengulur waktu. Padahal sebenarnya hanya Euijin saja yang mendesak tidak sabar.

Taeyong masih mempertahankan senyumannya meski sudah seperti memudar. Tangan pemuda itu mendarat di puncak kepala Euijin. Taeyong sempat mengusapnya lembut.
"Seunghee kena musibah. Bayinya keguguran," ujar Taeyong akhirnya.

Mendengar itu, Euijin tampak terkejut dengan menutup mulutnya menggunakan kedua tangan.

"Euijin, terima kasih udah sabar menghadapi aku. Melawan keegoisan aku. Aku Cuma keinget—"

"Jangan bahas," ujar Euijin, memang membuat Taeyong tidak melanjutkan ucapannya. "Aku juga egois. Aku sebenarnya marah. Tapi aku sadar aku bukan siapa-siapa."

Taeyong membulatkan mata. Sedikit tidak terima dengan kalimat Euijin. "Bukan siapa-siapa, apa maksudnya?"

Euijin hanya membungkam mulutnya rapat-rapat.

"Kamu masih ragu? Aku serius ngejalin hubungan sama kamu. Aku berusaha untuk mencintai kamu. Dan kamu nggak usah ragu, itu berhasil."

Euijin tersenyum tipis karena berusaha menahannya. Masih ada rasa tidak ingin terlihat senang dengan ucapan cinta dari seorang Taeyong.

Diamnya kedua pemuda-pemudi itu membuat mereka seperti terbawa suasana. Taeyong perlahan mengikis jarak diantara mereka. Tidak melepaskan tatapan terhadap manik mata gadis yang bersamanya itu. Dan tidak diduga oleh keduanya, sebuah bungkus snack mendarat di pipi Taeyong. Sontak Taeyong menoleh dengan tatapan kesal. Dilihatnya seseorang yang mengganggunya adalah Ten yang kini justru sudah mengambil tempat duduk di sebelah Taeyong dan membuat pemuda itu memutar badannya ke arah Ten berada.

"Kenapa?" tanya Taeyong.

Ten tidak menjawab dan terkesan seperti tidak mendengar pertanyaan Taeyong. Ten hanya sibuk dengan bungkusan snack dihadapannya. Ten menyobek ujung bungkus plastik, dan mulai menyomot isinya menggunakan tangan polos.

"Kalian lanjut aja ngobrolnya. Anggep gue nggak di sini," kata Ten kemudian setelah melakukan beberapa suapan. Ten bahkan tidak segan-segan menyambar kaleng minuman milik Taeyong yang ia tenggak sedikit. "Oiya, gue belum beli minum," kata Ten untuk dirinya sendiri.

SKY AND EARTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang