23. Jersey KIM. D

88 7 8
                                    



Sudah sekitar 15 menit Jungwoo menunggu di depan rumah Jiwoo yang pagi itu tampak kosong. Menelepon beberapa kali pun tidak ada jawaban dari Jiwoo. Jungwoo menegakkan badan ketika melihat Taeyong kembali. Taeyong yang menawarkan diri untuk menemani Jungwoo karena dirinya tahu Jungwoo akan menemui Jiwoo karena dititipi amanat oleh Doyoung. Namun, entah ada maksud terselubung atau memang benar-benar ingin menemani Jungwoo. Dan tadi, baru saja Taeyong mengunjungi rumah Hoshi untuk mencari informasi mengenai keberadaan Jiwoo.

"Katanya mereka lagi lari pagi, mungkin sebentar lagi balik," kata Taeyong yang membuat Jungwoo melirik jam tangannya. "Lo nyusul ke bandara?" tanyanya kemudian.

Jungwoo menggeleng. "Nggak, Bang. Mau langsung balik aja nemenin bunda. Tau sendiri lah bund ague kayak gimana ngedramanya ditinggal anak ke luar negeri."

Taeyong hanya terkekeh mendengarnya.

"Gue kira lo bakal ikut Bang Doyoung."

Kali ini giliran Taeyong yang menggeleng. "Gue nggak kebagian tiket yang bareng si Johnny."

Jungwoo ber-oh ria karena baru saja teringat kejadian kemarin. Ten juga mengajaknya untuk ikut, namun cowok itu lebih memilih untuk tinggal. "Biasanya bang Sejun ngikut."

"Bulan lalu passport dia ilang," kata Taeyong yang kemudian sudah mengeluarkan bungkus rokok.

Belum sempat melanjutkan kegiatannya, Taeyong menoleh karena mendengar suara ramai sepeda motor. Taeyong menegakkan badan karena dua dari tiga motor tadi berhenti tepat di depan pagar rumah Jiwoo. Satu motor lainnya tentu berbelok ke arah rumah Hoshi. Euijin yang berboncengan dengan Wooshin tampak bergegas—sedikit menghindari kontak mata dengan Taeyong—turun dari motor dan membukakan pintu pagar agar Heedo dan Wooshin bisa memasukan motor mereka.

Jiwoo sendiri tadi ternyata menumpang motor Hoshi, dan langsung menghampiri Taeyong dan Jungwoo. "Kalian ada apa ke sini pagi-pagi?" tanya Jiwoo pada keduanya. Tanpa disadari, mata Jiwoo seperti mencari sesuatu. Tentu saja ia mencari Doyoung, hanya tidak sampai ia tanyakan secara gambling pada Jungwoo ataupun Taeyong.

"Gue ada titipan," ujar Jungwoo yang tanpa menunggu respon berikutnya dari Jiwoo, sudah melesat ke mobil yang terparkir tepat di depan Taeyong berdiri.

"Nggak mau ngobrol di dalem aja?"

Hampir semua mata menoleh pada Euijin yang tadi bersuara karena mereka masih tampak berkumpul di depan rumah. Euijin hanya menunjukkan senyumannya yang terlihat canggung. Apalagi ketika matanya benar-benar bertemu dengan Taeyong.

"Yaudah mendingan ngobrol di dalem aja biar Euijin bikinin minuman," kata Wooshin yang mendapat pelototan dari Euijin. Wooshin melangkah lebih dulu ke arah rumah sambil tersenyum tipis untuk membalas pelototan Euijin.

Hayoung menyenggol lengah Euijin agar cewek itu ikut dengannya menyusul Wooshin. Hoshi juga melangkah cuek dengan ekspresi tidak bersahabatnya perihal kedatangan Taeyong dan Jungwoo yang tiba-tiba. Meski demikian, cowok itu juga tidak ada niatan mengusir. Toh bukan dia pemilik rumah, dan Taeyong juga bukan tamunya.

"Kayaknya Hoshi masih salah paham," ujar Taeyong yang membuat Jiwoo kembali menoleh padanya. Sebelum ini cewek itu juga mengawasi sikap Hoshi sampai cowok itu masuk ke dalam rumah.

"Salah paham?" tanya Jiwoo dengan kening mengerut.

Taeyong hanya menghela napas. "Pelaku terror itu bukan temen-temen gue," lanjutnya.

SKY AND EARTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang