Mereka akhirnya berkumpul. Meski tidak lengkap, tapi mereka tetap dalam visi dan misi yang sama. Termasuk Ten yang berusaha mengabaikan tatapan jahil teman-temannya karena pemuda itu datang bersama Hayoung. Benar-benar tidak mempedulikan tatapan mereka. Bahkan Ten berusaha menahan diri untuk tidak menoleh ke arah Hayoung yang duduk bersama Jiwoo. Jelas gadis itu belum terbiasa dengan suasana yang ada dan menjadikan dirinya salah satu titik sorotan.
Doyoung menjelaskan dengan singkat seperti apa yang Jiwoo ceritakan padanya saat perjalanan menuju cafe. Sebuah kalung dan sepucuk surat juga tak lupa ia tunjukkan. Tentu atas persetujuan Jiwoo karena gadis itu memang tidak bisa apa-apa tanpa teman-teman Doyoung di sana. Mereka juga akan turun tangan dengan tuntas karena mereka juga kehilangan jejak Seunghee.
Hilangnya dua orang tersebut memang erat dikaitkan karena kondisi yang mempertemukan mereka berdua. Meski dari kubu Jiwoo menganggap kecil kemungkinan jika Heedo bersama Seunghee mengingat gadis itu salah satu yang posisinya sangat sulit 'disentuh' oleh Jiwoo dan kawan-kawan.
Ten termenung dengan surat berisi sebuah alamat yang berada sangat jauh dari tempat yang mereka pijak. Tangan pemuda itu juga kemudian tampak bermain di layar ponsel dan mencari sebuah kontak. Begitu dapat apa yang ia cari, Ten melakukan panggilan pada nomor tersebut.
"Seoho, lu dimana?" ujar Ten dengan suara pelan namun terdengar lugas hingga membuat pemuda itu menjadi sorotan.
"Masih di kampung lah. Kan gue belum dapet kerja di Jakarta." Terdengar suara merespon Ten dari seberang sana.
"Daerah mana tepatnya? Kayaknya gue mau main ke sana."
Terdengar sebuah tawa dari pemuda bernama Seoho tersebut. "Lu kalo mabok jangan terlalu ngaco gini lah. Ini masih sore, kali. Perbedaan waktu kita cuma beda sejam doank. Nggak mungkin jam segini lu mabok."
Ten tidak terpancing dengan ucapan Seoho. Meski ucapan Ten sendiri bisa saja tidak hanya sekedar lelucon. Jangankan untuk sekedar ke kota yang berbeda pulau, beda negara pun bisa pemuda itu kejar saat itu juga.
"Seoho yang itu bukannya dia di Makassar ya?" Wonwoo bertanya pada siapapun yang berada di dekatnya setelah pemuda itu tampak berpikir dan mengingat seseorang yang Ten sebutkan namanya tadi.
Tidak terlalu banyak yang merespon ucapan Wonwoo. Namun, Ten yang memegang kertas dari Heedo dapat mendengar jelas apa yang Wonwoo katakan karena dalam surat tersebut, Heedo menuliskan sebuah alamat yang berada di Kota yang sama seperti yang Wonwoo katakan.
"Nggak anjir, Ho. Gue sadar, gue mau ada survei lokasi ke sana. Di daerah jalan Yos Sudarso," kata Ten kemudian sambil mengutip alamat dari Heedo.
"Lah, deket banget itu, Ten."
Ten sontak menoleh dan bertemu tatap dengan Taeyong yang menuntut pertanyaan meski melalui gerakan mata.
"Kapan lu..."
"Besok!" tegas Ten meski Seoho belum menyelesaikan kalimatnya. Ten juga belum berpaling dari Taeyong. "Besok gue berangkat tapi ada satu hal, gue minta tolong sama lu. Gue kirimin alamat via chat. Tolong bantu gue temuin alamat itu."
***
Pemuda itu menatap lekat-lekat layar ponselnya. Memastikan jika sebuah alamat yang ia terima sudah sesuai dengan lokasi yang dia datangi malam itu juga. Sebuah ruko jasa pengiriman. Sudah cukup sepi, namun Seoho masih menunggu beberapa saat di depan sana. Sampai akhirnya ada sosok tinggi yang muncul dari dalam pintu. Keduanya saling tatap beberapa saat. Seoho sedikit mengerutkan kening melihat pemuda yang tampak tidak asing untuknya.
"Ternyata elu," ujar Seoho.
Tegur sapa sesaat itu membawa keduanya duduk di sebuah taman luas yang berbatasan dengan laut di depan mereka. Pemuda yang ditemui Seoho itu memang Heedo.

KAMU SEDANG MEMBACA
SKY AND EARTH
Fiksi Penggemar"Persahabatan gue terasa seperti bisnis." -Wonwoo "Doyoung gitu-gitu harga dirinya tinggi, mana mau sama cewek yang lebih kaya dari dia." -Taeyong "Gue cuma ngebayang gimana sahabat gue berada di posisi kayak dia, gue cuma berharap ada orang baik ya...