"Tolong jagain Yuli bentar yah Rain,"Ucap Yuda tenang, namun terlihat jelas jika ia sedang menahan amarah nya.
Rain hanya bisa mengangguk, "Yuli makan dulu yuk, trus minum obat biar bisa cepet sembuh."Ucap Rain setelah kepergian Yuda.
"Yu-Yuli gak suka obat kak, pait."Ucap Yuli dengan sesenggukan.
"Gak pahit kok, rasa jeruk obatnya. Yuli mau yah, biar Yuli cepet sembuh trus bisa jalan-jalan sama kakak. Bisa sekolah juga trus ketemu temen-temen lagi."
"Beneran kak?"Tanya Yuli antusias, Rain mengangguk.
Akhirnya Yuli mau memakan bubur dan obat yang tadi Rain beli.
Sedangkan disisi lain, Yuda menerjang pintu kamar Papanya yang langsung terbuka lebar dan menampakkan Papanya yang sedang bercumbu dengan seorang wanita.
"APA-APAAN KAMU YUDA!"Lelaki yang berstatus sebagai papa kandung nya itu tergopoh-gopoh meng-kancingkan kemeja nya yang terbuka, sedangkan wanita nya sibuk membenarkan posisi nya.
"LO YANG APA-APAAN! Udah brani lo berbuat zina di rumah Mama, Hah?!"Lelaki itu terdiam mematung begitu mendengar bentakan anak lelaki nya.
Untuk pertama kalinya ia melihat melihat Yuda semarah ini.
"Udah jalang keberapa yang lo bawa pulang tanpa sepengetahuan gue?!"
"Jaga mulut dan sopan santun kamu Yuda! Dia calon mama kamu BUKAN jalang."
Yuda terkekeh geli,"Sopan santun? Sama lo? Lo lupa kalo selama ini peran lo sebagai orang tua udah mati semenjak lo ninggalin gue sama Yuli dan milih cewek jalang ini?!"
Wanita itu tampak menggerakkan gigi-gigi nya karna merasa terhina oleh kata-kata Yuda, tapi ia juga tak berani melawan kemarahan Yuda.
"Dan dengan gak tau dirinya lo nyalahin adek gue? BRENGSEK!"
Bughh.....
Yuda memukul papanya hingga pria itu tersungkur.
"Nyatanya anak itu memang pembawa sial! Kalau saja mama kamu milih gugurin dia, mungkin saya tidak akan kehilangan istri saya!"
"Lo egois! Mama rela mempertahankan Yuli walaupun tau mempertaruhkan nyawanya dan lo dengan gampangnya nyalahin Yuli yang gak tau apa-apa?!"
"PERGI LO SEKARANG JUGA! Gue muak liat lo sama jalang lo,"
"Ini rumah saya juga, Kamu gak berhak ngusir saya! Saya dan calon istri saya akan tinggal disini selama-lamanya. Kalau kamu gak suka, kamu bisa angkat kaki dari rumah ini! Sekalian bawa anak pembawa sial itu."Dengan tak tahu malunya lelaki itu dengan santai berdiri.
Selama ini Yuda selalu menahan emosi nya karna berfikir bahwa ayahnya dan Yuli yang hanya ia miliki saat ini.
Bahkan ia tak terlalu mempermasalahkan ketika ayahnya pergi meninggalkan nya dan Yuli serta membawa sebagian besar harta yang mereka miliki, dengan embel-embel berkerja. Tetapi nyatanya ayahnya hanya menghamburkan uang dengan wanita penghibur yang terus menerus menguras harta mereka.
Yang paling membuatnya kecewa ialah sikap ayahnya pada Yuli adiknya, selama ini yang Yuda tau ayahnya hanya diam ketika berhadapan dengan Yuli.
Jelas saja Yuda menganggap sikap ayahnya itu hanya karna ia belum rela akan kematian istrinya selepas melahirkan Yuli.
Yuda merasa bersalah karna tak mengetahui jika sebenarnya ayahnya sering membentak, memarahi, bahkan memukuli Yuli jika ia tak berada di dekatnya.
"Lo ngelawak?! Harta mama yang lo curi udah habis? Mangkanya lo ngemis-ngemis kesini?"Pria itu menatap nyalang pada anak kandungnya yang sudah berani melawan nya.
Bughh...
Yuda memegang sudut bibirnya yang mengeluarkan darah akibat pukulan dari ayahnya.
"Saya ini orang tua kamu Yuda! Dimana sopan santun kamu, hah?! Papa gak pernah ngajarin kamu buat ngelawan kayak gini!"
"Peran lo sebagai ayah udah gue kubur semenjak lo ninggalin gue."Ucap Yuda pelan.
"Sepertinya kamu jadi pembangkang semenjak kelahiran anak pembawa sial itu, dimana anak itu? Biar papa titipin di panti asuhan! Makin lama makin jadi parasit d--"
"Adek gue bukan pembawa sial! BRENGSEK! MATI LO TUA BANGKA!"
Bugh... Bugh.... Bugh...
Yuda memukuli papanya membabi buta, wanita ayahnya pun hanya bisa memekik ketakutan melihat calon suaminya dipukuli habis-habisan. hingga akhirnya Rain datang menghentikan Yuda yang bisa saja membunuh orang tua nya sendiri.
"Udah Yud, lo mau bunuh orang tua lo, hah?!"
"Gak usah nahan gue Rain! Cowok brengsek ini pantas mati."Yuda kembali hendak memukuli papanya yang sudah tergeletak lemas tak berdaya.
"Pikirin adek lo kalo lo harus dipenjara karna ini."Yuda menarik kembali tangannya.
"Pergi sekarang juga bawa calon laki lo dan gak usah balik lagi! Dan lo... anggap lo gak punya anak kayak gue dan Yuli."Ucap Yuda dingin.
"I-iya,"Ucap wanita itu gemetar ketakutan.
Yuda berbalik sambil menarik tangan Rain pergi, "10 menit lagi gue balik ke kamar ini kalo kalian masih ada, gue gak segan-segan nyeret lo berdua!"Ucapnya dingin sebelum benar-benar pergi dari sana.
.
.
."Yuli mana?"
"Tidur,"
Suasana kembali hening semenjak kepergian ayah dan calon ibu tiri Yuda, baik Rain maupun Yuda sedari tadi hanya diam dan bergulat dengan fikiran masing-masing.
"Ada p3k?"Tanya Rain ragu-ragu.
"Ada di laci itu,"Tunjuk Yuda pada lemari di depan mereka, "Lo luka? Karna ngelerai gue tadi?"Tanya Yuda, namun Rain hanya diam sambil membawa p3k ke sofa tempatnya duduk tadi.
Rain menarik nafas panjang, "gue tau lo marah, tapi lo juga harus pikirin diri lo sendiri."Ucap Rain sambil mengobati luka di sudut bibir Yuda.
"Lo tau... Gue hancur ketika ditinggalin sama nyokap gue buat selama-lamanya. Dan gak sampe disitu, Papa gue juga pergi ninggalin gue selepas pemakaman mama gue."
Rain diam mendengarkan.
"Gue fikir waktu itu gue bener-bener dibuang, tapi semuanya berubah waktu pertama kali gue liat Yuli di rumah sakit. Dia genggam tangan gue seakan ngasih kekuatan buat gue."
"Dan... Semenjak itu gue dan Yuli dirawat sama asisten rumah tangga yang dari kecil jagain gue. Tapi bik Sri juga pergi ninggalin gue tepat saat gue baru mau masuk SMA. Gue sadar sekarang Yuli cuma punya gue, gue berusaha jadi kakak terbaik buat dia, gue juga berusaha gantiin peran ayah dan ibu buat dia, gue sakit Rain ketika ada yang nyakitin adek gue."
Tanpa terasa air mata Yuda sudah mengalir.
"Iya gue ngerti Yud, lo udah jadi kakak terbaik buat Yuli."Rain mencoba menenangkan Yuda.
Rain tau untuk sekarang ini Yuda membutuhkan pelukan, tapi Rain membatasi dirinya karna ia yang sudah menetapkan hatinya untuk Azka.
"Kalo Yuli nanyain gue, jangan segan-segan cari gue, lo juga bisa bawa Yuli kapan aja kerumah gue."Ucap Rain sambil menepuk-nepuk pundak Yuda.
"Thanks Rain,"
TBC
.
.
.
.
.
.
.
.Jangan lupa tinggalkan jejak dengan cara vote dan komen sebanyak-banyaknya:D
Follow juga!!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN [End]✔
Teen Fiction[Squel Young Mother] ⚠EITSS! FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠ "Dasar gak tau diri!" "Si miskin cari muka tuh! Berharap jadi Cinderella neng? Mimpi." "Anak beasiswa sok keras lagi, bangga lo bisa masuk sini hhhh." "Cihh murahan," Banyak cercaan lainnya y...