Part || 10

14.9K 1.4K 135
                                    

Sinta menutup mulutnya tak percaya, bahkan airmata nya sudah membanjiri kedua pipinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sinta menutup mulutnya tak percaya, bahkan airmata nya sudah membanjiri kedua pipinya.

Ia baru tahu jika Rain mendapatkan perlakuan yang sangat-sangat kejam dari teman-temannya.

"Tapi Rain gakpapa kok kak, Rain masih kuat, Rain juga pasti bisa lulus dengan nilai sempurna supaya nenek bangga."Ucap Rain dengan senyumannya.

Rain pun mengangkat rambut nya dan membelakangi Sinta.

Airmata Sinta kembali meluncur dengan derasnya.

"K-kok tega....M-mereka lakuin ini sama kamu,"Ucap Sinta tersendat-sendat.

Rain menutup kembali luka di tengkuk belakang lehernya, beberapa luka akibat disundut oleh rokok.

"Waktu itu Rain salah beli rokok buat salah-satu anak cowok dikelas Rain, waktu yang mereka tentuin juga lewat, jadi Rain dihukum."

Sinta mendekat lalu memeluk Rain.

"Rain, mereka gak bisa dibiarin, kalau guru kamu gak bisa menangani hal kayak gini kita lapor polisi, gak ada guna ada guru kayak mereka."Ucap Sinta kesal.

Rain menggeleng, "Waktu itu Rain udah pernah kepikiran kak, tapi... Belum tentu mereka yang bully Rain masuk penjara, mereka masih dibawah umur dan lagi orangtua mereka yang punya uang banyak itu gak akan tinggal diam."Ucap Rain lirih.

"Buat sekarang Rain cuma bisa pasrah, mereka nanti pasti capek sendiri kok."

Sinta kembali memeluk Rain, yang Rain katakan benar adanya, ia pun sekarang bingung apa yang harus ia lakukan.

"Maafin kakak Rain, nanti kakak pasti cari cara lain."

"Kak Sinta ngapain minta maaf, Rain gakpapa kok, tapi Rain seneng banget karna kak Sinta udah peduli sama Rain."Ucap Rain dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

Padahal ia sudah sekuat tenaga untuk tak menangis, airmata yang selalu ia keluarkan sebelum ia tidur rupanya belum habis.

"K-kalo ditindas yah ngelawan! Jangan mau di injak-injak cuma karna status! Bego."Ucap Chika dengan mata berkaca-kaca.

Ia keluar dari ruangan tersebut dengan membanting pintu lumayan kencang.

Chika duduk dikursi tunggu yang terletak diluar.

Dadanya terasa sesak ketika mendengar cerita dari Rain, yang malah membuatnya kembali mengingat masa lalunya.

Chika juga pernah mengalami bully semasa ia masih SMA, tetapi untungnya ia hanya dijauhi dan tidak mendapat bully fisik dari teman-temannya.

Ia ingat betapa sakitnya semua orang mengucilkan nya, bahkan disetiap kerja kelompok tidak ada yang mau sekelompok dengannya.

Ia jadi membayangkan sesakit apa hal yang dialami Rain, yang membuat Chika salut pada sosok Rain ialah wanita itu selalu terlihat baik-baik saja meskipun ia mengalami kehidupan yang bisa saja membuat orang lain yang mengalami nya depresi bahkan bunuh diri.

Chika mengelap airmata yang membasahi pipinya lalu berjalan ke kantin untuk membelikan makanan untuk Rain.

Ia sadar akan sikapnya yang keras selama ini pada Rain, ia tidak pernah tahu jika gadis yang terlihat bahagia dengan senyum yang selalu merekah itu sebegitu tersiksa nya.

Rain seakan bisa menutupi lukanya dengan topeng andalannya.

"Oke Chik seenggaknya kalo gak bisa bantu dia jangan nambah beban dia, lo bego banget sih liat orang dari cover nya doang!"Ucap Chika pada dirinya sendiri.

*****

Dua hari sudah Rain tidak masuk sekolah, dan hari ini ia kembali datang kesekolah karna ia merasa tubuhnya sudah benar-benar pulih.

Tapi sepertinya ada yang berbeda dari tatapan siswa-siswi yang sedari tadi bertatapan dengan Rain.

Rain sedikit risih melihat tatapan meremehkan dari teman-temannya.

"Apa ada yang salah dari pakaian yang Rain pakai? Tapi perasaan engga kok,"-batin Rain sambil melirik pakaian hingga sepatu yang ia kenakan.

Kelas yang tadinya ramai dengan siswa-siswi yang sedang melakukan aktivasi nya seketika hening saat kedatangan Rain.

"Ini dia nih si tranding topik,"Celetuk salah satu siswi.

"Hhh parah banget,"

"Jago gak? Gue booking dong kalo jadwal lo kosong, harga temenlah."Ucap Salah satu siswa yang mengundang gelak tawa dari yang lainnya.

Rain yang bingung akan maksud dari teman-temannya hanya bisa mengernyitkan dahinya tanda tak mengerti.

Tiba-tiba dari arah belakang terdengar suara gebrakan meja yang membuat siswa-siswi yang tadinya tertawa menjadi diam.

Azka dengan wajah dinginnya berdiri lalu menarik paksa Rain yang sedang duduk dibangku nya.

Dengan wajah datarnya Azka menarik lengan Rain cukup kencang dan membawanya ke rooftop sekolah.

Rain hanya bisa meringis pelan namun tak berani membantah melihat lengannya yang mulai terasa sakit akibat genggaman Azka.

Azka mendudukkan paksa Rain di sofa yang ada di rooftop.

Keduanya sama-sama terdiam, tak ada satupun dari mereka yang berniat membuka pembicaraan.

Rain yang merasa suasana mulai tak enak pun hanya bisa menggigit pelan bibir bawahnya.

"Kenapa ka?"Tanya Rain namun tak mendapat jawaban dari Azka.

"seminggu belakang Azka gak masuk-masuk kan,"Ucap Rain basa-basi.

"Seminggu gue gak masuk, dan pas masuk dapet kabar kalo lo se murahan itu, iya?"Ucap Azka namun tak dimengerti oleh Rain.

"Maksud kamu?"

Azka memberikan selembar kertas yang berisi foto Rain dan seorang pria, Rain sontak saja membulatkan matanya.

"Itu lo?"Tanya Azka dingin.

"I-iya, tapi ini kan...."Belum sempat Rain menyelesaikan ucapan nya langsung dipotong oleh Azka.

"Dibayar berapa lo?"Tanya Azka dingin. "Gue bisa bayar 10 kali lipat Rain kalo lo emang butuh duit, tapi kenapa lo lebih milih jual harga diri lo!"

Plakk.......

"Gue emang miskin ka, tapi gue gak sebodoh itu buat jual harga diri gue demi uang!"Ucap Rain dengan airmata yang entah kenapa menetes.

"Dan gue GAK BUTUH Uang lo!"Ucap Rain menekankan kata-kata nya lalu berbalik meninggalkan Azka.

Rain berlari kecil menuju kamar mandi, untung saja koridor sedang sepi jadi ia tak perlu menghindari orang-orang agar tak dicibir.

Rain membasuh wajahnya di wastafel kamar mandi.

Ia kembali menatap kertas yang ia pegang tadi, tak tahu siapa yang sengaja menjebaknya tapi yang pasti ia sama sekali tak melakukan hal keji itu.

"Hiks... Kenapa gak ada yang percaya,"

"Rain,"Ucap suara yang begitu Rain kenali.

Vira, wanita yang seminggu belakang ini tiba-tiba menjauhi nya.

Vira langsung saja memeluk Rain, sudah beberapa kali ia mencoba untuk berbicara berdua dengan Rain tapi selalu saja ada halangan nya.

Rain pun membalas pelukan Vira sahabatnya tak kalah erat, airmata yang tadinya sudah mau berhenti kembali mengalir dengan derasnya.

"Rain gak gitu Vir,"Ucap Rain ditengah tangisnya.

TBC
.
.
.
.
.
.
.
.

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan cara Vote dan Komen disetiap part nya:D

Follow juga!!!

RAIN [End]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang