Ku seret kaki ku yang sudah hampir terseok seok karena pegal yang mulai melanda betis , sialan..
Ngapain juga tadi pake sprint segala,mana gak pake pemanasan apapun main lari aja kan gini jadinya.
"Loh... Sayang kamu udah sampe ".Aku membeku sebentar saat seorang wanita cantik menghadangku tepat saat aku memegang dada khas orang penyakitan , pose yang jauh dari kata cool namun mau dikata apa juga aku gak perduli.
"Kok kamu keringetan banget sih, abis ngapain emang ?".
Reina memperhatikan baju ku yang jauh dari kata rapi ini dengan seksama, aku makin canggung menjawab .Mata ku menangkap sekelebatan seseorang berjalan lunglai melewati ku tanpa menoleh sama sekali.
"Heh..... Kok.....".
Gadis itu hanya berhenti sejenak sebelum kembali melangkah tanpa menoleh. jantungku sempat berhenti sejenak kala perempuan gila itu pake berhenti segala. Mau ngomong apa kalo dia menyadari keberadaanku disini yang jelas tidak terlihat berniat sebagai tamu pesta. Masa iya olahraga pake baju kerja lepek megang helm pula hahh....
Mata ku menatapi kedua perempuan berpenampilan kontras itu secara bergantian. Ekspresi Reina terlihat tidak enak yang sangat kentara lalu beralih ke punggung perempuan lainnya yang melangkah makin menjauh.
"Kamu kenal ?.
"Eh apa....enggak, gak kenal cuma ... Dia lewat kok gak nyapa nyapa gitu gak sopan banget kan".
Kening ku berkerut bingung, sejak kapan keramahan menjadi tolak ukur ketemu orang asing dipinggir jalan pula..
"Udah...kita masuk yuk...".
"Rei, kayaknya aku balik aja gimana , lagian aku cuma lewat aja tadi ....".
"Loh bentar aja kok, ketemu mama papa dulu didalem".
"Gak usah ya, aku....".
"Kan terlanjur udah disini kan".
"Tapi gak sopan kali aku sama sekali gak rapi. Apa lagi ketemu sama mama papa kamu".
"Gak papa yuk masuk dulu yuk".
Tenaga Reina menyeret diriku yang mau gak mau mengikuti langkah kaki Reina.
Rumah megah itu terlihat tidak terlalu ramai hanya ada beberapa orang sedang menikmati minuman disofa, Reina memasuki ruangan demi demi ruangan dengan menggandeng erat tanganku yang makin berkeringat. Semua orang menyapa ramah dan tersenyum menawan entah bagaimana dengan ekspresi ku yang jelas tidak terlihat menikmati . Kami memasuki sebuah taman mini dimana terlihat beberapa orang terlihat terlibat obrolan seru, dipojok taman ada sebuah pembakaran yang sedang dikuasai seseorang dengan otot lengan super besar sibuk membolak balik daging panggangan.
"Hai guys, nih orang yang ditunggu tunggu akhirnya dateng".
Gila si Reina apaan coba pake diumumin lagi. Semua perhatian jadi terpusat kediri ku yang jauh dari kata rapi ini.
"Oh ini yang namanya Lio".
"Iya pa,sayang kenalin ini papa aku, ini adek sepupu ku lalu yang pake dress biru laut cantik itu mama aku bla bla bla....."
Aku tidak mengingat sama sekali silsilah anggota kekeluargaan Reina yang terus menerus menjabat tanganku dan beramah tamah yang benar benar prosesi yang ku benci.
Termasuk pria berotot besar itu turut menghampiri ku, genggamannya terasa kuat namun jelas aku tidak mau kalah turut menggenggam kuat hingga pria itu berkali kali mengangguk anggukan kepala nya entah apa artinya itu. Ku anggap sesuatu yang bagus.
"Aku suka selera mu Rei ".
Pria itu mengedipkan sebelah matanya pada Reina yang tertawa bahagia dengan lepas sembari memeluk pinggangku erat. Entahlah rasanya seperti seorang pacar yang sedang berkenalan dengan keluarga.Tiba tiba seorang pria tua tergopoh gopoh menghampiri frans si pria berotot dengan wajah penuh kecemasan.
"Kenapa Pak ?".
"Anu den, mbo Slintri sakit tadi mau dibawa ke RS . Cuma didapur gak ada yang ngurus. jadi si mbo gak mau pergi".
Pria besar itu melesat pergi diikuti pria tua tadi dari belakang.
"Siapa yang sakit ?".
"Oh itu si mbo yang sakit, biasa karena udah tua juga jadi gampang capek. Yuk kita kesana gabung sama yang lain".
Ku hentikan tarikan Reina yang seenak hatinya menarik ku kiri kanan tanpa persetujuan ku sedari tadi. Kini gantian aku yang menariknya memasuki ruangan demi ruangan yang kami lewati tadi dengan cepat. Walaupun rona bingung jelas terlihat diwajahnya Reina masih berkerja sama mengikutiku tanpa memberontak.
Kami berhenti tepat didepan pintu masuk rumah mewah ini. Disini ku lepaskan gandengan tangan Reina yang tak terlepas sama sekali ditanganku.
"Rei aku pamit dulu, toh aku gak bisa lama lama disini".
"Loh kok gitu sayang, kan kamu baru aja nyampe".
"Pertama, stop manggil aku sayang karena kita cuma temen. Kedua, aku gak nyaman kamu seenak hati kayak gini sama aku..."
"Seenak hati gimana ?".
".. kenalin aku ke keluarga kamu padahal kita cuma teman gak lebih dan ketiga jangan motong kalo aku ngomong. Itu gak sopan, seluruh perilaku mu malam ini sangat tidak sopan. So kalo kamu masih mau kita temenan stop untuk egois dan dengerin kalo dikasih tau. Terpenting hargai pendapat orang. Aku cabut ".Tanpa menunggu respon Reina yang melongo mendengar kalimat panjang penuh nada protes aku ngibrit secepat yang ku bisa dari hadapannya. Tepat dipintu gerbang sebuah mobil thunder hitam terparkir , Frans membantu seorang ibu paruh baya memasuki kabin penumpang dengan sabar menunggu disamping badan mobil.
"Siapa yang sakit bro ?".
"Oh ini Mbo Slintri tensi nya naik lagi. Tadi ku paksa baru mau ke RS ini".
Mata ku melotot saat melihat sosok yang pernah ku lihat sebelumnya. Itu kan ibu ibu yang nangis bombay ditaman sama si Gia , kok....?.
"Kenapa bro ?".
Jelas saja Frans kebingungan melihat ekspresi terkejut diwajahku .
"Oh gak papa bro , cuma kayak pernah liat dimana gitu".
"Oh mungkin pernah ketemu di jalan kali".
Aku mengangguk samar walaupun absurd.
Tiba tiba sebuah ide melintas dikepalaku .Segera ku rogoh hp keluaran terbaru tahun ini kearah Frans.
"Bagi nomor dong, kali kita bisa hangout bareng entar".
Frans menyambut baik niat ku dengan mengetikan sederet nomor di hp ku.
Mobil hitam itu berlalu dihadapanku , ku lambaikan tangan sebagai tanda perpisahan lalu bergegas menuju ke motor ku yang parkiran sembarangan. Syukur tidak ditegur keamanan coba kalo iya mau ditaro dimana muka gantengku ini.Jam delapan lewat motor ku berhasil memasuki halaman rumah.
Dengan santai memasuki rumah ,meletakan kunci motor ditempat gantungan kunci sembari bersiul .
Aku sedikit berjengit kaget saat menemukan sosok Giar yang duduk disofa tamu memandangku dengan hambar.
"Kamu ngapain bengong kayak setan kurang kerjaan ?" Sergah ku sengit .
"Bersiaplah, kita harus kerumah orang tua mu".
"Ngapain ?".
"15 menit lagi kita berangkat".
Dihhh apaan coba diajak ngomong kok gak nyambung.
Walaupun begitu aku segera melipir ke kamar mandi dan berpakaian. 10 menit kemudian aku sudah rapi dengan kaos favorite putih dan jeans hitam. Ku semprotkan sedikit parfum hingga saat aku bercermin sebuah tanya muncul dikepala ku . Kenapa aku jadi sangat penurut sama tu cewek gila ya ????. Bahkan baru saja aku menyemprotkan parfum demi apa ?? Gak mungkin dong nyari kesan sama tu cewek ... Iya lah enggak aku cuma mau wangi dikit..... Ah sudah lah...
Sekali lagi ku temukan gadis itu termangu hanyut dalam lamunan dikursi penumpang. Gila apaan coba ni cewek, kok aku jadi khawatir ya ??
Berkali kali aku menoleh padanya memastikan dia tidak kerasukan atau sejenisnya. Bahkan saat aku memasuki mobil tadi kunci mobil sudah tercantol di tempatnya mesin mobil pun sudah dipanasi terlebih dahulu. Ah entah kenapa aku merasa ada yang aneh sedari tadi. Yah benar yang aneh adalah diri ku yang merasa cemas melihat kemurungan gadis disampingku. Sejak kapan aku memiliki perhatian pada wanita yang ku benci beberapa hari lalu hingga perasaan ini berubah tanpa ku sadari entah sejak kapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA KADALUARSA
RomanceKeberadaanku tidak pernah diinginkan. Bahkan oleh ibu kandungku sendiri. Hingga nadi kehidupan ini membawaku bertemu dengan mu. Mungkin ini menjadi pelarian terakhirku Karena aku tau semuanya memiliki waktu kadaluarsa . cukup bersabar sedikit lagi...