Bab 53. Pesan Terakhir part 1.

713 39 1
                                    

Waktu berlalu dengan lambat,matahari bahkan sudah terlihat terik diluar sana namun orang orang berjubah putih ini masih

 terus melakukan pemeriksaannya melalui beragam metode dan peralatan .

Aku memperhatikan sekelilingku dengan bosan. Selain orang perawat dan dokter wajah wajah lainnya juga menunggu dengan wajah penuh harap.

Dada ku masih terasa nyeri dan panas terlebih dengan banyak nya peralatan medis yang melekat membuatku tidak nyaman .

"Gimana dok ..?"

Dokter Chen juga turut hadir diantara wajah wajah yang kulihat saat ini. Jujur aku tidak terlalu penasaran dengan hasil pemeriksaan atau apapun itiu. Tidak ada yang lebih mengetahui betapa buruk kondisi ku saat ini selain diriku sendiri.

Aku malah lebih tertarik dengan fakta Frans menangis dibalik pintu. Sebenarnya aku melihat semua adegan melankolisnya tadi karena sudah cukup lama aku siuman tapi apapun alasannya ku rasa itu berkaitan dengan kondisiku. Karena wajah kalut dan terpukul terlihat jelas diwajahnya yang maish berusaha untuk melempar senyum kala ia sesekali bertatapan dnegank uyang juga tengah memperhatikannya.

Tim dokter sudahselesia melakukan pemeriksaan sembari menunggu kepala tim nya yang tengah berbicara dengan pak tua yang didampingi dokter Chen disisi nya. Berbicara dengan suara pelan dan perlahan. Mata Frans memerah dari waktu ke waktu . Semua ekspresi nya tidak luput dari perhatianku. Dan ..coba tebak... Lio juga ada disini dengan ekspresi tak percaya lalu beralih ke ekpresi tak berdaya dan kosong... 

Dan cukup aneh mendapati ekspresi kalut diwajah tiga orang lainnya yang jelas memiliki akar kebencian yang kuat terhadap ku. Apa mereka kecewa karena aku belum kunjung menghembuskan napas terakhir ya..?. Hah .. sebenarnya aku juga sedikit kecewa dengan kehendak Tuhan yang masih saja belum puas untuk mempermainkanku. Rasanya sangat menjengkelkan terjebak ditubuh yang sudah rusak parah dan dipaksa untuk bertahan dengan ditopang peralatan medis yang jauh dari kata nyaman ini. 

"Gimana perasaanmu ..?"

Ternyata aku melamunhingga kerumunanitu bubar aku masih asyik tenggelam didalam dunia ku sendiri hingga Frans mendekati ku .

Tangannya terasa terlalu hangat saat ia menggenggam jemari ku yang terlihat terlalu pucat untuk ukuran orang masih hidup.

"Aku baik".

Selang alat bantu pernapasan membuatku tidak nyaman untuk berbicara dan mungkin Frans mengerti itu karena nya ia hanya mengangguk anggukan kepalanya lalu tertunduk memperhatikan pergelangan tanganku yang juga tak luput dari beragam kabel alat bantu.

"Maafkan kakak mu ini ......."

Suara sengaunya membuatku menyadari jika dia mulai menangis lagi. Aku tidak menyelanya ataupun bertanya alasan nya menjadi seperti ini. Ku biarkan ia meluapkan perasaannya walaupun sedikit janggal melihat pria dengan otot sekekar dirinya tertunduk menangis terisak bak menangisi kucing sekarat. Tapi aku juga menyadari jika ia perlu menyampaikan apapun yang ingin ia keluhkan padaku. Mungkin juga ini adalah saat terakhir untuk ia sempat mengeluh.Jadi kali ini ku biarkan dia terisak dihadapanku tanpa protes.

"...... Aku tidak menetapi janjiku padamu .... aku tidak menjagamu dengan baik...... hikssss.. Alu.... seharusnya aku lebih mendengarkanmu daripada memojokanmu memberikan mereka kesempatan yang tidak pantas mereka dapatkan... Seharusnya aku bisa melihat fakta itu .....dari wajah datarmu....hiks".

Hening yang hanya diisi isak perlahan Frans.

"Bukankah ... aku memang si wajah datar".

Frans membersit ingus yang mengalir dari hidungnya dengan secarik tisu.

"Iya juga sih...".

Kekehan perlahan terdengar kala ia membersihkan cairan yang memenuhi wajahnya.

"Jadi ini... alasanmu.. menangis tadi....".

Kali ini Frans mengangkat wajahnya dan menatapku sedikit lekat.

"Aku ... melilhat semuanya kok...".

"Benarkah..?"

"Hmmm... memalukan".

Frans tesenyum lembut, ia mengelusi punggung tanganku perlahan. Ia tidak perduli dengan kehadiran orang lain yang kini juga memperhatikan interaksi kami sedikit lebih jauh dari ranjang rawat.

"Maafkan aku ,.. gara gara aku kamu balik lagi memakai peralatan menakutkan ini".

Sekali lagi ia tertunduk sembari mengelusi lembut selang infus yang melekat dipunggung tangan.

"Frans....apapun yang terjadi padaku ... bukan salah kamu kok. ini pilihan aku".

Aku berhenti sejenak karena selang ini benar benar membuat ku mual setiap kali berbicara..

"...jadi berhenti menyalahkan dirimu. Kondisiku memang sudah ...seburuk ini. Tidak ada salahnya untuk mengikuti saranmu".

Sedikit memejamkan mata untuk meredam rasa tidak nyaman .

"Sebaiknya aku berhenti membawa mu ngobrol deh. Kamu istirahat aja dulu".

"Gak papa kak, ... aku tidak... yakin kita punya lain kali".

Frans menunduk menghindari tatapan ku . Aku tahu ia ingin menghiburku lebih dari apapun tapi disatu sisi ia juga menyadari jika aku tidak bisa dibohongi soal kondisi ku .

"Aku yakin kita masih diberikan kesempatan itu".

Pak tua akhirnya mendekati ranjang rawat.Bersyukur aku berada dalam posisi bersandar dengan ranjang yang dibuat sedemikian rupa agar aku merasa lebih nyaman .

"Sebaiknya anda tidak banyak berharap".

Lio juga mendekati ranjang walaupun ia tidak mengatakan apapun , pria itu terlihat sangat kacau bahkan lebih kacau daripada saat ia tertimpa masalah beberapa bulan lalu.

"Ayah yakin kamu pasti bisa pulih. Berjuanglah".

Aku menarik secarik garis membentuk senyum walaupun sedetik.

"Sebenarnya sangat tidak nyaman... karena selang ini terasa menggaruk kerongkonganku ... tapi aku ingin menuntaskan apa yang ku pikirkan....".

"Benar benar tidak sabaran".

Kali ini Reno menyeletuk pelan.

Lagi lagi aku terhibur dengan komentar nya .

"Kamu akan berterimakasih padaku atas ketidak sabaran ini".
Reno tersenyum yang terlihat hampir mirip ringisan.
" Ah kebetulan pak tua anda juga disini.. ".
Aku kembali menarik napas sejenak sebelum melanjutkan. Semoga saja para pria ini lebih bersabar menunggu ku kembali berbicara walaupun kerongkongan ku semakin terasa lebih menyakitkan dari waktu ke waktu.
"..... Saya sudah mengalihkan semua pekerjaan ku dimasa depan pada penanggungjawab sementara....... Dan hasil akhir tergantung hasil kinerja mu sendiri.... Entah kamu menggunakan kesempatan ini... Dengan baik.... Atau kembali mengacau seperti bocah balita...... ".
Reno menatapku seperti menatap alien tapi ku abaikan saja.
"..... Aku sudah .... Menyiapkan bagianmu juga Reina..... Ahhh bisa berikan aku air lagi".
Akhirnya aku menyerah dengan rasa panas menyakitkan yang menyerang ku setiap kali berbicara. Frans dengan cepat memberikan air padaku yang ku teguk sedikit. Nyeri tajam semakin terasa nyata saat air melalui kerongkongan ku. Aku meringis pelan membuat Frans segera panik.
" Aku panggil dokter dulu".
Aku segera mencegahnya.
"Aku... Tidak perlu.. Dokter lagi".
" berhenti berbicara".
Aku terkekeh melihat nya sedemikian pucat hanya karena aku meringis pelan.
"Aku.. Tidak bisa berhenti.... Percayalah,... Aku juga takut terhenti tanpa menuntaskan misi ku sampai akhir..... Aku takut jadi hantu gentayangan".
Frans menatapku tajam walaupun matanya berkaca kaca. Sepertinya lelucon ku menjadi sangat tidak lucu melihat reaksi Frans yang hampir kembali terisak.
" Ayolah.... Kenapa tiba tiba kakak jadi cengeng.... Maaf saja, aku tidak bisa lagi menjadi pundak tegarmu".
Hikssss....
Baik aku jadi menyesal menggoda nya sejauh ini saat melihat Frans benar benar terisak dengan tanpa tahu malu.



CINTA KADALUARSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang