Aku masih menatapi nya penuh kewaspadaan. Air suci di botol sudah habis ku siramkan padanya bahkan hingga ia basah kuyup. Dalam hati ku panjatkan bermacam doa dengan harapan Lio kembali normal dan roh jahat itu segera pergi meninggalkan tubuh pria itu.
Pria itu mengibas ngibaskan rambutnya yang terlihat cukup panjang .
"Kamu ngapain sih ngeguyur orang sembarangan gitu ?".
Aku mendekati nya perlahan, Lio masih sibuk membersihkan sisa sisa air diwajahnya dengan handuk kecil yang entah didapatinya darimana.
Dari sekian banyak didunia ini ku akui orang kesurupan adalah salah satu hal yang ku takuti . Kenapa aku yakin Lio kesurupan ? Karena dia benar benar aneh semenjak beberapa hari belakangan ini terlebih setelah kepulangan kami dari rumah orang tuanya . Ini yang merasuki jelas setan cabul yang suka nyosor orang sembarangan. Ngomong pun ngelantur entah apa yang ku perbuat hingga setan ini menempeli Lio begini.
"Kamu kenapa sih ?, Sawan...? Kerasukan....?".
Pria itu menatapi ku jengah dan kebingungan melihatku yang mengawasi nya dari jarak yang cukup aman.
Tangan ku masih memegangi botol kosong bekas air suci , perlahan aku mendekati pria yang juga menatapi dengan tatapan masih kebingungan.
Bug...bug...
"Aduhhh apaaan sih kamu nimpuk orang seenak udel sialan ?".
"Ah syukur lah Lio kamu udah benar benar normal".
"Kamu yang gak normal, emang ada orang dicipok malah diguyur air sebotol penuh pula sampe botol nya pun kamu timpukin ,respon macam apa itu ?".
"Kamu baru aja kesurupan ".
"Anjiir aku dikira kesurupan, hari gini cipokin bini dikira kesurupan salahnya dimana coba ?".
"Jadi tadi kamu gak kesurupan ?".
"Menurut kamu ...?".
"Lah terus kamu ngapain ciumin aku kayak gitu. Pake dijilatin pula".
"Ya Tuhan, kok aku kesel sih ".
Rambutnya yang masih basah terlihat menggenaskan dijambakan tangannya. Kok ni orang semakin absurd ya...
Lio berlalu tanpa kata dengan ekspresi yang benar benar ..aneh menurutku .
Ku biarkan dia keluar dari kamar lalu segera mengunci nya dari dalam. Masa bodoh dengan makiannya yang terdengar samar dari luar.Aku kembali fokus dengan membaca pesan dari kak Frans.
"Bik Srinti masuk rumah sakit, kalo mau jenguk dateng aja di rumah sakit Kusumajaya bangsal bonsai nomor 34 A. Jangan khawatir tidak ada yang datang cuma aku sama pak Min aja".
Napas panjang segera lolos dari paru paru ku yang dari tadi tertahan. Perempuan tua pengganti orang tuaku kini dalam keadaan sakit keras. Bik Laras adalah panggilan khusus ku untuknya. Nama asli nya memang Srinti tapi bagi ku dia adalah pahlawanku seperti tokoh pahlawan indonesia yang dulu sering ku tonton bersama bik Srinti. Sejak itu aku selalu memanggilnya bik Laras sama seperti nama tokoh pahlawan wanita yang ku sukai . Karena bagiku ia sosok seorang ibu yang tidak pernah ku dapatkan dari ibu kandungku ,salin itu dia juga pahlawanku yang selalu melindungiku dari kemarahan tidak berdasar penghuni rumah tempat ku bernaung dulu sejak kecil.Tok..tok..tok...
Nostalgia ku buyar karena ketukan dipintu yang masih berlanjut terus menerus.
Ceklek..
Wajah cemberut Lio memyambutku didepan pintu.
"Kenapa lagi ?".
"Aku lapar ".
"Terus ..?".
"Ya aku harus makan".
Pernyataan yang aneh itu sukses membuat jidatku berkerut, selama ini orang ini tidak pernah repot repot mengetuk pintu karena dia ingin makan . Biasanya dia selalu makan diluar atau menghilang semalaman penuh hingga besok pagi muncul dalam keadaan mabuk atau kacau. Lalu kenapa kini malah cemberut didepan pintu kamar ku ?.
"...masih lama bengongnya ?".
Pertanyaannya sukses menarik ku dari lamunan ku barusan.
"Ya tinggal makan ".
Lio memutar bola matanya dengan dramatis, sejak kapan orang ini punya kebiasaan begitu ya ?? .
"Aku biasa makan malam jam delapan tepat".
"Terus..?".
"Kamu liat sendiri ini udah jam berapa ?".
"Lah terus ...?".
"Kamu pikir aku bakalan otomatis kenyang dengan kamu jawab terus terus gitu. Iya ?".
Ni orang kok kayak orang ngambek, ku abaikan nada nya yang merajuk .
"Terus mau mu apa ?".
"Tau ah , bodo amat ".
Loohhh orang ini kenapa lagi . Ku hela napas panjang saat Kepergian Lio dari depan kamar telah berlalu.
Aku menuju dapur lalu mengira ngira disana apa yang bisa ku olah untuk si pengambek yang lagi kerasukan.
Akhirnya ku pilih beberapa telur lalu mulai mengolahnya menjadi nasi omelet . Sesekali nyeri dipergelangan tangan ku rasakan namun masih ku abaikan, kini bertambah dengan denyutan di dengkulku yang kini tampak biru menghitam disana karena benturan dimobil tadi.
Makanan telah selesai ku simpan dibawah tudung saji , ku siapkan alat kompres yang ku isi dengan es batu lalu mulai mengompres memar dilututku terlebih dulu agar bengkaknya tidak mengganggu pergerakan ku besok. Aku menunduk membelakangi meja pantry hingga tak menyadari kedatangan orang lain di meja makan tersebut.
Ia memperhatikan dengan intens apa yang ku lakukan , aku sedikit terkejut saat tangannya mengambil alih alat kompresan itu lalu mengompresnya dalam diam.
Ku biarkan saja ia mengompres lutut ku lalu beralih kepergelangan tanganku yang kini sudah membiru .
"Tangan mu kenapa ?".
"Hah..?".
"Tanganmu kenapa ?".
"Oh hanya terbentur saat memasak tadi ".
Aku menjawabnya asal , pria itu terdiam tanpa banyak kata masih mengompres . Ekspresi wajahnya pun tak bisa ku lihat.
"Lalu lutut mu ?".
"Oh itu ..gak papa".
Kali ini ia menatap ku dalam tepat dimanik mata. Dalam posisi ia berlutut membuatnya lebih rendah dari ku yang menduduki kursi pantry . Ia seperti ingin menanyakan sesuatu lalu ia berhenti sebelum bersuara . Kembali mengompresi memar dipergelangan tanganku dengan serius.
"Kamu tau, mengompres dengan es batu tidak boleh dilakukan lebih dari 15 menit. Itu buruk untuk kesehatan tulang".
Ia menunduk sembari tetap melakukan pengompresan secara perlahan.
Lalu ia tiba tiba bangun menuju lemari penyimpanan. Disana ia menemukan sebuah kotak obat obatan. Aku cukup terkejut dengan pengetahuannya tentang keberadaan kotak itu disana. Ku pikir selama ini ia tidak memperdulikan apapun isi rumah ini .
Ia mengeluarkan beberapa obat dan perban.
"Memar di pergelangan tanganmu akan membaik jika diberikan salep ini agar radangnya berkurang ".
Aku memperhatikan dalam diam yang ia lakukan untuk ku. Ia mengolesi disekitar memar tersebut dengan gel dingin lalu menempeli dengan semacam kompres demam kemudian membalutnya dengan perban.
"Kamu tidak perlu melakukan apapun hingga sembuh".
Aku baru saja ingin memprotes sebelum ia kembali melanjutkan perkataannya.
"... Jangan menyakiti dirimu lagi, jika merasa tidak nyaman katakan dengan tegas. Dan... Maaf selama ini, aku banyak melakukan hal yang membuatmu harus menahan ketidaknyamanan itu sendirian.. oh iya terima kasih atas dinner lezat nya".
Pria itu berlalu setelah mengemasi kotak obat itu dan mengembalikannya ke tempatnya semula. Lalu sepiring omelet itu pun entah sejak kapan telah tandas ia nikmati . Sedangkan aku hanya termangu dikursi ku tanpa bisa berkata kata. Takjub dengan sisi Lio yang baru saja ku temui .
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA KADALUARSA
RomansaKeberadaanku tidak pernah diinginkan. Bahkan oleh ibu kandungku sendiri. Hingga nadi kehidupan ini membawaku bertemu dengan mu. Mungkin ini menjadi pelarian terakhirku Karena aku tau semuanya memiliki waktu kadaluarsa . cukup bersabar sedikit lagi...