Bab 61. Pengakhiran part 1.

1.1K 41 1
                                    

Reina baru saja berhasil menidurkan anak anak panti siang itu saat telepon panti berbunyi. Ibu panti menyerahkan telepon pada Reina sebelumpergi beliau menepuk pundaknya . Reina yang tidak paham hanya tersenyum ramah sebelum menerima telepon yang disodorkan padanya. Ia memang tidak lagi memakai handphone jadi hanya anggota keluarganya lah yang memiliki nomor telepon panti.

"Halo..".

"..."

Reina kebingungan karena diseberang hanya keheningan .

"...maaf saya bicara dengan siapa ya..?"
Ia berpikir mungkin Mama nya yang menelpon .... 

"...Rei.... ".

Reina mulai menduga duga karena suara Reno terdengar sangat pelan terkesan sangat lelah. Berapa kali ia mendengar helaan napas diseberang sana. Firasat jelek segera menyergap nya . berusaha menepis prasangka yang ada Reina berulang kali memanggil nama kakaknya .

"... Rei.... kakak jemput kamu dipanti ya.tunggu kakak".

Sangat jarang mendengar Reno memanggil dirinya sebagai seorang kakak. Ada yang aneh ... apa yang terjadi ..... Tetapi saluran telepon terlanjur sudah terputus mau tidak mau ia menunggu kedatangan Reno .

Selama menunggu hatinya diliputi kecemasan luar biasa. Ia mulai menduga duga apa yang terjadi . Tadi pagi Mamanya menolak untuk ikut dirinya ke panti seperti biasa namun ia terlihat membaik akhir akhir ini. Malah ..... terlalu membaik ....... Hatinya semakin tidak karuan ......

Sejam kemudian mobil Reno memasuki halaman depan tapi anehnya ia terlihat sangat kuyu dan ... sembab. Reina segera menghampiri mobil tepat saat Reno menutup pintu mobilnya.

"Kenapa kak ..? apa ada masalah..?"

Reno tak menjawab, pria itu hanya menatapnya lekat sebelum akhirnya mengalihkan perhatiannya tapi Reina bisa melihat kilauan airmata yang keburu mengalir keluar dari pelupuk matanya. Reno menghapusnya kasar menghembuskan napas panjang lalu kembali menghadapi Reina yang masih memiliki kerut khawatir diwajahnya.

"Masuk, ikut kakak".

Reina tidak banyak bertanya karena sang kakak juga tidak memberikannya banyak waktu untuk bertanya lebih lanjut. Keduanya akhirnya berkendara dalam diam.Setengah jam kemudian mobil memasuki sebuah halaman parkiran sebuah rumah sakit yang cukup terkenal dan juga berada dibawah kendali Grup Matshusima .

Mesin mobil sudah dimatikan beberapa menit lalu bahkan Reno juga sudah melepaskan safebelt nya namun pria itu masih tidak bergerak keluar dari mobilnya Reina juga demikian. Walaupun Reno tidak mengatakan sepatah katapun untuk menjelaskan apa yang terjadi padanya namun firasatnya mengatakan ada hal buruk yang telah terjadi .

Kakak beradik itu juga tidak mengatakan apapun hanya berdiam diri memandang dengan enggan kearah pintu masuk ruang UGD saat itu.

Reina menolak untuk memandangi Reno walaupun berapa kali ia menyadari jika Reno mengusapi sesuatu diwajahnya .

 Mungkin ia  malah berharap mereka pergi dari sini dan dirinya tidak tahu apa apa tentang hal ini hingga nanti. namun sayangnya Reno malah membuka pintu mobil dan beringsut keluar . Mau tidak mau ia juga keluar dari mobil dengan enggan.

Keduanya berjalan bersisian menuju pintu masuk UGD. 

"Apapun yang kita temui didalam... itu bukan salahmu dek".

Kaki Reina sontak membeku ditempat. Hatinya seakan tidak ingin ia melangkah memasuki UGD lebih jauh lagi. Hingga tangannya digenggam erat sang kakak pun ia masih enggan masuk. 

Perlahan ia bisa menemukan sosok papa nya yang tertunduk lemah diujung ruang UGD. Banyak orang berlalu lalang entah menyiapkan apa saja disana. Kakinya terasa melemas seiring mendekatnya mereka ke tempat tidur yang sepenuhnya tertutup tirai.

Ia terjatuh diatas lututnya saat mengenali sebuah tas yang tergeletak diujung ranjang rawat. Ia sangat tahu tas itu milik siapa... airmata sudah mulai membanjiri pelupuknya . Reno juga menangis bersamanya namun pria itu jelas tidak memiliki alasan untuk membiarkan saudaranya terjatuh lemas dilantai.

"Harus kuat... kita harus kuat. Mama ..sudah membuat keputusan terakhir untuk mengakhiri penderitaannya sendiri".

Danu Matshusima menangis sesegukan saat melihat kedua anaknya saling mendukung menuju keranjang dimana wanita itu terbaring diam.

"Mama.....".

Reina kembali terjatuh saat menemukan Mayumi sudah terbujur tak bernyawa. Wajah pucatnya terlihat memilukan namun gadis itu menatap nanar ke arah ibunya.

"Kak.... Mama... kenapa bisa begini ..?"
"Mama ... tadi pagi menuju kerumah peristirahatan Aluora".

"Enggak kak, ini bukan mama. Gak mungkin mama bisa pergi sendiri .Jelas jelas tadi pagi mama baik baik aja..".

Reno kembali mengusap airmatanya dengan kasar. Ia mengerti jika adiknya bisa jadi saat ini kembali menyalahkan dirinya . Oleh karena itu ia hanya bisa diam saat adiknya menyuarakan ketidak percayaannya atas fakta ini.

Tetapi Mayumi memang berangkat sendiri menuju peristirahatan terakhir Aluora yang juga berada ditempat terakhir gadis itu hidup. Ia juga memutuskan mengakhiri hidupnya dengan cara yang sama dengan anak bungsu nya itu dengan terjun dari jurang yang sama.

Sebelum melakukan aksi bunuh dirinya Mayumi sempat menghubungi Reno yang saat itu tengah berada dikantor untuk menyelesaikan pekerjaan rutinnya. Wanita itu sempat meminta maaf dan menyatakan ketidaksanggupannya untuk tetap menjalani hidup didalam keputusasaannya penyesalan . Ia ingin terlepas ..dan akhirnya bertemu dengan anak bungsu nya . Reno saat itu juga sudah berusaha untuk bergegas menyusuli ibunya namun sayangnya ia tidak berhasil mencegah tindakan terakhirnya . Jadi jika ada yang seseorang yang perlu disalahkan maka dirinya adalah orang yang tepat untuk itu. 

Reina menggapai tangan Mayumi yang sudah terasa sangat dingin.'

"Mah ... jangan bercanda".

"Dek... ikhlaskan mama... ".

"Enggak kak, mama belum ...".

Reina tiba tiba melemas tak sadarkan diri saat tubuh yang ia guncang tak bergerak sama sekali . Tenaga kesehatan segera melakukan tindakan medis yang diperlukan .

Reno membiarkan tenaga medis mengambil alih adiknya ia malah mendekati sekretarisnya yang juga hadir tidak jauh dari posisinya.

"Tolong siapkan prosedur yang diperlukan untuk pemakaman sore ini".

Sekretaris itu mengangguk sebelum melangkah pergi menuntaskan tugasnya .

"Nak , apa tidak sebaiknya kita buatkan ...".

"Saya sudah menegaskan pada anda supaya tidak mengkhawatirkan apapun tentang mama saya. Saya akan mengurusi nya sendiri".

"Reno, tidak hanya kamu yang berduka. Papa juga..".

"Oh ya..? yang say alihat malah sebaliknya".

"Apa maksud kamu Reno..?"
"Jika ada yang perlu disalahkan disini itu adalah anda. Karena semua yang terjadi semua nya berawal dari ketidakperdulian anda terhadap kami sebagai anggota keluarga anda. Karena kearoganan anda wanita ini harus kehilangan kewarasannya hingga anak bungsunya pun tidak ia kenali lagi. Kami juga harus kehilangan seorang ibu dan adik dengan cara yang sama. Dan anda masih bisa berpura pura berduka. Sekarang anda bisa menikmati kesombonganmu dengan sempurna".

"Kamu menyalahkan papa..?"
"Iya, karena memang anda yang harus nya bertanggungjawab dengan semua yang terjadi . Jika saja anda bisa menunjukan sedikit saja kepedulian , semua ini tidak akan terjadi. Alih alih bertobat anda hanya bisa memanfaatkan kami sesuka hatimu. Bahkan istrimu sendiri pun sudah tidak sanggup. Setelah ini , tidak akan saya biarkan anda bertindak sesuka hati anda".


CINTA KADALUARSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang