Bab 38. perkara menyatakan cinta

583 37 1
                                    

Wanita gila ini benar benar tidak diragukan lagi bahwa ia tidak berubah. Tanpa aku sadari ekspresi dan perkataannya sangat mempengaruhiku. Bayangkan satu komentar tentang warna saja sudah membuat ku ingin segera berganti pakaian dan bersumpah demi dewa apapun yang ada di khayangan demi mencoret warna khaki dari hidupku karena suatu kemustahilan untuk menghapusnya dari muka bumi.
Bahkan ia mengingat berapa banyak rambutku tumbuh daripada biasanya. Apa itu bentuk perhatian untuk ku..?. Bolehkah aku berbunga bunga sekarang..?. Tunggu....
Mata itu menatap ku masih sedatar biasa nya bahkan saat ia menyebutku lucu. Kenapa aku tidak senang saat ia menyebut kata lucu..? Karena kelucuan yang ia maksud adalah aib masa lalu karena kebobrokan yang baru ku sadari detik ini.
"Ah.. Ku rasa aku harus pergi sekarang".
Wanita itu sudah hendak beranjak pergi. Tanganku dengan cepat mencegat kepergiannya dari hadapanku seperti yang sudah sudah.
" Kau ingin pergi lagi..? Menghilang seperti yang sudah sudah bahkan sebelum aku selesai berbicara".
"Bukankah itu memang keahlianku".
Keningku mengerut tidak mengerti.
"... Menghilang dan tidak terlihat adalah dua kata yang bertujuan sama. Tergantung kondisi nya".
" Gia, aku tahu aku salah. Aku minta maaf sudah nyakitin kamu sebanyak itu. Benar kata maaf tidak akan cukup atau mengubah apapun yang sudah ku lakukan. Tapi aku mencoba untuk memperbaiki. Aku hanya perlu satu kesempatan. Apa terlalu sulit untuk memberikan itu padaku..? ".
"Kalau boleh jujur Aku juga menginginkan hal yang sama".
Lagi lagi gumaman lirih itu ia ucapkan.
"..... Tapi sayangnya Tuhan juga tidak mau memberikan hal remeh itu padaku".
Tunggu... Kali ini aku juga ikut berdiri mencegah nya pergi.
".. Katakan gimana cara nya aku bisa menghubungimu..? ".
" kenapa masih ingin menghubungi ku, bukankah kita sudah jelas..? "
"Iya karena kita sudah jelas suami istri maka aku harus tahu gimana caranya menghubungimu. Aku tidak memaksamu untuk pulang bersama ku saat ini. Bukan berarti aku tidak berhak untuk itu".
Wanita ini benar benar membuatku gila jika aku tetap tidak bisa menghubunginya semauku.
Gia masih terdiam menatapku.
".... Apa menurutmu aku menghindarimu..? Melarikan diri..? Atau berada didunia lain yang tidak terjangkau olehmu..? ".
" bagian akhirnya sangat tepat".
"Bukankah sudah jelas bagaimana cara menghubungiku..? ".
" Aku tidak punya nomor handphone mu".
"Tapi kau punya nomor rumah keluarga Matsushima bukan".
Ahh benar juga.... Entah kenapa aku sangat ingin menepuk jidat ku yang klimis ini . Selama ini kenapa otak ku seperti terblokir.
" sudah menemukan solusi...? Sekarang aku harus pergi".
"Kenapa sih selalu buru buru..? Gak senang banget kayaknya kalo ketemu aku".
"Memangnya kau senang bertatap muka denganku..? ".
" Sangat senang".
Gia membeku seketika, wajahnya terlihat menarik dimataku. Ekspresi nya selalu datar dan tak terbaca. Kini aku bisa menikmati ekpresi lain di wajahnya.
"Kenapa..? ".
" Apa nya yang kenapa. Jelas aku senang bertemu dengan istri ku yang selalu kabur kaburan ini".
"Bukannya kita sepakat berpisah..? ".
Kenapa kali ini dia terlihat bodoh.. Dan menggemaskan.
" kau pikir salah siapa yang membuatku begini".
"Memangnya kenapa kamu jadi begini..? ".
" karena aku cinta sama kamu".
Ekspresinya berubah seketika.. Hampir membiru seperti kekurangan oksigen..???? Kenapa pernyataan cinta ku berefek sejelek ini. Apa itu berarti buruk..??? Heehhhhhhhh......... !!!!???.
Plakkkk.....
"Wadoooowww.... Sakit dongo".
Aku seketika mengusap kepalaku yang baru digeplak dengan sadis. Mungkin aku butuh melakukan rontgen, mukin saja tulang tengkorak ku retak saking kerasnya geplakan barusan.
" Ahh... Ku pikir penyakit lama mu mendadak kambuh".
"Haahhh??? ".
Kapan aku jadi sosok penyakitan...????
" kamu kan sering kesurupan kayak gini kalo lagi gabut".
"Haaahhhh.... ??? "".
Kok absurd sih... Darimana pula si Gia dapet inspirasi kata kata gaul yang sering disingkat singkat gitu.
Byuuurrrrrr.....
Hukkkhhh.... Uhukkkkk.. Uhukk....
Kontan aku terbatuk batuk hebat karena tiba tiba Gia menyiram ku dengan segelas air putih yang ada dimeja saat itu. Paru paru ku terasa perih karena air yang tak sengaja ikut terhirup masuk saluran pernapasan.
" BANGSAATTTTTT.... APAA APAANN SIHHH.....!!!!!! ".
Akhirnya meledak juga kesabaran yang tidak seberapa banyak ku miliki saat ini.
" Puji Tuhan... Akhirnya kembali normal".
Kok kayak dejavu...??? Kayaknya aku pernah berada dikondisi seperti ini saat.....mencium Gia.
"Dasar cewek gila".
" Oke, kayak nya udah aman sekarang".
"Aku ini lagi nyatain cinta sama kamu kok jadi dianggap kesurupan sih...? Aneh banget jadi orang".
" Lebih anehh lagi kalo beneran gitu. Aku lebih senang kamu balik lagi kayak dirimu sendiri".
"Kamu suka aku... Kasar maksudnya ?? ".
Aku tidak mengira jika Gia type Masokis.
" Bukannya malah aneh jika kamu tiba tiba jadi baik gitu".
Tiba tiba aku jadi pengen jingkrak jingkrak, membanting meja, berteriak sekuat kuatnya kayak Hulk lalu memukul mukul dada kayak makluk hijau itu kalo lagi marah. Karena emang aku lagi jengkel, sangat jengkel hingga ingin tertawa dan menangis bersamaan. Pengalaman ku sebagai seorang Casanova selama ini benar benar tak berguna kala berhadapan dengan wanita ini. Memang sih ku akui dia bukanlah wanita normal seperti para pemujaku. Dia adalah wanita gila.. WANITA GILA yang sangat ku cintai hingga aku mati kutu dibuatnya. Bukan hanya kutu ku yang mati tapi mungkin hingga ke sel sel otak ku hahahahahaaa.....

Mino menarik ku yang masih cengengesan. Mungkin ia mendapat sinyal buruk dariku yang sudah sangat ingin mengamuk. Karena sinyal cinta... Bukan.. Bukan lagi sinyal cinta.. Bukan lagi kode cinta melainkan panah , tombak, bom, torpedo, apapun senjata yang lebih mematikan untuk menggambarkan betapa tulusnya pernyataan cinta ku barusan mentul dan berbalik layak nya bomerang menghujaniku. Rasa nya aku benar benar terluka karena responnya benar benar diluar dugaan. Ini pengalaman pertama ku menyatakan cinta dan berakhir seburuk ini.
Dibagian mana yang salah... ?.
Gia menatapku ingin tahu lalu mengangkat bahunya lalu beranjak pergi dengan langkah ringan.
Berani nya dia bertingkah begitu padahal hati ku sedang berkeping keping karena bomerang cinta menghujam ku.
PLAAAKKKKK...
"ANJING...... ".
Mino menatap ku dengan sangat prihatin.
" Buruan sadar, ".
" mata mu buta apa gimana, gak liat ni mata tebuka selebar gerbang tol tak berbayar".
Emosi ku benar benar tak terkendali.
"Noh liatin kedepan".
Walaupun emosi ku masih memuncak mataku masih mengikuti arah yang dimaksud Mino. Demi Tuhan kepala ku terasa diguyur se tong air es. Disana banyak kepala yang menjadi saksi penolakan cintaku. Tamat sudah riwayat Casanova ku yang selama ini ku sandang. Mungkin setelah ini gelar ku berubah menjadi pria yang menggila karena ditolak .
Tobat...
Aku yakin wajahku sudah berubah menjadi warna biru sebiru langit cerah diluar sana.
MATI AKU.

CINTA KADALUARSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang