Bab 46. Tawaran

272 29 1
                                    

"Apa tujuanmu sebenarnya ..?"

Aku masih berbaring menatap langit dengan santai . Weekend ini terasa menyenangkan, hari hari ku terlalu berwarna akhir akhir ini . Cuaca juga sangat mendukung sekali, tidak mendung apalagi turun hujan. Cukup mengherankan jika Tuhan berbaik hati padaku saat ini  dibandingkan hari hari sebelumnya.

Reno terdengar menghela napas lalu tertawa berikutnya.

"Jangan pikir karena sekarang kau menjadi tangan kanan papa lalu kamu bisa seenak hati mu...".

Aku terkekeh renyah cukup lama, kalimat Reno barusan sangat lucu ditelinga ku . Kernyitan tidak senang langsung terpapar diwajahnya.

"Apa yang lucu..?"
"Kamu dan segala prasangka mu".

"Maksudmu..?"
"Percayalah, kalian tidak ingin berada diposisiku saat ini. Jadi tidak usah cemburu. Lagipula  sebagai seorang yang sekarat aku tidak membutuhkan batu pijakan seperti mu. Dan ... tidak usah cemas aku tidak menargetkan mu ".

"Terlalu cerewet untuk ukuran orang yang hampir mati".

Lagi lagi aku terkekeh, bukan rahasia lagi jika kondisi kesehatanku dinilai hanya sebagai alat memeras si pak tua. Tapi aku tidak perduli dengan pendapat siapapun tentangku .

Saat ini kami tengah berada di taman samping rumah menduduki kursi taman dengan nyaman sedangkan Reno menduduki kursi tepat disampingku. Dari jauh terlihat sangat akrab namun siapa sangka jika senyum manis yang menghiasi bibirnya tidak selaras dengan lidahnya yang tajam.

Brukkkkkkkk...

Perhatianku teralihkan oleh lemparan botol air minum yang mengenai kepalaku dengan telak. Bisa ditebak jika benda itu sengaja dilempar hingga mengenaiku dengan tepat saat menemukan Reina yang berdiri melipat kedua tangannya didepan dada nya yang terlihat hampir sepenuhnya tidak tertutup.

Reno ternyata juga terganggu dengan suara benda jatuh yang cukup keras namun pria itu akhirnya hanya menatap acuh pada adiknya berikut kepada botol yang tergeletak di kaki ku. Lalu kembali menatap langit dengan kacamata hitam bertengker dihidungnya .

"Ternyata asyik juga menatap langit seperti ini". ujarnya tanpa memperdulikan keberadaan adiknya yang jelas memendam kemurkaan diwajahnya. Tidak heran sih karena selalu begitu.

"Yang lebih mengherankan kenapa kakak juga ikut ikutan kayak papa sih".

"Apa lagi sih masalahmu".

"Keparat ini menjanjikan apa sampai kakak mau berakrab ria ".

"Aku tidak berakrab ria, ahhh.. benar juga rumah ini pun beratas namanya . wajar jika ingin tetap tinggal dibawah atap rumah ini aku harus bersikap lebih 'ramah'"

Tatapan Reno beralih dari menatap langit kearah ku. Dan aku juga bisa melihat tatapan sinis dan mengejek dari balik kacamata hitamnya. Aku hanya membalasnya dengan seringai tak perduli.

" Asal kau tahu saja aku akan menghancurkan wajah sombong munafikmu itu ...".

"Ahh.. aku lupa .... sepertinya kau sangat menyukai pria tempo hari..?"
Kerutan tidak mengerti melintas dikepalanya.

"Pria yang berada difoto yang sama denganku".

Aku tidak ingin menyebutnya sebagai foto berciuman .

"Maksudmu Lio..? Memang apa uru....".

"Jika aku jadi kamu, aku akan berusaha untuk mengubah diriku menjadi lebih baik dibandingkan menyemburkan ludah dan energi untuk mengataiku setiap waktu".

Matanya melotot marah sedangkan kakaknya malah terkekeh entah karena alasan apa.

"Pikirkan saja, Ayah kalian memilihku dan tiba tiba mengabaikan keberadaan kalian . Ku rasa semuanya ada alasan yang sangat mendasar".

CINTA KADALUARSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang