BAB 2 BERBEDA

1.5K 97 0
                                    

Mama dan Hikaru sudah sejam lalu pulang meninggalkan ku setelah papa menanyakan keberadaan Gia via telpon.
Ada beberapa hal yang tidak ku ketahui soal Gia dan papa.
Yang ku tahu aku wajib menikahi Gia si wanita gila setelah operasi berhasil dilaksanakan.
Entah kesepakatan apa diantara mereka aku tidak pernah dilibatkan.
Yang jelas Gia terlalu ikut campur dengan urusan pribadiku.
Termasuk menguntitku kemanapun aku pergi.
Aku sengaja membawa banyak perempuan ke kamar hotel setelah pernikahanku berlangsung dengan nya.
Makian bahkan tingkah menyakiti nya pun sudah sering ku lakukan dihadapannya.
Hanya agar ia setuju untuk bercerai.
Tapi Gia tetap kukuh untuk bertahan, senyum memuakan nya adalah senjata nya untuk membunuhku lebih cepat karena tercekik amarah setiap detik.

Noda tetesan darah dilantai sama sekali tidak membuatku iba padanya.
Bahkan saat ia muncul diambang pintu pun sudah sukses membuatku muak.

Saat ia melintas dihadapanku yang menghadap tv dengan sepiring nasi goreng buatan mama tadi siang.

Tanpa sengaja ekor mataku menangkap ekspresi wajahnya yang berbeda.
Bahkan ia seperti tidak menyadari keberadaan ku yang berjarak kurang dari semeter ini.

Jarum jam sudah menunjuk jam 2 malam saat aku beranjak memasuki kamar.
Tanpa sengaja ekor mata ku menangkap siluet Gia dari pintu kamar yang tidak tertutup rapat.
Tatapan ku seperti terkunci menatap si wanita gila didepan jendela yang terbuka hanya menggunakan hotpans hitam dan baju kaos kebesaran .
Lampu taman dari luar membentuk siluet liukan tubuhnya dengan sempurna berbalut kaos tembus cahaya lampu.
Suasana remang remang membuatnya terlihat errrrr.. cukup seksi. Ya cukup seksi .. hanya itu..
Wajar kan bila aku berpendapat seperti itu. Aku laki laki normal tentu saja bereaksi saat melihat lekukan pinggul indah dan bongkahan pantat sekal yang sedikit mengintip dari hotpans itu.
Bukan salah ku kan ...
Ahhh sepertinya aku butuh tamparan keras.
Dia itu gila Lio , dia itu gak normal.
Dan sepertinya aku juga ikut gila putusku dalam hati saat aku akhirnya menutup pintu kamar ku.

Dan demi Tuhan ku harap kegilaan ku tidak berlanjut pagi ini . Tapi nyatanya tidak sesuai harapan ku.
Tubuhku tidak pernah bereaksi seperti ini pada keberadaan Gia.
Otak ku tidak pernah berhenti menebak apa yang ada dibalik piyama kelinci kebesaran jelek itu.

Berapa ukuran pinggang, pinggul,dada,...... sialan berhenti berpikir seperti itu .....
Gia lebih pendiam pagi ini, bahkan ketika gebrakan dimeja sama sekali tidak membuatnya berkomentar.
Senyum memuakan yang biasa ia tebar pun tidak ada pagi ini.
Wajahnya terlihat datar dan dingin.
Ia melewatiku begitu saja setelah menuangkan air panas ke cup mie instan yang dibawanya ke kamar.
Berani nya dia mengabaikan keberadaan ku.
Sialaannn... otak sialannnn....
Bahkan aroma khas Gia merasuk ke otak ku.
Wangi nya segar dan manis....
Berhenti lah sialannnnn....
Terkutuk lah otak sialann..
Makian demi makian ku lontarkan dalam hati pagi ini.
Sang empu nya onar bahkan tidak muncul sampai jam 10 pagi.

Aku sedang bermalas malasan didepan tv saat Gia melewati ku tanpa sepatah kata pun sejak tadi malam.
Aroma nya kembali mengganggu ku, dia pakai parfum apa sih wanginya bisa enak gini..
Heyyy.....
Tepukan keras ku daratkan di pipi ku saat pikiran ku kembali melantur soal Gia.
Fix aku emang gila.
Kayak nya aku harus keluar agar kegilaan ini gak berlanjut putusku sembari menyambar jaket.
Dengan celana selutut dan jaket training aku mengayuh santai sepeda gunung yang sudah lama ku beli tapi tak pernah sekali pun ku sentuh.
Jam segini enak nya melipir ke taman bukan.
Kali ada cewek cewek bening buat dibawa kenalan.
Hitung hitung menyalurkan kegilaan ku sekarang.

Aku berhenti didepan penjual minuman dan memesan es soda kesukaan ku.
Sambil menunggu ku edarkan pandangan ku menyisir setiap titik ditaman ini.
Banyak pasangan menggelar tikar dibawah pohon rindang, anak anak berlarian kesana kemari.
Bahkan ada yang membawa anjing dengan kaitan pengaman tentu saja.
Entah mengapa mata ku menangkap set training abu abu duduk di kursi taman dengan seorang perempuan tua yang menangis disampingnya.
Rambut kemerahan yang di cepol dikepala nya membuat ku yakin kalau itu Gia.
Kedua nya terlihat serius, bahkan Gia terlihat menunduk dengan jari tertaut erat digenggaman perempuan tua itu.
Ahhhh sebuah ide terbit dikepala ku saat melihat adegan disana.
Bisa jadi ini berkat yang diberikan Tuhan padaku.
Aku yakin perempuan tua itu tahu siapa Gia sebenarnya.
Dan tentu saja itu harus ku manfaatkan dengan baik.

Aku segera mengendap endap mencuri dengar pembicaraan keduanya tanpa diketahui tentu saja.
Aku pura pura duduk dibawah pohon didekat bangku keduanya

"Tidak bik, jangan membujuk ku. Bibik tau mereka tidak akan senang".

"Bibik janji semuanya akan lebih baik nak. Pulang ya".

Gia kembali menggeleng perempuan tua itu kembali menangis terisak.

"Udah bik, Alu gak mau buat Bibik sedih gini. Udahan nangisnya ".
Ujar Gia sambil merengkuh pundak perempuan tua disampingnya lembut.
Aku sedikit terkejut melihat sikap perempuan yang ku anggap tidak waras tersebut didepanku.
Dia seperti bukan Gia si tidak tau malu atau si wanita gila biasanya.
Bahkan selama ini aku tidak pernah melihat ekspresi lembut seperti itu diwajahnya atau suara sendunya.
Setau ku dia si wanita gila berwajah datar yang memiliki senyum yang membuatku muak.
"Bibik sedih kalau non kayak gini. Coba lihat, non jadi kurus sekali. Tangan non pun tak terawat".
"Bik bukannya aku sudah bilang jangan panggil aku begitu. Aku gak suka".

Percakapan tersebut menghentak ku, kali ini aku termangu sesaat melihat raut ekspresi kesal sekaligus merajuk diwajah itu.
Wanita gila ini ternyata bisa berekspresi seperti itu.

Percakapan demi percakapan terus mengalir diantara keduanya dengan aku sebagai penguping.
Entah setan mana yang merasuki ku hingga menganggap kegiatanku ini terasa menarik untuk dilakukan.

Hingga kedua nya beranjak dari bangku taman pun aku masih betah disini.
Rasa penasaranku benar benar terusik saat ini.
Aku berharap bisa menemukan senjata yang bisa ku gunakan untuk memojokan wanita gila itu agar setuju bercerai.
Bagaimana pun jika dia tidak mau bercerai maka akan ku buat dia setuju kali ini.

Hari terasa menyengat ketika Ku sampai dirumah, setelah menyimpan sepeda dibagasi rumah.
Tidak sengaja menemukan Gia sibuk membuat sesuatu di dapur.
Sekilas ku lihat beberapa buah yang sudah dipotong sedemikian rupa ditaruh didalam mangkuk kaca berukuran sedang.
Mulut ku terasa berliur saat membayangkan segarnya es buah tersebut.

Ku langkah kan kaki ku menuju kulkas dan sengaja berlama lama didepan kulkas yang terbuka.
Pura pura menimbang antara botol soda atau jus mangga kotakan yang selalu berjejer dalam kulkas.
Sesekali ku lirik ke arah mangkuk es buah tersebut dengan mulut penuh liur.
Gia menuangkan segelas kecil es buah itu dan beranjak meninggalkan dapur tanpa menoleh padaku.
Saat aku menoleh kearah meja disana sudah ada segelas es cocktail lengkap dengan hiasan yang dibuat sedemikian rupa.
Ini disiapkan untuk aku bukan ya ? Ah aku cicip dikit deh .
Gelas ramping itu terlihat makin menggoda dengan embun yang terlihat menuruni sisi gelas.
Tadi nya aku hanya penasaran dengan rasa minuman berwarna bening dengan potongan buah ini. Dan hanya berniat mencicipi sedikit sekedar memuaskan rasa penasaran.
Namun yang terjadi tanpa ku sadari isi nya malah tandas ditegukan kedua.
Kesegaran mint berpadu manisnya buah benar benar nikmat.
Serius Ini lebih dari enak dari minuman yang dijual dicafe mahal manapun .
Puas dengan gelas kedua yang ku tuang sendiri.
Masa bodoh dengan Gia kalau ketahuan olehnya.
Ini rumah ku jadi seluruh isi nya adalah hak ku bukan.
Mata ku menangkap beberapa hidangan yang ditutup diatas meja makan.
Kembali rasa penasaran ku muncul dan segera saja ku dekati meja itu.
Dan mata ku sedikit membesar saat menemukan ikan pedas manis tertata cantik dipiring saji.
Luar biasa siang ini dapet berkat terus.
Aku mulai merasa hari ini adalah hari keberuntunganku. Coba bayangkan dimulai dari secerca harapan yang ku temukan dari kegiatan menguping ku di taman, hingga cocktail nikmat barusan dan sekarang makan siang dengan menu kesukaanku sudah terhidang dihadapanku.
Gila hanya itu yang bisa ku ucapkan dalam hati ketika ku cicipi sedikit hidangan dihadapan ku.
Bumbu nya pas banget dilidahku.
Aku yakin ini bukan masakan mama deh. Masakan mama biasanya gak kayak gini.
Atau jangan bilang ini masakan wanita gila itu..
Selama ini kan aku memang tidak pernah repot repot untuk menengok apalagi mencicipi makanan yang disediakan si gila itu.
Selama ini aku selalu makan diluar atau makan dirumah. Sesekali mama memasak untuk ku yang selalu ditemani Hikaru tentu saja.
Ah repot amat mikir ini buatan siapa. Ini perut udah keroncongan.
Akhir nya ku isi penuh piring didepan  ku dengan nasi putih dan tentu saja hidangan utama siang ini tidak lupa ku sikat bersih.

CINTA KADALUARSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang