Bab 47.Si Lidah tajam

268 25 0
                                    

Waktu sudah menunjuk pukul delapan lewat empat lima saat mobil yang ku tumpangi memasuki pelanggaran lobi utama perusahaan pusat Matshusima Grup.
Penampilan resmi ku hari ini terlihat tidak matching dengan sepatu kets kasual ku namun sekali lagi aku tidak perduli dengan pandangan siapapun.
Mba Mira masih setia menemani ku kemana langkah kaki ku.
Menuju lift khusus VIP dan seorang pegawai sudah siap mengantarkan ke tempat rapat hari ini.
Ting.....
Penampakan menyenangkan terpampang tepat saat pintu lift terbuka.
Reno dengan wajah kusut masam penuh kemurkaan terlihat bersitegang dengan seorang pegawai yang sepertinya bertugas sebagai pengarah dan penerima tamu peserta rapat hari ini.
Reno terlihat sangat bersemangat mendekati ku yang baru keluar dari lift hingga mba Mira pun bersikap waspada. Namun aku malah mengulas senyum manis menyambutnya yang bergegas mendekati ku begitu cepat. Dengan sedikit kode Mba Mira menyingkir dari hadapan ku.
"Kamu sengaja mempermalukan ku bukan..? ".
Suara geram dan gemeretuk gigi nya terdengar sangat merdu di telinga ku.
Kami berdiri berhadapan dengan sangat dekat dengan ekspresi yang bertolak belakang satu sama lain.
" Apa maksud mu..? Bukan kah kamu menginginkan ini juga".
" kamu sengaja mengundang ku tanpa memberikan surat undangan agar aku diusir bak anjing gelandangan dari sini".
Tangan ku dengan lugas memperbaiki dasi nya yang sudah tidak rapi lagi.
" kamu benar, aku memang sengaja".
Srettt....
Wajah Reno seketika memerah karena amarah. Entah karena dasi yang terlalu kuat mencekik nya atau karena kalimat ku barusan.
"Bercanda dingin... ".
Kekehan ku tidak membuat ekspresi nya berubah lebih baik.
Tanpa memperdulikan wajahnya yang mengerikan aku sudah melangkah pergi namun baru dua langkah aku kembali berbalik pada nya yang masih berposisi seperti saat ku tinggalkan.
" Tunggu apa lagi...? ".
Reni berbalik menatapku tak mengerti.
" kita tidak bisa berlama lama disini".
Wajahnya semakin kebingungan.
Aku memutar mata ku dengan gemas dengan tingkah bodohnya.
"Ayo".
" tapi.. Aku tidak bisa masuk"
Cicilan lemahnya mengundang gelenganku.
"Menurut mu kenapa kamu tidak bisa masuk...? ".
" kau bodoh ya..? ".
" sangat jelas kau yang bodoh".
"Itu karena kau tidak memberikan ku undangan goblok".
" kau gak butuh undangan bego".
Lagi lagi wajah nya benar benar bodoh dimata ku. Aku terus berlalu tidak memperdulikan nya yang masih mematung ditempat. Sedetik kemudian ia ikut berlari menyusul ku.
"Kok penjaga tidak menghentikan ku..? ".
Ia masih terheran heran rupa nya.
" menurutmu kenapa..? ".
" karena kau... ".
" pintar".
Pintu terbuka dengan  orang orang sudah memenuhi kursi tampak dari pintu masuk.
Aku masuk dengan penuh percaya diri menuju sebuah kursi kosong yang khusus disediakan disamping Pak tua yang ternyata sudah hadir duluan.
Semua bangun berdiri dari kursi nya sebagai penghormatan pada ku sangat pemilik saham terbesar di Matshusima grup. Bisa ku rasakan ada rasa penasaran yang sangat besar saat semua hadirin yang kini menatap ku bukan.. Tepatnya menatap Reno yang mengekori ku bahkan pak tua juga menatapku penuh ingin tahu.
"Apa yang terjadi...? ".
Bisikan nya langsung menghampiri telinga ku saat pantat ini baru saja mendarat di permukaan kursi .
" kita sama sama tahu ini juga merupakan tujuan anda mendudukan ku di posisi ini bukan. Saya hanya membuatnya lebih jelas".
Aku juga membisikkan nya dengan wajah penuh senyuman.
Ah makin hari aku makin mahir untuk memasang senyum palsu ini. Salahkan  aku yang terlalu mendalami peran ku saat ini.
Pak tua berdehem lalu mulai membuka rapat.
Rapat berjalan dengan lancar. Tidak ada yang terjadi diluar kendali. Bahkan Lio juga berlaku profesional dalam rapat ini. Ia terlihat sangat fokus mendalami materi rapat.
Ah... Direktur Operasional ....
Rupa nya ia berhasil mendepak aliran kotor dinadi kehidupan Kusumajaya. Hingga dalam waktu dua bulan ia bahkan sudah dipercaya untuk menghadiri rapat sebesar ini walaupun baru menjabat sebagai direktur cabang dalam waktu singkat. Aku membuka proposal tawaran Grup Kusumajaya. Secara profesional Aku memang tidak menguasai ilmu bisnis tetapi dengan pengetahuan dasar yang ku miliki saat ini pun aku bisa membaca jika Lio cukup membuat terobosan yang luar biasa. Bakat yang mengerikan juga menakjubkan. Ia tidak akan menjadi produk dan pemimpin yang gagal . Tidak seperti seseorang yang berdiri dengan gelisah dibelakang ku.
Aku sengaja memanggilnya dengan perlahan berbisik ditelinga nya di tengah presentasi salah satu perusahaan.
"Apa kaki mu sudah kram..? "
"Apa pertanyaanmu cukup penting..? ".
" kau lihat pria itu..? ".
Dengan mata nya ia memahami siapa yang ku maksud.
" paling tidak coba lah menjadi seperti nya walaupun cuma seperempat. Kalau kau tidak ingin terdepak untuk kesekian kali".
"Kau mengejek ku..? "
"Aku memotivasi mu".
Reno kembali ketempat nya semula dengan ekspresi entah seperti apa.
Sungguh menyenangkan mengganggu nya seperti ini.
Tiba tiba Mba Mira memasuki ruang rapat dengan perlahan lalu membisikan sesuatu ditelinga ku. Pak tua juga turut memperhatikan sebentar. Aku tersenyum pada nya lalu membisikan kata permisi ingin ke toilet.
Mba Mira mengekori ku tanpa banyak berkata.
" dimana dia..? ".
" sebelah sini nona ".
Didepan penjaga tamu tadi kini berdiri seorang gadis.... Ah bukan itu Reina dengan kostum kebangsaannya yang kurang bahan.
" Menurut mu sedang apa kau..? ".
Tadi sangat kakak kini adiknya lagi yang berulah.
" Aku memiliki hak untuk mengikuti rapat ini ".
Aku tertawa terbahak bahak saat ia mengatakan hal yang ia miliki.
" mungkin benar demikian tapi apakah otak mu mampu memahami apa yang dibicarakan didalam..? ".
" Apa maksudmu berkata begitu.. Kau bilang aku bodoh".
"Apa kau merasa pintar? Berteriak soal hak dengan pakaian yang hanya bisa menutupi puting mu saja hampir tidak mampu. Sapi saja mengerti fungsi puting susu nya kenapa kau tidak lebih baik dari sapi? ".
Wajah nya langsung memerah seketika.
" kau.... Menghina ku".
"Reina, aku sudah cukup baik menasehati mu kemarin. Entah kenapa kau masih tidak mengerti".
Tangannya terkepal sangat marah dengan mata yang sudah hampir meneteskan airmata.
" kau ingin menangis karena fakta yang ku sodorkan padamu. Apa ini yang ingin kamu pertontonkan padaku..? ".
Reina mungkin ingin menyemburkan zat asam saat ini juga dari mulutnya yang terkatup erat.
" Kau ingin memasuki ruang rapat pun harus mengerti etika dasar".
Perempuan itu masih berdiam dengan sangat marah dihadapanku.
"Aku akan memberikan mu waktu lain kali tetapi tidak sekarang. Ganti baju mu dan pulanglah. Jangan mempermalukan dirimu lebih jauh".
Aku memberikan kode pada Mba Mira yang segera menganggukkan kepala sedangkan aku kembali memasuki ruang rapat. Aku tidak mengkhawatirkan Reina karena paling tidak dengan kata kata ku yang pedas tadi dan penjaga yang siaga ia tidak akan berhasil berbuat onar lebih jauh.
Hak...? Haahhhhh... Lucu sekali.. Dirinya sendiri bahkan tidak sadar sudah hampir membuat hak nya hilang dengan mudah dari tangannya saat ini tanpa pikir panjang.

CINTA KADALUARSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang