Bab 31. Kelalaian

549 37 0
                                    

Lima hari berlalu tapi pikiranku masih berputar dipertemuan malam itu. Ada sesuatu yang membuatku merasa tidak nyaman dengan tatapan matanya saat itu.

Drrrttttttttttt....Drttttttttt.....

Ku lirik dengan malas handphone yang ku letakan diatas meja kerja. Yahhh kalian benar aku memang sedang bermalas malasan dikantor dan masih dalam jam kerja .Walaupun gunungan map dan folder terus menumpuk hingga aku hampir tidak terlihat namun pikiran ku benar benar tidak siap diajak kerjasama .

"Pak..".

Aku berjengit kaget saat kepala Yulia salah satu staff yang bernaung dibawah komando ku muncul diantara tumpukan map dan folder. Tubuh mungil nya hampir tertelan sempurna oleh tumpukan map yang berada dikedua tangannya.

"Maaf pak ...".

Wajahnya terlihat bersalah saat ku hadiahi pelototan maut karena terganggu dengan kehadirannya yang tanpa aba aba .

"Kamu ini , ...tunggu berkas apaan kok sebanyak ini Yul....?"
Yulia dengan susah payah menurunkan berkas bawaannya disamping meja kerja ku. Wajahnya bahkan memerah dengan bulir bulir keringat sebesar jagung bercucuran.

"Ini.. pak..anu..".

Kening ku segera berkerut saat melihat tulisan disalah satu map yang tergeletak dilantai.

"Laporan pemasaran minggu lalu kenapa dibalikin ...?"
Yulia terlihat menggaruk pelipisnya dengan ekspresi meringis takut takut.

"Saya dipanggil Ibu Desi  berkaitan dengan pelaporan kita dinilai tidak paten....?"
"Tidak paten gimana ??".

"Ada selisih dilaporan penjualan antara laporan pusat dan laporan cabang. Laporan yang kita laporkan dari cabang 125 lebih banyak daripada laporan independen cabang. Sudah diproses pusat tetapi menimbulkan banyak kejanggalan...".

"Tunggu.. kamu bilang sudah diproses oleh pusat. Kenapa tidak ada pemberitahuan resmi soal ini ..?"
"Itu .. surat pemberitahuannya sudah saya letakan dimeja bapak seminggu yang lalu ".

"Kamu letakan dimeja saya..?"
"Iya pak".

Tangan ku dengan segera menelusuri tumpukan map dan folder dan... benar saja salah satu amplop muncul dengan mudah disana. Aku menunduk dan menarik napas panjang untuk menenangkan emosi ku yang mulai naik.

"Seharusnya kamu menyerahkan kepada saya secara langsung bukannya main meletakan begitu saja dimeja begini. Ini hal besar Yulia".

"Maaf pak, ... saya sudah memberitahukan kepada Bapak dan bapak sendiri yang meminta saya meninggalakan suratnya diatas meja bapak. Bapak bilang nanti akan saya periksa sendiri".

Suara Yulia berakhir dengan cicitan .

"Ahh.. tapi paling tidak kamu harus mengingatkan saya jika saya kelupaan". 

"Maaf pak".

Aku menahan segala makian yang semakin ingin meluncur deras dari mulutku. Ini jelas bukan salah Yulia melainkan salah ku yang tidak fokus dalam beberapa bulan terakhir.

"Baiklah, kembali lah bekerja".

"Satu lagi pak...".

Suara nya kembali mencicit pelan hampir tidak terdengar. Aku melotot padanya hingga gadis itu tertunduk takut namun bibirnya tetap berucap walaupun perlahan.

"Bapak dipanggil untuk menghadap ke pusat".

Seketika aku menghembuskan napas dengan sangat kuat. Yulia tersentak kaget . Aku melambaikan tanganku memberi kode padanya ia bisa keluar meninggalkan ruangan ku .

Yulia mengangguk dan berbalik dengan langkah gontai..

"Yulia..".

Yulia segera berbalik dengan tangan yang hampir mencapai gerendel pintu keluar.

"Iya pak..".

Wajah lesunya segera berubah menjadi waspada dan siaga seketika.

"...Saya minta maaf... Saya tahu kamu bekerja dengan baik. Saya yang lalai".

"Oh... iya pak Makasih".

Wajahnya yang lesu seketika berubah kembali semangat.
Aku tidak ingin membebani perasaan staff ku hanya karena keteledoran diri ku sendiri. Ahh salahkanlah diri ini yang tak fokus akhir akhir ini.

Menyambar jaket ku lalu melangkah keluar ruangan.

"Mel, aku ke pusat memenuhi panggilan lanjutan temuan Cabang 125. Jika ada yang mendesak segera hubungi saya".

Melda sebagai wakil Manajer segera mengiyakan permintaan ku.

Jarum jam sudah menunjuk kearah 2 siang saat aku menemui Kepala keuangan dipusat. Rapat berjalan alot dan menguras energi hingga isi kepala ku kini terfokus pada permasalahan yang jelas timbul gara gara otak jahanam ku tidak ingin bekerja sama dengan baik beberapa waktu lalu. Dan saat ini lah ia harus menebusnya dengan baik jika aku ingin memberikan performa kinerja yang mumpuni .

Empat jam berlalu dan dilanjutkan dengan proses pemeriksaan berkas fisik yang ada. Waktu berlalu dengan sangat cepat hingga aku sendiri tidak sadar jika hari sudah malam. Perut ku sudah terasa perih karena tidak terisi makanan hanya kopi pahit yang ku teguk dari siang. Jangan bertanya tentang kondisi otak ku yang jelas sudah terasa mendidih karena bekerja dengan sangat keras selama hampir 7 jam penuh .

"....Kita harus melakukan croscek lapangan esok pagi nya".

Manajer keuangan menjangkau sandwich dingin yang diletakan ditengah meja terpisah .

Ia menawarkan satu padaku yang segera ku sambut gelengan kepala. Entahlah saat ini aku menginginkan tumis kangkung yang sudah lama tidak ku rasakan. Sayangnya pengolahnya sudha bak tak terjangkau tanganku lagi...Ahhhhhh otak tolonglah... aku perlu fokus sekarang.

"Sejak bulan lalu aku merasa heran kenapa hal sebesar ini bisa lolos dari pengawasan mu. Tapi hari ini aku mengerti kenapa hal itu bisa terjadi..".

Aku melirik kearah Mino yang masih melahap sandwich dingin nya dengan semangat. Aku cukup akrab dengan Mino karena sering melakukan kontak saat melakukan pelaporan.

"....Kau ada masalah...?"
"Tidak juga".

"Fokus bro, kau tidak tahu betapa banyak yang mengincar menjatuhkan mu saat ini".

"Aku tahu itu".

"Jadi sebagai teman baik mu. Katakan padaku apa yang mengalihkan perhatianmu kali ini..?"
"Aku terlihat begitu ..?"
"Sangat".

......

"Kau tidak pernah membuat kesalahan seperti ini sebelumnya. Kinerjamu juga sangat bagus namun tiba tiba memburuk akhir akhir ini. jelas sekali ada yang mengalihkan perhatianmu".

Aku berpikir lama sebelum menjawab.

"...Tenang saja, sebenarnya aku sudah mengincar pelakunya. Jadi proses pemeriksaan hanya prosedur saja. mereka sengaja menggunakan celah yang kau tinggalkan untuk menjatuhkan mu".

Aku menatap tajam pada Mino. Tanpa ku sadari kini ruangan sudah sepi dan hanya tinggal kami berdua berada disini. Pantas saja Mino berani membuka kedoknya seperti ini. Mino sengaja ku siapkan untuk memantau pergerakan yang ada di perusahaan pusat . Saat aku mulai memasuki masa kerja di anak cabang perusahaan Mino juga menyusup memasuki perusahaan pusat sebagai informan ku disana. Persaingan yang ku hadapi tidaklah sederhana, terkadang orang menusukkan belati dengan senyum ramah diwajahnya dan kebanyakan pelakunya adalah orang orang senior di perusahaan. Banyak korupsi dan tindakan kriminal yang dilakukan dengan sangat rapi hingga sangat jarang terendus . Sebagai calon penerus Kerajaan bisnis ini, aku berusaha untuk memberantas dari akar hingga nanti tidak menjadi sandunganku dikemudian hari.

"Ah... sebelum itu aku ingin meminta tolong padamu tentang sesuatu tetapi aku tidak ingin hal ini diketahui oleh siapa pun. Kau mengerti maksud ku..?"
Mino mengangguk .

Aku sengaja menuliskan sesuatu disecarik kertas kecil lalu mengangsurkan padanya. Mino terlihat mengerutkan keningnya dengan dalam.

"Aku akan memberitahukan semuanya saat kita sudah aman".

"Tidak sulit. Ku rasa aku hanya butuh dua hari untuk ini".

"Baiklah aku mempercayakannya pada mu".

Mino mengangguk kemudian merendam kertas tersebut kedalam air lalu mengaduknya hingga menjadi bubur kertas sebelum kami meninggalkan ruangan .


CINTA KADALUARSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang