Bab 54. Pesan Terakhir Part 2.

598 35 1
                                    

"...... maaf..".

Akhirnya hanya itu yang bisa ku katakan pada pria kekar yang tertunduk terisak dipunggung tanganku.

Ruangan seketika jadi  lebih canggung dan tidak nyaman. Hanya suara isak pelan Frans yang terdengar.

"....Sebenarnya.. aku ingin banyak menghabiskan waktu... bersamamu... tapi aku tidak punya banyak.. waktu ...yang tersisa".

Frans segera mengelapi wajahnya yang semakin terlihat sembab saja karena kembali menangis .

"Aku gak papa kok. Lakukan saja apa yang kamu mau selesaikan. kakak temani kamu sampai semua keinginan kamu tuntas".

Aku tersenyum saat melihat ketulusan disinar  matanya yang menatapku lembut.

"Aku ... hanya .. ingin ... bertemu dengan .. Mayumi".

Semua orang tersentak terkejut. Bahkan pak tua terlihat menerawang jauh saat mendengar permintaan ku.

"Nak, ibu mu mungkin tidak akan setenang yang kita inginkan jika bertemu denganmu. Apa tidak bisa ditunda dulu, paling tidak sampai kondisi mu membaik..?"
"Aku ...sangat .. baik... jangan khawatir"

"Jangan keras kepala, mama tidak akan sebaik yang sebelumnya. Dia... sedikit kambuh ".

Aku malah tersenyum mendengar bujukan Reno. Sedikit terasa aneh saat mereka memperlakukan ku lebih baik dari sebelumnya.

"Ini saat ... yang tepat.. untuk bertemu".

Reina menatapku seperti ingin mengatakan sesuatu tapi sebanyak apapun ia membuka mulutnya sebanyak itu juga ia menutup mulutnya sembari menunduk . 

"Aku... tidak ..menyalahkanmu kok".

Semua pria yang ada dihadapanku terlihat tidak mengerti arah pembicaraanku tetapi kemudian perhatian mereka terpusat pada Reina yang semakin dalam menunduk.

".... Lagi pula .. aku juga tidak.. punya waktu ... untuk bermain ..lebih lama. Kita bisa berhenti bermain sekarang".

Aku berusaha tersenyum yang lebih tepatnya meringis saat sesuatu yang amis kembali memenuhi rongga mulutku. Frans seketika memucat dan melesat keluar dengan cepat mencari dokter.

Aku baru menyadari jika selang pernapasan itu kini ternoda percikan darah.

"... sepertinya aku harus diam dulu..".

Aku terbatuk beberapa kali karena tersedak darah yang mungkin mulai memasuki aliran jalan pernapasan. Dokter dengan cepat menangani ku dengan teliti menghentikan sumber pendarahan yang ternyata disebabkan pembuluh darah ada yang pecah karena terus menerus tergesek selang. Akhirnya selang itu dicabut dan diganti untuk memastikan kenyamananku.

" ... biarkan pasien beristirahat sejenak. Tidak baik baginya jika terus memaksakan diri seperti ini".

"Dok.. tidak apa apa".

"Nona.. kondisi anda...".

"Saya ..mengerti ini...tugas mu ...untuk mengingatkan. Tetapi biarkan ... saya menuntaskan apa yang saya ingin...selesaikan dok".

"Nona..".

"Saya ..dan anda ...sangat tau ..kondisi saya ...tidak bisa ..lebih ..buruk...dari ini. Jadi ijinkan saya... berbicara lebih banyak .... sebelum benar ...benar tidak bisa".

Dokter menghela napas dengan berat sembari menatap ku dan seisi ruang rawat secara bergantian. Dokter Chen mengangguk pelan saat dokter yang mungkin saja juga rekan kerja nya itu menatapinya seakan meminta pendapat sekilas.

"Baiklah... saya juga tidak bisa memaksakan jika itu keinginan nona. Tetapi ijinkan saya untuk tetap mendampingi anda hingga akhir. Anda juga harus berjanji pada saya. Jika ada sesuatu yang tidak nyaman ditubuh anda. anda harus segera memberitahukan saya atau paling tidakjangan memaksakan tubuh anda seperti sebelumnya".

Aku mengangguk setuju.

Dokter tua itu menghela napas panjang seakan dirinya juga tidak menyetujui apa yang telah ia katakan sendiri . Namun ia juga menyadari jika tidak banyak yang bisa ia lakukan untuk memperbaiki keadaan yang ada.

"Nah... ku rasa... kalian juga mendengar apa yang sudah ... dokter dan aku.... sepakati.. ".

"Aluora..".

"Katakan saja.... aku menagih janji nya. .. Mayumi pasti akan datang".

Pak tua terlihat menimbang dengan cermat walaupun sudah berlalu beberapa menit tetapi ia tetap tidak bisa bergerak untuk memenuhi permintaanku. Aku juga tidak ingin banyak bersuara dengan memilih memejamkan mataku sesaat setelah mengatakan keinginanku .

Terdengar bisikan pelan entah siapa . Pak tua terdengar membantah pendapat orang lain. Walaupun berdebat dalam kondisi berbisik tidak membuatku tidak mendengar apa yang mereka katakan. Mungkin karena suasana yang terlalu hening atau ... memang karena indera ku yang menolak kondisi sekarat ini hingga ia menajam secara signifikan.

"Baiklah... Ayah akan memanggilkan untuk mu . Tetapi jika ibu mu terlihat agresif maka ayah akan segera mengurusnya. Dan saat bertemu kalian akan didampingi dokter ahli masing masing. Bagaimana ..?"
"Tidak... masalah.. aku juga ... tidak perlu bertemu..empat mata".

"Oke.. Reno panggilkan ibu mu".

"Aku akan menjemputnya".

Terdengar suara pintu terbuka dan menutup dengan cepat namun tidak menimbulkan suara yang berlebihan. Dokter juga sudah berpamitan untuk mengurusi panggilan yang darurat , berikut dokter Chen yang turut keluar mengikuti nya . Kini tinggal tiga pria dan Reina  yang berada diruangan.

"Apa kalian akrab ...?"

Perbincangan mereka tidak mengganggu ku sebenarnya hanya saja aku tidak nyaman untuk tertidur. Namun mataku terasa lebih tenang jika terpejam dengan telinga yang tidak bisa ku nonaktifkan fungsi pendengarannya. Topik yang mereka perbincangkan jadi ikut terdengar olehku .

Sepertinya Frans menarik selimut ku hingga sebatas dada lalu menaikan suhu ruangan hingga terasa lebih nyaman bagiku . Menutup tirai jendela sebelum meninggalkan ranjang rawat dan bergabung dengan mereka yang tengah membahas topik yang mungkin cukup menarik untuk didengarkan.

"Bagaimana pun aku juga ingin meluruskan apa yang tadi tidak sempat kita bahas".

Suara Frans terdengar lebih lembut dari biasa nya.

"Tentang status pernikahan mu dengan Aluora".

"Apa maksudnya itu ..?"
Pak tua terdengar cukup terkejut.

"Saya minta maaf sebelumnya karena menyembunyikan fakta ini hingga menimbulkan kesalahpahaman Reina tentang status saya sebelumnya. Tetapi saya tegaskan sekali lagi, saya masih suami Gia hingga saat ini".

Lio menceritakan dengan singkat tentang 'pernikahan' kami, beberapa detil yang tidak seharusnya ia ceritakan pun tidak ia lewatkan sama sekali . Hingga bisa kurasakan aura emosi yang memancar dari Frans.

"....saya sangat menyesal dengan apa yang sudah saya lakukan. Saya berusaha untuk mencarinya hingga akhirnya saya menemukan ia berada dikediaman dan menjadi bagian dari Matsushima. Saya benar benar ingin memperbaiki semua kesalahan saya dan membahagiakannnya. Tapi..siapa sangka jika ia juga menyimpan kondisi kesehatannya seperti ini".

Mereka berbincang cukup lama , membahas banyak hal. Perlahan aku tertidur ditemani obrolan pelan mereka .

Hingga suara cukup mengganggu membangunkan ku.

"Mayumi..".

"Mah..".

Suara pekikan tertahan berhasil membuatku membuka mata dan pemandangan segerombolan orang berada didepan pintu masuk menyambut penglihatanku.

Oh dia sudah datang.

Sepertinya Frans menyadari lebih dulu. Ia menghampiri ku yang masih memperhatikan gerombolan orang itu. Perhatian orang orang segera terpusat padaku yang meminta Frans menaikan ranjang rawat sedemikian rupa agar aku bisa duduk dengan bersandar dengan nyaman. Frans dengan sigap memenuhi permintaanku. Tidak beberapa lama dua oran berseragam dokter memasuki ruangan berikut Dokter Chen. Salah satu orang yang memasuki ku kenal sebagai dokter tua yang tadi menegurku sedangkan satu lagi mungkin dokter pribadi Mayumi karena ia langsung mendekati Mayumi yang dikelilingi anak dan suaminya . Dokter itu sepertinya berhasil memberikan bujukan lembut padanya . Karenanya Mayumi terlihat lebih melunak walaupun ekspresinya benar benar tidak nyaman untuk dilihat.

CINTA KADALUARSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang