Dengan menggertakan gigi akhirnya aku memberanikan diri memasuki ruang direktur utama diiringi tatapan prihatin dan senyum menguatkan Sekretarisnya yang selama ini menjadi saksi sepak terjang aib ku yang terjadi diruang direktur utama.
Ruang itu masih sangat terasa mencekam,setiap langkah yang ku ambil terasa berjalan diantara kuburan sedangkan si bos besar sama sekali tidak mengalihkan perhatiannya dari selembar kertas dengan kening yang berkerut serius. Jujur telapak tangan ku sudah berkeringat saat ini.
Setelah lima menit berdiri dalam diam didepan meja nya , akhirnya Anton Kusumajaya mau melepaskan lembaran kertas dari hadapannya dan mengalihkan perhatiannya padaku. Secara perlahan melepas kacamata nya,melonggarkan dasi dan kerah kemeja, jam tangan ...... Tunggu jangan bilang aku mau dihajar habis habisan.
"Lio... Papa dengar kamu buat ulah lagi".
Aku meneguk air liur yang mendadak mengering .
"Ehheemmm ... begini ... "
Kaki ku spontan bereaksi saat Si bos besar bangkit berdiri dari kursi kebesarannya dan perlahan bergerak mendekati ku. Aku juga perlahan mundur seiring ia mendekat. Mungkin jika diharuskan untuk Sparring aku yakin soal tenaga aku jauh unggul tapi sayangnya diri ini masih menyimpan sosok bayi yang takut akan kata durhaka jika saat ini melawan.
BUGGHHHHH...
Ulu hati ku terasa panas dan nyeri , menahan rasa sakit bercampur mual tidaklah mudah walaupun tubuhku sudah membungkuk dilantai. Kekuatan jotosannya masih sekuat dulu ternyata.
"Bangun..".
Berusaha menegakkan tubuh dengan susah payah tidak lupa mengelap air liur yang ternyata tidak sadar muncrat dan membasahi sekitar bibirku .
"..... tahu kan salah mu dimana".
"Iya,... pa Lio tahu kok".
"Papa membangun grup Kusumajaya hingga bisa sebesar ini dengan kerja keras dan susah payah . Dari nol Lio ... jangan lupa mengorbanan kakek mu hingga saat ini kamu bisa menikmati kemudahan hidup".
Yuppp ceramah panjang dan jelas tidak bisa dihindari. Aku cukup mendengar dan menahannya selama tiga puluh menit kedepan sebelum bisa melakukan pembelaan diri dan mengajukan solusi . Biarkan saja diri ini menjadi samsak dan pelampiasan emosinya dahulu.
"...... Apa sangat susah bagi mu untuk bersikap normal dan tidak membuat masalah . Umur mu sudah dewasa tapi terus terusan bertingkah seperti anak kecil".
Aku hanya bisa berdiri dengan posisi siap bila sewaktu waktu pak tua ini kembali melayangkan tinju nya. Namun helaan napas panjangnya terdengar sangat lelah . Tiba tiba rasa bersalah itu menyusup tanpa aba aba . Ku lirik ia yang kini terlihat sangat lelah dan menua dengan cepat dimata ku . Ku gunakan kesempatan ini untuk mendekatinya perlahan.
Ku giring ia kearah sofa dan anehnya ia mengikuti saja tindakan ku tanpa protes.
"Pah.. Lio minta maaf . Mungkin tindakan Lio terlalu kekanak kanakan tetapi Lio datang ke papa untuk berusaha memperbaiki kesalahan Lio".
Lagi lagi helaan napasnya terdengar kuat namun terdengar pasrah cenderung putus asa.
"Oke.. apa yang akan kamu lakukan untuk memperbaiki itu..?"
"Oke, begini pa. Tapi sebelumnya Lio harus mengecewakan papa karena masalah ini akan berkembang merambah ke perusahaan pusat".
"...."
Oke saatnya bekerja keras untuk meyakinkan orang tua ini.
"...Tetapi aku membutuhkan kekuasaan untuk menyelesaikan semuanya ".
"Apa kamu yakin ingin memangku jabatan lebih tinggi . Lini manajer saja kamu sudah buat kacau".
"Pa, ... Oke begini.. Aku mengerti alasan papa memasukan ku ke anak cabang perusahaan dengan kebobrokan yang sudah menjadi rahasia umum. Dan perlahan aku sudah mengumpulkan data dan bukti sewaktu waktu dibutuhkan operasi pembersihan. Dan ku rasa inilah saatnya...".
"Bukan karena siap tapi karena terpaksa".
Aku hanya bisa meringis tidak bisa mengelak kebenaran tersebut.
"Lio tidak mengatakan tidak atas pernyataan papa barusan. Tetapi kemungkinan besar Lio akan menerima surat pemecatan tidak hormat karena insiden kemarin. Jadi untuk melakukan tindakan pembasmian ini Lio membutuhkan jabatan yang lebih tinggi atau... Direktur utama turun tangan langsung dalam melakukan investigasi".
Tatapan tajam kembali kuterima .
"...... data dan bukti sudah ku susun . Jika papa tidak mempercayaan ku dengan kekuasaan maka papa harus menuntaskan ini sendiri hingga akar. Semakin ini dibiarkan maka semakin banyak kerugian yang dialami Kusumajaya Grup kedepannya".
"Kamu yakin bukti yang kamu punya cukup untuk menyeret Ketua Darma turun dari posisi nya".
"Papa tidak usah khawatir, memang efeknya akan sangat besar di perusahaan pusat dan akan berlangsung pelik. Tetapi bukti yang ku miliki lebih dari cukup untuk menyingkirkan duri itu dari tubuh Grup Kusumajaya. Jika papa mempercayakan kekuasaan itu padaku maka papa cukup melipat tangan dan menonton".
Orang tua itu terlihat berpikir menimbang.
"Papa boleh menimbang dulu tetapi jangan terlalu lama . Kita tidak punya waktu banyak. Jika kita terlambat maka ...posisi papa juga akan terancam".
Orang tua itu menengadah kelangit langit ruangan lalu menghembuskan napas panjang .
"Lio. kamu mengerti kan setiap langkah dan keputusan keras papa terhadap kalian anak anak papa adalah untuk menyiapkan kalian untuk meneruskan masa depan Grup Kusumajaya. Jadi papa harap kali ini jangan mengecewakan papa".
"Aku mengerti pa. Terimakasih sudah mempercayakan ku dengan penuh".
Terik siang sudah tidak lagi menyengat , ku putuskan untuk menemui Mino di cafe terdekat. Bukannya sombong tetapi aku memang mengurangi intensitas ku berada di perusahan pusat setelah insiden mengamuk ku tempo hari. Sedikit trauma ehh malu sebenarnya kalau kalau ada yang mengingat moment yang enggak banget itu.
Menemukan Mino yang menyeruput segelas kopi ditemani musik yang asyik . Bersyukur suasana cafe juga tidak terlalu ramai hanya ada dua meja yang terisi selebihnya kosong .
"Akhirnya datang juga, ku pikir dirmu tidak selamat kali ini".
"Yahh kau terlihat amat mencemaskan aku".
Sindiran ku tidak diindahkan Mino , aku hanya bersungut sungut sembari mendekati konter pemesanan.
Aku kembali kemeja dengan segelas yogurt stroberry ditangan dan disambut ejekan.
"Berapa pukulan ..?"
Rupa nya dia sangat mengerti kondisi ku setelah melihat pesanan ku ini."Cukup membuat ku mual mengkonsumsi kopi dalam dua jam terakhir lah".
"Wuahh... kekuatan bos masih sama ternyata".
"Bagaimana progres tugas mu..?"
Aku dengan tidak sabar membelokkan topik pembicaraan. Aku sudah sangat gatal untuk menabok pantat busuk si Thomas bajingan itu."Sesuai keinginan mu, akan meledak besok. Jadi kusarankan kamu untuk menambah efek dramatisnya".
"Hmmm bagus, lalu biarkan saja pihak HRD pusat turun tangan langsung. Tujuan kita kali ini adalah ikan yang lebih besar dari pada teri busuk si Thomas".
"Oke, ku rasa umpan ku sudah dimakan oleh ikan besar itu".
Aku menerima hp milik Mino yang ia angsurkan pada ku. Sebuah grup chat terlihat sangat ramai .Aku tidak sadar menyunggingkan senyum puas atas hasil kerja Mino. Ia sangat cepat melakukan tugasnya ternyata.
"Lalu bagaimana dengan mu. Pak Bos mengijinkan mu hidup atau riwayat mu tamat ..?"
"Tenang saja , aku tidak akan menyia nyiakan harapan yang diberikan pak tua padaku . Terlebih setelah ini, kita akan banyak pekerjaan yang harus dilakukan".
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA KADALUARSA
RomanceKeberadaanku tidak pernah diinginkan. Bahkan oleh ibu kandungku sendiri. Hingga nadi kehidupan ini membawaku bertemu dengan mu. Mungkin ini menjadi pelarian terakhirku Karena aku tau semuanya memiliki waktu kadaluarsa . cukup bersabar sedikit lagi...