Berbulan bulan semenjak kunjungan kami ke kediaman Matsusima tidak ada hal yang berubah . Bukannya aku berpangku tangan , aku juga sudah berusaha untuk mencari informasi seputar keberadaan anak bungsu Matsusima namun hingga kini aku masih gigit jari saja. Bahkan Frans juga tidak berkerja sama membocorkan barang sedikit informasi soal ini. Padahal aku sudah full pedekate tapi pria itu kukueh tidak ingin mengatakan apapun.
Jadi saat Papa meminta ku untuk bersiap untuk memenuhi undangan makan malam dari keluarga Matsusima aku bahagia bukan main. Rasa semangat dengan segera menyebar keseluruh titik pembuluh darah ku saat ini. Kali ini kami diundang sekeluarga untuk makan malam bersama minus Om Sam. Karena sedang menjalani tugas luar kota.
Aku memilih memakai kemeja putih kali ini dipadu celana jeans krem agar antusias ku tidak terlihat kentara.
Jam tujuh aku sudah meluncur dari rumah mungil yang hingga kini masih kutempati walaupun tanpa istri ku yang kabur setelah meninggalkan secarik kertas dengan pernyataan yang sama sekali tidak bisa ku terima dengan kewarasan yang masih 100 %.
Mobil kami beriringan memasuki daerah kediaman Matsusima yang mewah.
Seorang pelayan nampak sudah menunggu kedatangan kami didepan gerbang masuk . Kami mengikuti pelayan itu memasuki ruang tamu dimana Tuan rumah sudah menunggu kedatangan kami disana. Kali ini dua keluarga nampak saling bertemu dengan formasi yang errrrrrr... ku harap lengkap namun tetap tidak kutemukan sosok yang kucari selama ini. Secara tidak sadar keningku kembali mengernyit plonga plongo melihat kesana kemari . Sebenarnya tidak hanya dia yang tidak hadir, Reno juga masih tidak terlihat . Hanya Reina yang terlihat diantara kedua orangtuanya. Dan uaseeeemmmm dia sama sama memakai baju terusan berwarna putih. Entah kenapa aku merasa tidak nyaman dengan persamaan baju yang kami kenakan walaupun jelas ketidaksengajaan sedang terjadi disini.
Tiba tiba Luca menyikut perutku sesaat kami menduduki sofa dengan formasi berderet.
"Calon kakak boleh juga, mana udah seragaman lagi".
"Atau ini memang udah pertemuan antar keluarga ya kak..?"
Kali ini Key ikut ikutan berkomentar.Tapi kuabaikan keduanya hingga keduanya kicep sendiri. Pikiran ku masih sibuk dengan ketidakmunculan Gia diantara keluarga Matsusima saat ini. Atau aku yang salah mengurai fakta.....?.
Seorang kepala pelayan mengarahkan kami untuk menuju suatu tempat yang ternyata sebuah taman yang indah. Woowwww... aku tidak menyangka jika makan malam ini sangat mewah. Bayangkan sebuah meja ditempatkan ditempat terbuka, kanopi dengan untaian tirai indah menghiasi berbagai sisi . Koki beserta staff nya sibuk menyiapkan hidangan langsung dihadapan kami setelah selesai mengolahnya dengan teknik masak yang luar biasa.
Namun bukan itu yang membuatku terpaku .. tepatnya membeku ditempat melainkan Seseorang terlihat berdiri tidak jauh dari tempat makan malam yang disiapkan. Gadis itu menengadah menatapi langit yang hanya menampilkan bulan sabit temaram .
Dan aku baru menyadari bukan hanya aku yang terpaku pada dirinya, hampir semua dari kami yang ada memusatkan perhatian padanya.
"Aluora,".
Danu Matsusima memanggilnya dengan lembut. Aku tidak pernah mendengar pria paruh baya itu bersuara selembut itu. Namun ekspresi berbeda nampak diwajah kedua wanita lain .Keduanya segera menutupi ekspresi tidak senang mereka dengan melanjutkan langkah kami menuju meja makan yang tertata peralatan makan diatasnya.
Mata ku tidak lepas dari sosoknya selama ia berada disana. Mungkin aku juga tidak berkedip jika bisa demikian agar bisa memuaskan rasa asing yang kini mengalir deras dari diriku.
Gia duduk tepat disamping kanan Danu Matsusima, samping kirinya ada Mayumi lalu Reina. Kursi disamping Gia terlihat kosong. Mungkin Reno sedang menjalani masa hukuman hingga saat ini belum muncul juga.
Suasana terasa semarak dan akrab namun perhatianku benar benar terpusat pada keberadaan Ggia. Bahkan caranya mengangkat sendok, meminum air,.... semua masih sama. Itu benar benar dia. Dia selalu bertingkah selayaknya tidak terlihat setiap kali berada didalam kerumunan orang. Anehnya menu yang ia santap sedikit berbeda dengan yang dihidangkan pada kami. Dan Danu terlihat sangat memperhatikan asupan yang Gia suap kedalam mulutnya sembari berbincang dengan Papa.
"... Ah.. Maafkan saya..saya lupa memperkenalkannya sejak tadi. Malah asyik menyuap dan makan. Banyak orang hanya tahu jika saya hanya memiliki dua anak. Tetapi sebenarnya saya memiliki tiga orang anak dan ini adalah Aluora putri bungsu saya. Alu, kenalkan ini adalah keluarga Kusumajaya salah satu rekanan bisnis keluarga kita".
Alu perlahan bangkit dari duduknya lalu menganggukkan kepalanya untuk memberikan hormatnya sebelum kembali duduk tenang disana.
Ekspresi terkejut terlihat jelas diwajah kami terkecuali wajahku. karena aku sudah tahu fakta itu . Mama saja hampir menjatuhkan dagunya diatas meja makan jika saja Key adikku tidak segera menyikut lembut menyadarkannya segera.
"Wahhhh ... kejutannya luar biasa, siapa sangka mantan pembantu kakak ternyata putri konglomerat".
Luca berbisik tepat ditelingaku
"Tutup mulutmu".
Aku balas berbisik memarahinya.
"Ku rasa , mantan pembantumu bahkan menjadi anak kesayangan sang konglomerat. Seandainya ayahnya tahu perlakuan keluarga kita padanya setahun yang lalu bisa jadi kini kita akan dilempari piring".
"Berhenti meracau".
Mata ku tidak lepas memperhatikan Gia disana. Bahkan aku bisa menemukan rona terkejut diwajah Papa namun ekspresinya segera berubah menjadi datar sedetik kemudian.
Tiba tiba Mayumi sang nyonya rumah tampak sumringah seiring munculnya sosok seseorang yang sejak tadi ditunggunya.
"Yuk gabung aja nak".
Reno segera mengambil tempat tepat disamping Gia, gadis itu bahkan tidak tergerak untuk melirik kedatangan si sulung yang entah berapa kali berniat mencelakakannya.
"Hey bungsu , apa kabar mu..?"
Gia menoleh dan menatap datar pada Reno yang terlihat sangat kurus namun tetap berada dalam penampilan terbaiknya.
"Ku harap kau suka dengan kedatangan kakak sulungmu".
Tidak ada respon berarti dari Gia, gadis itu hanya terus menyendokan supnya hingga tandas.
"Aku rasa aku sudah menyelesaikan makananku. Aku pamit lebh dulu".
Nada normal dan datar itu benar benar sangat ajaib tedengar ditelingaku. Danu mempersilahkan Gia meninggalkan meja makan dan berjalan memasuki bangunan . Sedangkan Mayumi dan Reina terlihat puas dengan yang terlihat didepan mata.
"Hmmm..sepertinya saya harus pamit ke toilet sebentar".
Tanpa menunggu banyak respon aku segera berlari menyusul Gia walaupun aku bisa merasakan tatapan ingin tahu dari semua orang saat itu.
Dan... ku temukan gadis itu kembali mematung menatapi langit dihalaman depan seperti orang bodoh.
Aku mendekatinya perlahan namun aku masih tidak membuka suara. Menikmati sosoknya yang kini berada didepan mata sepuasku.Banyak hal yang ingin ku katakan padanya namun yang sangat ingin ku lakukan hanya menatapinya hingga rasa nyeri tak bertepi didada ini tercukupi.
"...Tidak ada yang ingin kau katakan..?"
Aku terperanjat saat suara datarnya tiba tiba memecah keheningan."Banyak".
"Tanyakan apapun..?"
"Kenapa kau menyerah begitu cepat..?"
Gia kini beralih menatapku, datar dan dingin namun aku merindukan mata itu dengan sangat."Aku menyerah dari awal, hanya saja waktu tidak mengijinkanku melakukannya lebih cepat".
"Lalu tidak bisa kah kau memberikan waktu untuk ku memperbaiki".
"Sayangnya aku sudah tidak punya waktu ".
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA KADALUARSA
RomanceKeberadaanku tidak pernah diinginkan. Bahkan oleh ibu kandungku sendiri. Hingga nadi kehidupan ini membawaku bertemu dengan mu. Mungkin ini menjadi pelarian terakhirku Karena aku tau semuanya memiliki waktu kadaluarsa . cukup bersabar sedikit lagi...