"...... Seiring waktu berlalu. Kesehatan psikologist Mayumi tak kunjung membaik. Ia bahkan jijik menyentuhmu sejak lahir. Ayah juga tidak memperdulikan kondisimu saat itu . Hanya Kenzo yang menyayangimu dengan tulus. Mungkin kamu masih ingat pria tampan yang kamu panggil Ottocan. Alih alih memanggilnya Ottosan. Kamu malah memanggilnya ottocan".
Kening ku mengernyit berusaha untuk mengingat.
"....sayangnya ia juga tidak bisa merawatmu lebih lama. Ia meninggal dalam kecelakaan tunggal saat usiamu menginjak lima tahun. Dan setelah ia meninggal tidak ada lagi yang ingin merawatmu. Maka bibi Laras menggantikan peran yang ditinggalkan Kenzo dengan senang hati. Oleh karena itu kedua kakakmu tidak benar benar tumbuh besar bersamamu sepanjang waktu. Bibi merawatmu seperti anaknya sendiri dipaviliun belakang. Sedangkan ibu mu mulai kembali drop karena ternyata organnya telah bermasalah walaupun kelainan gen sudah teratasi dengan baik. Organ tubuhnya terlanjur rusak parah. Nah.......".
Suara pak tua itu semakin parau. Aku tahu mulai saat itu lah aku mulai menjalani prosedur operasi yang menyakitkan untuk mengganti organ yang rusak ditubuh Mayumi.
".... Perlahan.... Seiring waktu... Operasi transplantasi dilakukan satu per satu hingga kamu sendiri bisa menghitung sendiri berapa banyak proses itu kamu lalui sepanjang hidupmu. Sekarang ibu mu memang terlihat sehat berkat dirimu, tetapi secara psikologis ibu mu sebenarnya masih sakit. Perlahan ia mau mendekati kedua kakakmu tapi untuk menerima kehadiranmu benar benar nol besar".
"... Lalu... Apa aku benar bukan anak kandungmu pak tua..? ".
Kali ini mata kami bertemu. Bisa ku lihat ada rasa pedih yang mengalir kuat dari tatapannya hingga pak tua itu mungkin tak sadar jika airmatanya sudah mengalir sekali lagi di pipinya yang mulai keriput.
" Kamu anak ku.. Ayah bisa pastikan dirimu adalah murni milik ayah. Hanya saja dulu ayah terlalu cepat mengambil keputusan hingga bersikap impulsif..... ".
"....... ".
".... Ayah.... Tahu apa yang ayah lakukan selama ini padamu tidak bisa dimaafkan walaupun apapun ayah lakukan untuk itu..... ".
Aku kembali memejamkan mata saat orang tua itu terisak disampingku.
"... Bahkan hingga detik ini pun ayah masih memanfaatkan mu.... Jadi jangan pernah maafkan ayahmu ini. Jangan pernah".
" Aku tahu anda masih memanfaatkanku hingga akhir hidupku. Tapi aku tidak keberatan, karena memang untuk itu aku dilahirkan".Ah... Kepala ku semakin terasa menyakitkan. Seharusnya aku tidak bertanya jika ku tahu malah seremeh ini akar permasalahan nya. Hanya karena cemburu dan salah paham berkepanjangan aku harus menderita sedemikian rupa. Bahkan hingga detik ini aku tidak tahu rasa nya dibelai tangan seorang ibu.
Mata sialanku malah terasa panas dan mulai berembun. Ku rasa aku terlalu banyak minum air hingga pasokan air ini meluap di tubuhku.
" Ini.... Jika ... Mungkin kamu akan mengingat sosok ottocan yang dulu sering kamu cari. Dan.... Di dalamnya ada tulisan terakhir milik Kenzo.... Mungkin ini saatnya kamu memilikinya".
Mataku menatap kosong pada map coklat yang orang tua itu letakan dipangkuan ku.
"Beristirahat lah,.. Supir akan mengantarmu".
Setelahnya orang tua itu keluar dari mobil dengan wajah muram dan pedih.
" saya akan mengantarkan anda kembali kerumah".
Aku tidak menjawab supir yang telah menjalankan kembali menelusuri jalanan yang lumayan ramai saat ini.Jarum jam sudah menunjuk angka lima sore namun aku enggan untuk memasuki kediaman Matsushima yang megah. Saat ini selain kepala yang berdenyut ditambah sesak yang aneh membuatku semakin enggan untuk bertemu anggota keluarga Matsushima. Perlahan kaki ku melangkah menuju bagian belakang bangunan utama yang megah. Paviliun tua ini masih terlihat terawat walaupun tidak ada yang menempati. Sesampainya didepan paviliun tidak membuatku serta merta memasuki bangunan tua ini. Entahlah aku hanya ingin memandangi rumah tua ini, seperti ini dan hanya memandangi nya sesuka hatiku. Ingatan itu mengalir satu per satu..... Ingatan yang sempat ku lupakan... Dimana .... Aku dulu juga pernah duduk didepan rumah ini dan sama persis seperti ini menangis tanpa isak hanya ingus dan air mata yang membanjiri wajahku. Meratap dan memanggil ottocan dalam hati.. Aku marah dan patah hati... Hati ku juga sesak dan sesakit ini dulu.... Merutuk dan mengutuk Tuhan yang begitu jahat padaku saat itu. Dengan tega mengambil harta dan sosok yang mencintaiku tanpa basa basi mengkasihaniku yang masih balita. Dimana tidak ada satupun makhluk yang bisa menghiburku saat itu juga saat ini. Entah kenapa aku sesedih ini... Ternyata sejak dulu aku memang sudah semenyerah ini untuk hidup. Hahaaaaaa... Ottocan... Kamu benar benar pembohong besar...... Kamu bilang aku tidak butuh seorang ibu... Tidak juga butuh Ayah.. Kakak atau siapapun. Karena ottocan akan bersama ku hingga menutup mata. Tapi ... Harusnya bukan kamu yang lebih dulu menutup mata dan menonton ku menderita tanpa sosokmu lagi. Seharusnya....... Seharusnya kamu memastikan ku baik baik saja tanpa mu. Tidak seharusnya ottocan meninggalkan ku sendirian didunia sejahat ini......
Aku menangis tanpa raungan melepas sedih yang ternyata terpendam jauh dibawah alam sadarku.
Rindu ini.... Aku hanya ingin bertemu dengannya walaupun dalam mimpi, memori atau apapun yang bisa mengingatkan ku padamu yang sudah lama ku lupakan.
Tanganku perlahan membuka map yang diberikan pak tua. Beberapa lembar foto usang, wajah balita perempuan berbalut eskrim dan wajah tertawa lebar seorang pria tampan .
"Ottocan... Ternyata setampan ini.. ".
Hati hati ku buka lembar demi lembar foto itu takut airmataku menetes dan merusak gambar gambar berharga ini. Album foto yang teramat tipis dan usang namun mampu merobek dan mengalirkan memori secara bersamaan. Sebuah amplop putih dibelakangnya menarik perhatianku. Berisi hasil lab..... Dan selembar surat tulis tangan yang sedikit berantakan.
".. Maafkan aku terlalu lama menuntaskan bagianku. Aku harap kamu bisa menerima dan mencintai putri ku sama seperti kamu mencintai anak mu yang lain. Ia tidak bersalah, dia gadis yang luar biasa dan baik hati. Jangan limpahkan kesalahan kita orang dewasa untuk ia tanggung. Kamu bisa kembali membuktikan keaslian hasil tes DNA yang ku lakukan jika masih meragukan ia benar benar milikmu. Tolong jaga dan rawat ia mulai sekarang. Karena mungkin aku sudah tidak bisa melakukannya"."Jahat sekali... Benar benar jahat... Ottocan masih punya waktu untuk menitipkan ku pada orang lain tapi tidak memiliki waktu untuk berpamitan padaku".
Mataku terasa membengkak dan sembab tapi airmata ini masih tetap mengalir sesuka hati. Perlahan sesak itu berkurang seiring banyaknya airmata yang terkuras.
Hari sudah menjelang malam namun aku masih betah duduk didepan paviliun ini. Tangis ku juga sudah mulai mereda.
" Aku benar benar merindukan mu ottocan. Jadi.. Jangan salahkan ku jika aku akan segera menyusulmu. Cinta keluarga yang ottocan inginkan untuk ku sudah lama melewati batas kadaluarsanya. Aku sudah tidak menginginkannya lagi. Karena aku sudah memiliki nya darimu".
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA KADALUARSA
RomanceKeberadaanku tidak pernah diinginkan. Bahkan oleh ibu kandungku sendiri. Hingga nadi kehidupan ini membawaku bertemu dengan mu. Mungkin ini menjadi pelarian terakhirku Karena aku tau semuanya memiliki waktu kadaluarsa . cukup bersabar sedikit lagi...