Pagi baru saja menjelang, aku sudah selesai membereskan seisi paviliun . Pukul tujuh pagi aku sudah selesai membersihkan diri sesuai dengan kebiasaanku selama ini. Walaupun berat rasanya untuk memulai hari ditempat ini tapi tetap saja tidak ada alasan bagi ku untuk tetap berbaring dan bersikap tak berguna.
Paviliun ini memiliki dapur kecil sederhana yang dibangun terpisah agak sedikit dibelakang. Selama ini mbo selalu memasak disini sebelum ia memulai pekerjaan pokoknya dibangunan utama.
Memang dipaviliun ini hanya ada si mbo yang menempati karena pekerja lain memilih menempati bangunan lain yang tergabung dibangunan utama . Senyum sedih terbit dibibir ku tanpa ku sadari, kini tak ada lagi yang menemaniku disini seperti dulu. Karena aku tahu persis alasan mbo memilih menempati paviliun terpencil ini . Yah untuk menemaniku agar aku tidak kesepian sendirian disini. Karena "saudara saudara ku" yang tidak menyukai kehadiranku terus menerus mengganggu ku hingga tak ada hari tanpa tangis untuk ku lewati . Namun disini aku merasa aman walaupun hanya ditemani si mbo yang merawat ku dengan tulus bahkan dari tangan kaki ku masih merah .
Panci panci dan rak piring plastik beserta isi nya yang bisa dihitung jari masih berposisi seperti yang ku ingat.
Baskom usang tempat cuci piring , gayung yang pinggirannya sudah retak,bahkan sabun colek sederhana masih berada dipojokan seperti yang ku ingat. Bayangan si mbo yang menyiapkan makanan setiap hari disini memakai kompor tunggal sederhana lalu menjerang air dari sumur tua yang tidak jauh dari tempat cuci piring. Bahkan Menyiangi potongan potongan sayur sayuran yang ia simpan diember usang hitam berisi air agar bisa bertahan dua tiga hari karena paviliun ini tidak dilengkapi lemari es . Atau saat ia memiliki rejeki lebih ia menyisihkan uangnya agar bisa membelikan ku daging sapi yang sering ia iris iris tipis lalu menjemurnya agar bisa disimpan lebih lama . Lalu sewaktu waktu aku menginginkan makan enak ia selalu menumis daging daging kering itu dengan sayur sayuran agar nutrisi ku tercukupi. Ah ... Betapa baiknya dirimu mbo ... Mengingat kenangan manis mu saja membuatku ingin terus meratapi kepergianmu sepanjang waktu.
Tangisku lagi lagi pecah hingga suara ketukan pintu paviliun menghentikan isak tangis ku.
Setelah mencuci muka aku baru membukakan pintu , wajah tegas Frans sudah menantiku didepan pintu.
Ia menatapku dengan penuh perhatian, aku tahu dia mengenali sembab diwajahku walaupun sudah ku cuci barusan.
Ia menyentuh kepalaku yang hanya sedadanya lalu mengelusnya dengan perlahan.
"Walaupun aku tidak sebaik si mbo, tapi kakak mu ini akan menjagamu dengan segenap kemampuan yang ku punya . Jadi ikhlaskan si mbo ya".
Aku mengangguk sembari menahan airmata yang sangat ingin kembali jatuh .
"Yuk.. kita ke rumah utama".
"Ngapain...?".
"Om Danu manggil".
Aku mengikuti langkahnya dengan enggan, tangan besarnya masih menggenggam tanganku erat . Kami memasuki ruang demi ruang didalam bangunan utama.
Aku menurut saja ketika Frans mendudukan ku di sebuah kursi .Lalu mengambil tempat disampingku,di atas meja terdapat berbagai hidangan mewah tetapi sama sekali tidak membuatku berselera makan. Yang ku inginkan bukan makanan sebanyak ini, yang ku inginkan hanya hasil buah tangan Mbo saja.
"Hari ini keluarga kita kembali utuh karena Aluora sudah bersedia kembali pulang bersama kita".
Aku bahkan tidak berniat mengangkat kepalaku apalagi memandangi semua orang yang menduduki kursi melingkari meja makan.
"Selamat datang kembali Alu".
Aku hanya tersenyum hambar mendengar pengucapan selamat yang tidak mencapai hati ku sama sekali.
"Kamu kok pulang sih ..? Pasti susah ya hidup gak ada duit diluar".
"Reno.. yang sopan , dia adik kamu".
"Adik... ? Yang benar saja ..papa liat aja sikapnya kayak orang sakit mental lepas kandang gitu. Natap aja gak mau ".
"Reno... !".
Aku tersenyum sembari mengangkat pandanganku yang sedari tadi tertunduk.
Ku edarkan pandangan ku kesekeliling meja makan. Dan semuanya juga sedang menatapku termasuk kepala rumah tangga ini yaitu Danu Matsusima sedangkan istri nya Mayumi Keina terlihat sangat cantik disampingnya tepat berhadapan denganku .Senyum sinis tak tertahankan terpatri dibibirku.
"Nah.. sekarang siapa yang tidak sopan pa".
Kali ini si cantik Reina turut memeriahkan suasana meja makan.
"Saya berterimakasih sudah mengundang saya kemari tetapi jelas saya tidak cocok disini. Saya permisi".
Danu menghela napas panjang menatapi ku yang sudah bangkit berdiri bersiap meninggalkan tempat .
"Duduk".
Perintah tegas itu berhasil menghentikan gerakan ku.
"Saya tidak ingin menerima yg tatapan penuh rasa keberatan dari anak anak anda... Termasuk istri anda. Sebaiknya saya permisi".
"Kamu juga anak ku ".
Tawa pahit terlontar dari mulutku dengan pelan.
"Saya lelah melanjutkan peran saya sebagai badut penghibur ditengah keluarga anda jika itu yang anda tegaskan pada saya".
"Aluora".
Aku mengabaikan teguran Frans yang kini menggenggam pergelangan tanganku.
"Aku tidak ingin berada disatu tempat dengan mereka .l.a.gi".
"Oke, siapa yang keberatan dengan kehadiran adik kalian kembali kerumah ini silahkan tinggalkan meja sekarang juga".
Hening mewarnai suasana ruang makan, tidak seorang pun mau bergerak dari kursinya.
"Dia yang seharusnya pergi kan".
Praaanngg.....
Suara gelas kristal pecah jatuh terberai dilantai marmer berkilau setelah menghantam kening Reno. Suara terkesiap kaget turut mewarnai aksi kekerasan barusan.
Perlahan rona merah menuruni sudut kening Reno yang terluka. Reno terlihat terkejut hingga hanya mampu melongo tanpa bisa berkata kata.
Danu Matsusima terlihat sangat marah menatap sekeliling meja makan tanpa berkata kata. Mayumi istri nya hanya mampu menutup mulutnya dengan telapak tangan untuk meredam pekikan terkejutnya .
"Lawan aku jika masih ada yang berani merendahkannya lagi".
Hening menyeruak.
"...Sudah cukup selama ini kalian memperlakukannya secara tidak hormat. Kedepannya tidak ada lagi yang akan menindasnya seperti itu ".
Tidak ada yang berani bersuara, sedangkan aku hanya menghembuskan napas panjang. Aku sungguh lelah melakoni drama ini lebih jauh. Sedikit menundukan tubuhku seperti adat keluarga ini untuk berpamitan lalu bergerak keluar . Tidak ada untungnya bagi ku melanjutkan hal yang sudah jelas. Dulu saat aku dikatai dengan kalimat yang macam macam pun aku sudah tidak perduli. Terlebih rumor yang mengatakan aku adalah anak haram Mayumi Keina yang pernah berselingkuh dengan pria lokal. Membuatku dipandang menjijikan bahkan oleh ibu ku sendiri .
Bahkan Danu Matsusima adalah orang pertama yang memandangku dengan tatapan jijik setiap kali melihatku. Entah apa yang merasuki orang itu hingga membelanya barusan. Bukannya senang malah membuatku semakin muak saja.
Itulah kenapa aku tidak menyandang nama keluarga berkebangsaan Jepang ini . Awal nya aku ingin sekali Matsusima itu tersemat dibelakang namaku, kini aku sangat jijik dengan nama itu bahkan tidak ingin bersinggungan lagi kalau saja Si mbo tidak menginginkan ku pulang sudah jelas aku juga tidak akan pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA KADALUARSA
RomanceKeberadaanku tidak pernah diinginkan. Bahkan oleh ibu kandungku sendiri. Hingga nadi kehidupan ini membawaku bertemu dengan mu. Mungkin ini menjadi pelarian terakhirku Karena aku tau semuanya memiliki waktu kadaluarsa . cukup bersabar sedikit lagi...