Bab 40.Harapan dibalik kekacauan.

512 36 1
                                    

"OKE... JANGAN LUPA ABIS INI RAPIIN KANTOR MU BAJINGAN".

Aku masih berminat meneriaki si bajingan Thomas yang dengan bebas menyentuh istri ku sesuka hatinya. Yang lebih membuatku marah adalah kenapa Gia malah kegatalan disentuh secara sembarangan. Aku loh menyatakan cinta malah di geplak , diguyur , ditolak secara tidak manusiawi bahkan reputasi dan harga diriku sebagai casanova ini ambyar serata ratanya dengan muka bumi. Kenapa responnya terhadapku sangat berbeda dengan respon yang ia berikan untuk orang lain. Wajar dong aku merasa tersakiti.....

"Kenapa sih kamu ini buat masalah yang tidak diperlukan banget".

Entah sejak kapan Om Budi udah berada di samping ku. Beberapa rekan kerja yang tadinya menyeretku keluar dari kantin sudah membubarkan diri. Mungkin kembali masuk untuk menjilat Si Thomas brengsek itu. Awas aja dia

"Om tahu kan dia itu kurang ajar. Banyak banget tingkahnya tapi prestasi nol besar. Aku heran kok bisa menjabat jadi kepala cabang itu gimana Om. Perlu dievaluasi lagi tuh HRD pusat".

Om Budi malah geleng geleng kepala seperti sapi ngusir laler.

"Seharusnya kamu tahu fungsi mu ditempatkan dicabang ini. Dari sekian banyak cabang Grup Kusumajaya tapi kamu malah ditempatkan dibawah komando pimpinan yang paling korup.Ngerti kan maksud papa mu..?"
"Om.. ".

"Oke.. gini. Sekarang apa rencanamu ..?"
Mendadak aku jadi linglung dipotong saat berbicara dengan penuh emosi dan penghayatan seperti ini percaya deh rasa nya gak enak banget karena koneksi yang ada diotak jadi lemot merespon.

"Rencana gimana om maksudnya ..?"

"Tadi kamu bertingkah frontal didepan kepala cabang, berteriak layaknya memilik power melebihi Thomas. Jadi Om penasaran apa yang ingin kamu lakukan kedepannya dengan tindakanmu barusan..?"
"......."

"Om yakin papa mu tidak akan suka mendengar kabar ini ".

Ah.... kok jadi runyam.

Tepukan lembut dan remasan cukup kuat dipundak, aku menemukan kembalil sorot keprihatinan seperti yang biasa Mino berikan setiap kali aku membuat masalah beda nya kali ini diberikan Om Budi padaku.

Kenapa semuanya jadi kacau kalau berhubungan dengan wanita gila itu yahhhh... Apa yang salah...?.

Aku masih termenung merenungi cara meloloskan diri dari amukan si tuan besar. Membayangkan pelototan mautnya saja sudah mampu membuat tulang belakang ku terasa dingin hingga kesum sumnya . Apa lagi jika berhadapan dan mengalami langsung, bisa jadi aku harus membuat janji dengan salah satu dokter ahli agar menjaga kemungkinan terburuk yang bisa saja terjadi.

"Ada pepatah mengatakan tenang sebelum badai, tetapi kamu emang tipe yang tenang setelah badai".

Nah kan... respon tubuhku terlalu diluar kendali jika berhadapan dengan sosok Gia. Bahkan jika aku ingin tidak merespon pun percuma.

Gia mengambil tempat duduk didepan ku sedangkan mataku dengan tajam menatapnya . Ternyata setelah ku perhatikan dia tidak banyak berubah seperti dugaanku sebelumnya. Lihat saja tas tangan murah , penampilan sederhana hanya blazer krem dan blouse putih dipadu celana kerja itupun hanya merek lokal yang banyak ditemukan dipasar. Bukannya aku meremehkan merek lokal. Banyak merek lokal yang memiliki kualitas bagus. Tapi maksud ku disini , sebagai seorang calon pemimpin setingkat PT.Tirta Kencana seharusnya ia tidak berpenampilan sangat sederhana .

"Kenapa..? penampilan ku terlalu biasa ..?"
Tuh kan apa sekarang aku juga transparan hingga sangat cepat terbaca hingga ke sel otak sekalipun.

".. kamu tahu .... aku penasaran suatu hal ".

"apa itu..?"

"Jika dulu mungkin salah ku jika kamu selalu memilih cara hidup yang simple tapi kenapa sekarang kamu tetap seperti ini..?"

"Ah.. aku tidak menduga kamu sekarang banyak menyadari tindakanmu dimasa lalu".

".......".

".... cara hidup itu pilihan, aku tidak ingin terbebani oleh merek atau pandangan hidup orang lain. Termasuk cara ku memilih perilaku ku saat ini".

Aku tidak menduga jika Gia akan membahas ini.

"Aku tidak ingin kau salah paham dan tidak fokus dalam melakukan bagianmu. Hanya itu".

Bahasa nya terdengar sepotong sepotong tetapi kelegaan luar biasa yang ku alami saat ini merupakan misteri yang benar benar aneh. Semakin hari aku semakin menyadari jika aku sangat ingin memiliki wanita gila ini. Bahkan rasa nya aku rela melakukan apapun untuk menjaganya tetap didalam jangkauan ku.

"Tidak bisa kah kamu ngerti kenapa aku kayak gitu ..?"

Mata Gia terlihat sedikit berubah karena nada ku yang diluar dugaan melembut bahkan bagi ku juga terdengar aneh.

"Eheeemmm..maksud aku.. aku ada alasannya kenapa kayak gini. Dan aku sama sekali tidak kesurupan Gia".

Buru buru ku ralat perkataan ku sebelum insiden diluar dugaan itu terjadi kembali. Bisa bisa kerikil taman yang akan dilemparkan padaku jika benar benar Gia menganggapku kembali kerasukan.

"Oke aku ngerti. Nah sekarang kamu harusnya udah nyusun rencana untuk mengatasi masalah yang baru aja kamu lakukan"

Ah lagi lagi itu.. kontan bibirku mengerucut dihadapannya.

"Ingin ku bantu..?"
Kini giliran mata ku yang mengerucut.. eh enggak ding Cuma menyipit aja. Bukan karena tawarannya tapi lebih kepada alasan kenapa tiba tiba ia memberikan ku jalan keluar. Entah kenapa perasaan ku tidak enak karena itu.

"...Jangan khawatir, aku tidak akan meminta imbalan apapun. Hitung hitung aku harus menyingkirkan salah satu batu kerikil untuk perkembangan Pt Tirta Kencana kedepannya. Bagaimana menurutmu..?"
Tentu saja tawaran ini terlalu indah untuk dilewatkan.Aku mengangguk dengan semangat dan siapa sangka tindakan ku ini membuatnya terkekeh kecil.

"Baiklah, kirimkan aku alamatmu . Dilain waktu kita akan membahasnya lebih detil".

"Alamat ..?"
"Iya, alamat mu sekarang... oh atau kita bisa saja bertemu di tempat lain jika ...".

"Bukan .. bukan itu maksud ku.. Tidak mungkin kamu lupa dimana rumah kita makanya kamu gak pernah pulang ..?"
Gia terlihat tertegun sebentar, sekilas terlihat sinar asing yang menyeruak dimatanya namun itu terjadi hanya sebentar sebelum wajahnya kembali normal alias datar .

"Oke, aku akan mengabarimu nanti".

Kali ini aku tidak lagi buru mencegahnya pergi. Ada harapan yang ku miliki walaupun saat ini hanya punggungnya yang semakin menjauh dipandanganku. Tidak mengapa.. aku sebaiknya jangan buru buru jika ingin Gia semakin mendekat padaku.

Yang jelas aku tidak ingin menambah deretan aib diatas nama ku .

Saat ini kepala ku harusnya bisa diajak kerjasama untuk mengatasi kekacauan yang tadi ku lakukan dan semua solusi hanya bermuara ke satu tindakan besar yang harus ku lakukan.

Dengan cepat ku rogoh ponsel yang selalu ku selipkan dalam kantung celana kerja ku. Mendial satu nomor yang bisa membantu ku mewujudkan rencanaku berjalan sempurna. 

"Halo...".

"Halo .. bro.. sepertinya aku butuh gelombang besar kali ini".

"Akhhhhh... aku yakin kamu pasti berulah . Apa lagi kali ini".

"Kita tidak punya waktu membahas ulahku yang tidak berujung pangkal ini. Tapi aku butuh dirimu untuk menjatuhkan bom ".

"Thomas..?"
"Yupp... aku harus menendang pantat busuknya kali ini".

"Baiklah ku rasa sudah saatnya memang untuk muncul kepermukaan. Oke akan ku siapkan segalanya. Tunggu saja dalam tiga hari".

"Oke sementara itu, aku akan mengurus Tuan Besar ".

CINTA KADALUARSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang