Bab 57. Nostalgia Terakhir

606 41 0
                                    

Mayumi berteriak memaki dan menyumpah ku yang masih tersenyum padanya.

"Nona..".

"Tidak apa apa, .. tidak perlu marah marah dan mengamuk membuang tenaga dengan sia sia. Anda hanya perlu berbicara. Meminta dan memohon padaku.. mungkin saja saya akan bermurah hati untuk memberikannya padamu".

"Memohon katamu..?? Hah... seharusnya aku tidak tertipu dengan perkataan manis Kenzo untuk menyerahkan bayi sialan itu padanya. Dia menghilang tanpa jejak demi menyelamatkanmu. Alih alih menyelamatkan ku dari pria busuk gila kerja yang selalu meninggalkan ku didalam ketidakpuasan. Hah.....kau pikir .. kau berhak memintaku untuk memohon... Apa kau tahu ..... aku membenci mu karena kau yang menyebabkan Kenzo lari dari ku bahkan hingga hanya mayatnya pun aku tidak bisa temukan".

Memang benar Mayumi sempat menjalani perawatan di rumah sakit saat Kenzo meninggal dalam kecelakaan itu. Jadi jelas ia tidak bisa meraung menangis kehilangan sesuka hatinya saat itu.

"Itu... jelas bukan salahku brengsek".

Aku bisa mendengar suara terkesiap semua orang yang berada diruangan ini termasuk Mayumi yang juga membeku ditempatnya. Aku terkekeh pelan...

"Hahhh.. seharusnya aku memakimu lebih cepat. Sangat melegakan".

Frans tersenyum melihat ku yang juga tersenyum lega. Berbeda dengan Frans wajah Mayumi memerah karena amarah yang memuncak.

"Apa kau bilang..?"
"Aku mengatakan apa yang ingin ku katakan . Jadi anda tidak perlu terlalu mengambil hati.. Ah.. aku bisa saja memberikanmu diari ini tetapi anda harus mengantarkan ku ke suatu tempat terakhir. Bagaimana..?"
"Apa kau lupa kesepakatan kita ...?"
"Tidak .. tentu saja saya tidak lupa tentang kesepakatan kita sebelumnya. Tetapi sebenarnya saya tidak melanggar kesepakatan karena tempat yang ingin ku tuju memang tempat yang terakhir. Bukanlah rumah ini".

"Kau mempermainkan ku bocah..!?"

"Hahaha.. tidak juga. Percayalah walaupun aku sangat ingin bermain denganmu karena sebagai seorang anak ibu tetaplah tempat ternyaman terakhir yang ingin dituju. Tapi saat ini jujur saja keinginan itu sudah pupus tak berbekas. Apa kau percaya dengan kata batas akhir..?"
Mayumi hanya mengerutkan dahinya dengan masam.

".... Aku akan menunjukan batas akhir itu selama perjalanan kita kesana".

"Nona... sebaiknya ..".
"Tidak Mbo... saya sudah memilih tempat itu sebagai pelabuhan terakhir".

Mbo tua itu menangis sembari memeluk ku erat. Aku menepuk punggungnya dengan lembut lalu pak tua juga bergabung memeluk ku.

"Terimakasih sudah menunggu saya pulang. Saya bersyukur Ottocan memiliki kalian untuk menjaga kenangannya dengan demikian  saya bisa mengenangnya hingga batas terakhir umurku. Kali ini Saya juga menitipkan semua peninggalan Ottocan . Mungkin saya tidak akan bisa kembali kemari setelah ini".

"Nona .. tolong jangan berkata begitu".

Setelah berpamitan, Pak tua menunjukan jalan setapak kearah belakang rumah . Sengaja meminta Mayumi untuk mendekat kearah ku. Perempuan itu mendekat dengan wajah yang sangat masam.

Perlahan aku mengulurkan tangan kearahnya.

"Ini adalah permintaan terakhirku untukmu.. apa anda bisa mendengarkannya ?"
Dengan acuh ia mengangguk hampir tidak terlihat . Aku tersenyum dengan perlahan bangkit berdiri meninggalkan kursi roda dan selimut yang menutupi kedua kaki sejak tadi. Perlahan menyisipkan tangan ku dilengannya yang ramping tertutup sweater rajut. Mayumi terperanjat namun ia tidak menepis tanganku.

"Anda tau, ottocan bilang aku sangat mirip denganmu. Mulai dari perangai, kebiasaan dan..wajah datar... hahahaaa.... Dan apakah anda tau ... setiap kali kami menghabiskan waktu baik pagi maupun sore hari . Ottocan menceritakan masa kecil  kalian yang bahagia. Saling mengasihi ... saling mengisi dan ... saling berbagi... ".

Perlahan kami mulai menyusuri jalan setapak itu dengan tanganku yang bertaut mengandeng lengannya. Awalnya ia terlihat enggan namun seiring kami berjalan aku menceritakan masa masa balita yang ku ingat bersama Kenzo kekasih masa kecil nya membuatnya terdiam dan tertarik mendengarkan.

Aku juga yakin rombongan besar berada tepat dibelakang kami berdua yang semakin jauh melangkah meninggalkan rumah.

"...Kau.... tidak membenci ku..?"

Mayumi ternyata penasaran setelah aku terdiam karena mengistirahatkan paru paru ku yang mulai terasa kelelahan. Berbicara sembari berjalan sebenarnya jelas bukan ide yang baik namun aku sangat ingin menuntaskan ini hingga akhir. Aku harus bertaruh jika ingin memenangkan akhri cerita ini.
"Membenci mu...? tidak . sejujurnya aku tidak bisa membencimu. Anda adalah cinta pertama dan terakhir Ottocan . Bagaimana aku bisa membenci orang yang sangat ayahku cintai".

Aku bisa merasakan lengannya membeku lalu mengendur perlahan.

"... Ottocan itu bodoh... ia mencintai mu hingga ia lupa untuk bahagia. Baginya dirimu itu selalu nomor satu dihatinya. Yang selalu ia jaga dan hormati. Jika anda tidak mampu maka ia sanggup menjadi tameng dan menggantikan rasa sakit itu. Itulah kenapa ia menggantikanmu merawatku. Karena ia yakin ... yang anda rasakan terhadapnya bukanlah lagi perasaan cinta dan peduli melainkan egois dan obsesi yang sangat berbahaya ".

Didepan kami terbentang sungai berair jernih dengan pepohonan hijau mengapitnya. Udaranya pun terasa lebih lembab dan sejuk daripada dilingkungan rumah.

"...Anda mungkin bisa  melihat... tempat ini sangat mirip dengan tempat yang sering anda gunakan dulu untuk menghabiskan waktu bersama Kenzo".

Mayumi mengedarkan pandangannya kearah sekitar. Lelehan airmatanya kembali mengaliri pipinya. Kali ini aku melepaskan gandengan tangan kami lalu melangkah perlahan memberikannya waktu menikmati kenangan yang  mungkin mengalir dikepalanya saat ini.

"Aku tau jika dia tidak salah. Ia selalu ada saat aku membutuhkan ..sejak dulu ia selalu begitu. Aku yang lebih dulu mengkhianatinya dengan menyetujui pernikahan yang disiapkan tetua kepadaku. Dengan pernikahan itu, kerajaan bisnis yang dikelola papa akan lebih besar dan kokoh. Aku juga menjadi lebih serakah akan kekuasaan saat mengetahui angak dibalik merger dua grup kerajaan bisnis. Namun pernikahan itu tidakmembawa ku menjadi lebih bahagia. Kekuasaan dan uang tidak membawa kepuasan yang ku idamkan.... aku berbalik mencarinya dan menemukannya tepat berada ditempat semula saat aku meninggalkannya. Aku mulaimemintanya kembali dengan berbagai cara Kenzo menyadarkan aku bahwa apa yang ku lakukan akan membawa kehancuran yang lebih banyak pada diriku sendiri. Tapi aku tidak perduli dengan kehancuran apapun itu, yang ku inginkan adalah dirinya kembali kepadaku. Namun ... aku menemukan diriku hamil saat itu . Kenzo kembali mencegahku untuk mengajukan cerai karena kehamilan itu....hiksssss..... jika saja aku tidak hamil . Mungkin saja Kenzo akhirnya luluh dan menerima ku kembali kesisinya. Jadi aku berusaha untuk menghilangkan keberadaanmu ... suatu hari Kenzo memergoki ku yang hampir melemparmu dari atap sebuah gedung. Ia berjanji merawat bayi itu hingga membuatku bahagia akhirnya. Siapa sangka setelahnya ia menghilang tanpa jejak dengan membawa mu. Aku membencimu karena .... gara gara keberadaanmu Kenzo mengabaikan ku untuk pertama kalinya. Ia memalingkan wajahnya dari ku hanya demi kamu. Bayi yang tidak kuinginkan hadir namun Kenzo malah menyayangi mu lebih daripada ia menyayangi ku...".

Mayumi berceloteh tanpa sadar. Bahkan airmata dan ingusnya membanjiri wajahnya yang semakin memucat seiring waktu.


CINTA KADALUARSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang