Bab 58. BATAS

651 50 0
                                    

Aku tersenyum lemah..

"...Lalu apa salahku ... sampai harus menerima perlakuan tidak menyenangkan seumur hidupku..?"
Entah kenapa pertanyaan yang sebenarnya tidak perlu lagi ku pertanyakan malah keluar begitu saja bahkan aku saja tidak menyadari apa yang ku katakan hingga Mayumi melangkah dan turut menduduki batang kayu yang sudah cukup lapuk namun cukup nyaman untuk diduduki. 

Rombongan lain tampak cukup tahu diri untuk tidak mendekati kami..

Walaupun wajahnya basah oleh airmata dan cairan hidung tetapi Mayumi tetap angkuh saat mendekati ku .

"Saya hanya membenci mu , tidak ada alasan lebih dari sekedar pelampiasan dari rasa kesal".

Aku terkekeh hingga pundak ku terguncang hebat. Jawabannya benar benar receh ya ... Dia memang seangkuh itu . Mungkin aku harus bersyukur karena diberikan waktu yang singkat untuk hidup. Aku terlalu takut dengan wajah asli dari wanita ini. Aku takut sifat dan perangainya yang buruk ini benar benar ia wariskan padaku . Baguslah .. umurku hanya menghitung detik.

"Kau masih menganggap ini lucu..?"
Aku tidak menjawab hanya menyeka ujung mata ku yang sempat berair karena terlalu kuat tertawa.

"...Terserah... saya tidak ingin lagi membahas masa lalu denganmu. Kesepakatan tetaplah kesepakatan .Saya sudah menunaikan kewajibanku maka ini lah akhirnya".

Tadinya aku ingin menunjukan tempat ini karena ini adalah tempat Favorite Ottocan saat masih hidup. Karena tempat ini sangat mirip dengan tempat masa kecilnya dulu. Mengingatkannya betapa manis kenangan nya bersama Mayumi. Tapi ternyata perempuan ini bahkan tidak terketuk hatinya. Sangat disayangkan.. mungkin benar tidak ada guna nya untuk membalas dendam dengan cara ini. Mungkin lebih melegakan jika aku memaki dan memukulinya sesuka hati ku hingga merasa puas dan lega. Mungkin jika ku lakukan itu lebih terasa berguna

Aku mengangguk.. mungkin aku sudah mulai terbiasa dengan perubahan emosi yang terlampau cepat .

"Yah... anda benar. hari ini mungkin bisa dikatakan sebagai hari terakhir kita bernostalgia. 

Tangan Mayumi terulur kehadapanku dengan wajah acuh ..

"Ah anda bisa memintanya pada Mbo Jum sepulangnya dari sini...".

"Oh.....".

Mayumi segera bangkit berdiri secara spontan sebelum kalimatku selesai. Mungkin karena gerakan yang tiba tiba itu membuat batang pohon yang ku kira kokoh ternyata sangat mudah untuk terguling saat posisinya kehilangan keseimbangan. Aku yang benar benar tidak siap hanya bisa pasrah tanpa bisa melakukan apa apa untuk bertahan .

dug ... dug..dug...

Sialnya dibelakang tanahnya agak menurun dan bermuara ditebing tinggi dengan sungai berbatu besar dibawah sana .

Tanganku dengan spontan menggenggam apa saja yang bisa tetangkap tanganku saat kejadian itu terjadi. 

Gedebuk ...... 

Mataku hanya menangkap pemandangan sungai dipenuhi batu hitam besar besar dengan suara air sungai yang bergemuruh cukup kuat ditelinga. Mata ku menatap kosong kearah bawah ........ 

"Tolong.... tolong aku... Cepat tolong aku.. Reno tolong Mama..".

Teriakan kuat mengalihkan perhatianku dari dasar jurang. Aku hampir tertawa terbahak bahak melihat wajah ketakutan Mayumi berada tepat disamping ku . Ia juga memegangi kuat kuat akar pohon yang kebetulan merupakan akar dari pohon yang sama yang tengah ku genggam saat ini.

Tuhan ... Tuhan sungguh lucu... bahkan dalam kondisi seperti ini pun Ia masih ingin aku menikmati kebersamaan bersama wanita ini ....

"Teriak minta tolong... berhenti menatapku seperti itu".

CINTA KADALUARSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang