Bab 7. Ketidaknyamanan yang Aneh

856 67 1
                                    

Hening mewarnai perjalanan pulang kami, cewek disampingku yang biasanya datar tanpa ekspresi kini terlihat menahan kemurkaan .
Lalu kenapa diri ku ini juga turut ikut ikutan menanggung ketidaknyamanan ini...? . Hening ini membuat pikiran ku jadi ikut menjelajah kemana mana ... Tidak sebenarnya tidak kemana mana hanya satu kilasan kejadian yang membuatku errrrr... Entahlah... Sedikit merasa tidak enak hati.. yah sedikit tidak enak hati karena harus melihat adegan cipokan Luca sialan dengan cewek gila ini yang sekarang jadi benar benar gila disampingku.

Kenapa aku peduli ...?
Karena.... Aku juga tidak tahu kenapa aku harus peduli ... Entahlah .... Aku hanya merasa ketidaknyamanan yang aneh... Seperti melihat perselingkuhan .. tidak juga mereka memang ciuman tapi ... Aku tau ni cewek bukanlah tipikal cewek taksiran si Luca ... Atau aku marah karena selama ini sejahat apa pun yang ku lakukan padanya bahkan tidak sampai membuatnya berkedip lalu kenapa Luca semudah itu bisa melukis ekspresi diwajah datar itu. Hanya sekali sentuhan aja udah blingsatan ... Tidak.. bukan itu alasannya . Oh mungkinkah aku merasa keduluan...? Oh tidak, alasan pastinya tidak mungkin itu. Ku akui aku pernah tergiur kemolekan tubuhnya tapi.. jelaslah dia bukan tipe ku juga... Tapi bukankah tingkah lakunya barusan mencoreng harga diriku sebagai suaminya ..? .
Kini gelengan kepalaku berganti dengan anggukan pasti setelah menemukan alasan dibalik ketidaknyamanan ku .
Namun sedetik itu pula pertanyaan lain kembali menghampiri otak jenius yang malam ini sedang ngebug banget  entah kenapa aku juga tidak tahu penyebab kebegoan ini berasal.
"Kayaknya tadi kamu ketempelan deh ".
Kalimat pertama setelah bermenit menit hening menemani perjalanan pulang yang tidak seberapa lama ini.
"Hah...?".
"Dari tadi kamu hanya menggeleng,menggeleng,lalu menggeleng tiba tiba berubah mengangguk sumringah lalu mulai melipat wajah hingga hampir menjadi dua bagian lecek tidak berbentuk".
Pernyataan panjang yang baru kali ini ku dengar darinya malah membuatku merasa amat bodoh , karena tidak mengerti topik pembicaraan ini mengarah kemana.
Mata ku berkedip cepat kebingungan, menatap bergantian antara wajah Gia dan jalanan .
Namun yang terlintas dikepala ku lagi lagi adegan kissing tak berguna itu , mataku tak sengaja menatapi bibir merah tanpa pewarna bibir itu .
Sialan ... Kenapa aku jadi kesal sih ...
Apa karena kelaparan gak sempat makan malam tadi ...? Atau.. aku kenapa sih ...??
Helaan napas Gia membuyarkan dialog perdebatan sia sia yang bergaung dikepala ku .
"Aku aja yang nyetir kalo kamu masih belom normal ".
"Apaan sih ....emang kamu bisa nyetir".
"Bisa ku coba ".
"Gila, kamu pikir nyetir bisa hanya dengan kata coba apa. Ogah lah . aku bisa kok nyetir sendiri".
Kesewotan ku tidak mempengaruhinya sama sekali. Gadis itu hanya mengangkat bahu nya sebagai respon .
Responnya yang biasa malah makin menyulut emosiku bak ABG PMS sensitif sekali untuk disentuh .
"Kau pikir gampang apa nyetir, kamu butuh berapa tahun untuk bisa mengambil alih ini semua dari ku".
"Ya gak usah sesewot itulah, siapa juga yang mau rebutan ".
"Kamu ".
"Hah...?".
"Jangan mimpi".
"Gak jelas banget jadi orang".
"Kamu yang gak jelas,udah cipokan sama orang depan suami pula . Masih mau rebutan nyetir".
"Kamu bilang apa ?".
Jelas Gadis itu tidak mendengar jelas kalimat penuh kekesalan itu karena kalimat terakhir hanya gumaman tidak jelas .
"Emang kamu mau aku bilang apa ?".
"Kayaknya kamu beneran sakit , mending aku turun disini kamu balik gih kerumah mama kamu".
"Ih siapa kamu ngusir ngusir aku".
"Bukan ngusir daripada entar parah terus kamu nya kejang kejang dijalan ".
"Kamu pikir aku pengidap epilepsi , sialan. Gini gini aku sehat luar dalam".
"Yakin...?".
"Mau ku buktiin ?".
Entah kenapa mataku kembali tertumbuk pada bibir mungilnya yang terlihat lebih tebal dari biasanya . Apa karena abis dicipok ya...
Hati ku kembali menjadi lebih kesal berlipat lipat.
Sedangkan Gia malah menatapku tetap tanpa ekspresi berbeda denganku yang terlihat seperti orang kelaparan.
"Anjirrrrrr.... ".
"Gak perlu bukti lagi deh, kayak nya kamu emang ketempelan hantunya Luca atau Key atau.....".
Teriakan kaget bercampur decitan rem mobil terdengar berbarengan .
Kini aku bisa berpuas diri melihat wajah tanpa ekspresi kini berganti dengan wajah penuh ekspresi terkejut.
"Kamu gila ya".
"Iya aku gila".
"Kalau mau mati ya mati aja sendiri".
"Gak mau lah aku mati sendiri, harus ngajak kamu kalo mati biar gak sepi".
"Aneh banget ni orang".
Gia bergegas keluar lebih dulu dari mobil sedangkan aku masih membuka Seat belt dari tubuhku. Detak jantungku tiba tiba terasa berhenti saat menyadari Gia baru saja tidak melepas seat belt nya sebelum keluar tadi.. itu berarti ...ia baru saja membahayakan nyawa orang ....
Aku segera menyusuli Gia yang sudah memasuki rumah terlebih dahulu.
Aku mengawasinya kaki yang sedikit aneh saat berjalan seperti agak pincang..
Dia menghidupi semua lampu sebelum berniat berlalu kekamarnya.
Aku spontan menangkap pergelangan tangannya namun aku terperanjat saat ia meringis pelan. Detaj jantungku meningkat drastis saat melihat memar merah hampir membiru melingkar disana dan aku tahu pasti sebabnya.
Gia menarik pelan tangannya dari genggamanku , lalu mataku juga menangkap memar lain dibibirnya . Gemuruh kemarahan menguar sempurna . Gia berlalu kekamarnya tanpa mengucapkan penjelasan apapun. Dan aku juga tidak perlu penjelasan apapun karena jelas aku melihat sendiri adegan sialan itu yang sekarang kembali berulang ulang dikepala ku ratusan kali. Dan demi Tuhan kenapa harus meninggalkan bekas sih....? Aku benar benar marah dengan alasan yang tidak ku tahu apa . Yang jelas aku sangat marah, sedari tadi aku tidak menyadari lecet kecil di bibir bawah nya . Namun setelah melihatnya aku seperti singa siap menerkam siapa pun mangsaku.
Dan mangsa ku adalah adik ku sendiri.
Kaki ku melangkah menuju sumber kemarahan ku. Pintu kamarnya tidak terkunci aku mendorong masuk tanpa mengucapkan apapun pada Gia yang menatapku penuh keheranan. Ia berdiri diam menatapku penuh tanya sembari memeganggi sesuatu ditangannya , memar dipergelangannya kembali membuatku semakin marah.
"Apa....?".
"Kamu tau, aku benci saat milik ku disentuh orang lain".
"Aku... Tidak pernah menyentuh apapun".
Kebingungan jelas tercetak diwajahnya , kini kami saling berhadapan dalam jarak paling dekat yang pernah kami temui selama ini.
"Kamu juga tahu, aku paling benci jika sentuhan itu meninggalkan bekas ".
"Kamu ngomong apa sih ?".
"Aku harus membersihkan milik ku dari bekas menjijikan ".
"Kamu....".
Cup.....
Tubuhnya membeku dengan mata membulat tak mengerti. Kecupan itu tidak membuatku puas, kembali ku labuhkan kecupan dalam dengan sedikit menjilati luka dibibirnya membuat akal sehatnya kembali.
Ia mendorongku dengan cepat mengambil jarak aman dari ku. Mata nya menatap ku tak percaya dan waspada sekaligus.
Aku masih menatapnya intens , sebenarnya aku masih ingin menciuminya sesuka ku tetapi melihat kilatan aneh dimatanya membuat niatku surut seketika.
Tiba tiba gadis itu meloncat menjauh dari ku menghampiri laci nakas lalu mengambil sesuatu dari dalamnya.
Byurrrr... Byurrrr..
Mata ku berkedip cepat saat wajahku dibasahi oleh guyuran air dari botol yang diambil dari laci.
"Apa apaaan ...?".
Gia menatapku masih waspada.
"Udah sadar belom ...?".
"Hahh....?".
"Stop ..stop siramin aku pake air apa pun itu ".
"Puji Tuhan , akhirnya kamu sadar juga".
"Haahhhh apa maksud nya ???".
Sama sama dicipok kok beda reaksi sih ? Gak normal ni cewek kayaknya .

CINTA KADALUARSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang