Kali ini Liora sedang berjalan santai dilorong belakang. Tujuan utamanya adalah ketaman belakang sekolah untuk mencuri mangga yang ada disana.
Sebenarnya tadi ia ingin mengajak duo sejoli a.k.a. Daniel and Raja. Namun tidak jadi karna nanti jika mengajak mereka, mereka akan heboh dan berakhirlah dikejar oleh bu Retno seperti kemaren.
Sesampainya di taman belakang ia mengedarkan pandangannya menoleh kesekitarnya. Dirasa aman ia pun segera melanjarkan aksinya yaitu mengambil mangga yang bergelantungan dipohon.
Mata Liora berbinar saat melihat dua buah mangga besar yang sudah agak mengkuning. Tanpa berfikir panjang ia langsung menarik bangku usang yang ada disana lalu meletakkan tepat dibawah mangga tersebut.
Liora mulai menaiki bangku tersebut sebagai alat bantu untuk mengambil mangga tersebut. Ia berusaha meraih mangga yang tak jauh dari jangkauan tangannya hingga tak sadar jika terdapat seekor ular pohon yang merasa terusik dengan pergerakkannya.
Ular tersebut langsung mematuk lengan Liora membuat Liora menjerit karna merasakan sakit yang luar biasa ditangannya. Liora langsung oleng kesamping dan terduduk dirumput sambil meringis memegangi tangannya.
...
...
...
Disisi lain Alvero sedang celingak celinguk mencari keberadaan seorang gadis yang sedari tadi ia cari. Siapa lagi kalo bukan Liora. Tadi waktu istirahat pertama Liora langsung pergi begitu saja tanpa pamit dengan dirinya. Dan Arkan memintanya untuk mencari gadis itu, Salahkan saja dirinya yang mau mau saja disuruh.
"Eh eh, gua mau nanya. Lo liat Liora kaga?" tanya Alvero pada seorang gadis yang kebetulan lewat.
"Tadi kalo gak salah dia jalan ketaman belakang" ucap gadis itu.
"Oh yaudah makasih" kata Alvero lalu berjalan menuju taman belakang.
Sesampainya disana ia menyipitkan matanya saat melihat seorang gadis sedang duduk dirumput sambil menunduk. Ia tak bisa melihat siapa gadis itu karna posisi gadis itu membelakanginya. Tanpa berfikir panjang ia langsung mendekati gadis itu.
"Hei- LO KENAPA RAA?!!" pekik Alvero saat melihat Liora dengan wajah pucat dan keringat dingin membanjir diwajahnya.
"Sa-kit" jawab Liora terbata bata karna menahan sakitnya.
Alvero tersentak kaget saat melihat lengan yang sedari tadi dipegang oleh Liora. Ia bisa melihat ada 2 luka kecil yang sepertinya adalah bekas gigitan ular.
Alvero langaung melepas sleyer yang tadi ia pakai lalu mengikatkannya ke lengan Liora.
"Ck, tahan! jangan tutup mata lo" peringatnya melihat kesadaran Liora mulai menghilang.
Setelah selesai Alvero langsung mengangkat Liora ala bridal styel lalu berlari menuju parkiran yang lumayan jauh dari taman belakang.
Tanpa memperdulikan semua pandangan heran dari siswa siswi yang melihatnya yang sedikit berlari menggendong Liora, karna bel masuk belum berbunyi.
Saat berlari melewati lapangan upacara tanpa sengaja ia bertemu dengan Arkan dkk yang terkejut dengan dirinya yang sedang menggendong Liora dengan tergesa gesa.
"Eh eh eh, itu Liora kenapa?" panik Raja melihat Liora yang sudah menutup matanya digendongan Alvero.
"Digigit ular" ucap Alvero terus berlari tanpa menghiraukan mereka yang panik.
"Kok bisaa?" pekik Arkan melebarkan bola matanya menyusul Alvero yang sedang berlari kearah parkiran dan diikuti yang lain.
Sesampainya diparkiran Alvero langsung membuka pintu mobilnya lalu mendudukkan Liora dikursi penumpang, setelah memastikan Liora aman ia langsung berlari mengitari mobilnya lalu masuk kedalam dan mulai menjakankan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Sedangkan Arkan dan yang lain menatap manar kepergian mobil Alvero yang melaju dengan kencang. Mereka... terlambat untuk ikut serta mengantarkan Liora kerumah sakit.
"Susul aja yuk" ajak Rangga.
"Pake?"
"Ya motorlah goblok!" maki Arkan pada Daniel lalu berjalan menuju motornya dan mulai menjalankan motornya diikuti yang lain.
.
.
.
"DOKTER!! WOI CEPET TOLONGIN CEWEK GUA SETAN!" teriak Alvero menggelegar dikoridor rumah sakit. Berlari menggendong Liora yang sudah tak sadarkan diri, mendengar teriakan Alvero dokter langsung menghampirinya dengan beberapa suster yang mendorong bankar.
Liora langsung dibawa keruang UGD karna keadaannya yang sudah sangat parah.
Alvero duduk dikursi depan UGD dengan wajah cemas. Entahlah mengapa Alvero sangat perduli pada Liora tapi dari hatinya yang paling dalam ada rasa perduli yang sangat besar tersimpan disana.
Sedangkan Arkan dkk sudah sampai dirumah sakit dan berjalan menghampiri Alvero dengan wajah yang sama sepertinya... Cemas, itulah yang dirasakan mereka saat ini.
Ceklek..
Pintu dibuka menampilkan seorang doker dan beberapa perawat keluar dari ruangan tersebut.
"Keluarga pasien?" ucap dokter itu, mereka yang sedang melamun pun tersadar dan menghampiri dokter tersebut.
"Saya abangnya dok" jawab Arkan "Gimana keadaan adik saya?" lanjutnya.
"Untung saja pasien cepat dibawa kesini dan diberi pertolongan pertama dengan mengikat bagian dekat luka gigitan ular tersebut hingga racunnya tidak menyebar luas. Saat ini pasien belum sadarkan diri, dan jika sampai besok pasien belum sadarkan diri pasien dinyatakan koma karna racun ular yang masuk kedalam tubuhnya lumayan berbahaya" jelas dokter itu panjang kali lebar dan membuat mereka menegang ketika mendengar kata 'koma'.
"Baiklah, kalau gitu saya permisi. Pasien akan segera kami pindahkan kerua-"
"VVIP dok" potong Arkan.
"Baik, saya permisi"
_-_
Saat ini Alvero berada diruang tempat dimana Liora dirawat. Sebenarnya tadi ada anggota inti yang lain dan kedua orang tua Liora, namun mereka tadi izin pergi ke katin dan jadilah Alvero sendirian menjaga Liora.
"Raa, buka mata lo dong" ucap Alvero sambil memainkan jari jari mungil milik Liora.
"Gua kesepian tau gak ada yang bisa diusilin."
"Janji deh nanti kalo lo bangun gua beliin es krim, seblak, bakso, sate, banyak deh pokoknya" ucap Alvero meyakini.
"Tapi lo harus bangun dulu..."
"Ihss, 'kan gua malah kayak orang gila gara gara lo!" omel Alvero.
"Ck, Raa. Bangun dongg, gua gak ada temen nih."
Alvero terus saja berbicara sedari tadi agar Liora mau bangun, tapi hasilnya tetaplah sama. Belum juga ada tanda tanda Liora akan membuka matanya.
Alvero mengendus kesal karna sedari tadi orang yang ia ajak berbicara tak kunjung bangun. Ia menautkan jari jari tangannya di antara jari jari milik Liora. Lalu meletakkan kepalanya kasur samping Liora dengan menggenggam tangan mereka dan mulai memejamkan matanya pergi kealam mimpi.
Disisi lain Arkan dkk bersama Dani dan Sisil melihat semua yang dilakukan oleh Alvero selama didalam. Mereka mengintip lewat kaca trasparan yang ada dipintu ruang rawat Liora.
"Mereka cocok ya mi" ucap Dani tersenyum senang menatap Sisil disebekahnya.
"Iya pih, cocok" jawab Sisil sambil terkekeh.
"Walaupun sering berantem, tanpa mereka sadari mereka juga saling menjaga satu sama lain" ujar Arkan.
"Iya, gua juga baru nyadar kalo semenjak kehadiran Liora di hidup Alvero jadi semakin berwarna" sambung Raja.
"Ekhem, maaf tuan, nyonya, Kenapa kalian berdiri disini? kenapa tidak masuk? permisi saya ingin masuk untuk memeriksa keadaan Liora" ucap seorang perawat menatap mereka aneh. Sedangkan yang mereka yang ketangkap basah langsung bergerak mencari kesibukkan masing masing dan menahan malu.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvelio
Teen Fiction(HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA.) Ferya Liora Prawijaya gadis cantik dengan sifat barbar-Nya. Liora merupakan seorang badgril disekolahnya, why? karna kelakuannya yg nauzubilah nakalnya. Bolos? kerjaannya Tauran? hoby Ruang BK? rumah kedua Temen cowo...