Victor menatap jalanan sekitarnya dengan malas, ia sudah berada di Jakarta sejak kemarin dan hari ini ia memutuskan untuk berkeliaran meski keadaan sedang hujan deras.
Sudah sejak 2 jam yang lalu ia mengendarai motornya dengan arah acak, ia tidak jauh dari rumahnya karena ia lupa bagaimana seluk beluk Jakarta setelah 20 tahun kembali ke Manchester.
Victor menghentikan motornya di sebuah warung yang sedang tutup, dilepasnya helm miliknya dan berjalan menuju tengah jalan yang sepi pelintas itu. Dengan mata tertutup ia menikmati tetesan hujan yang cukup keras, senyumannya terbit merasakan bagaimana hujan yang selama ini ia cintai.
Dari jarak 10 meter, seorang gadis menatap Victor dengan aneh. Ia tidak menyukai hujan, itu sebabnya melihat Victor yang begitu menikmati guyuran membuatnya merasa aneh.
DUARR!!
Gadis itu spontan menutup telinganya saat suara petir mengejutkannya, pandangannya kembali menatap pria asing yang masih asik dengan hujannya. Pria itu sama sekali tak terusik dengan suara petir yang begitu lantang.
Saat kilat kembali menyala lebih terang dari sebelumnya, entah ada apa gadis itu langsung berlari kearah pria asing itu. Namun sayang belum sempat sampai ke arahnya, petir kembali terdengar dengan keras.
Setelah rasa terkejutnya mulai reda akibat petir, gadis itu kembali berlari menghampiri pria yang kini tampak tengah berjalan kecil mengelilingi jalanan.
"Hei rambut jagung!"
Victor yang mendengar suara gadis yang cukup lantang, lantas menoleh ke belakang. Merasa bukan namanya, Victor kembali berjalan dan menutup matanya menikmati setiap tetesan hujan.
"Astaga apa telingamu tidak berfungsi?!"
Dengan kesal gadis itu menghampiri Victor dan menarik tangannya untuk menepi. Merasa risih dengan perlakuan gadis asing di depannya, Victor langsung menghempas tangan itu dengan tatapan marah.
"Apa kau tidak memiliki sopan santun!?!"
"Jangan gila! Kau bermain hujan di saat petir selalu menyambar? Dimana otakmu?"
"Apa pedulimu." ketus Victor yang kemudian menghampiri motornya.
Gadis itu menatap kepergian Victor dengan kesal, hidungnya kembang kempis akibat emosinya. Telunjuknya terangkat menunjuk sosok asing yang mulai terlihat menjauh,
"Awas kau!"
"Bedebah menjengkelkan."
"Karenamu aku jadi basah sekarang."
Rosie Baileyㅡ gadis itu menatap penampilannya yang kini sudah basah kuyup. Ia menggeram kesal dan kembali ke mobilnya dengan sopir yang setia menunggunya.
"Jalan!"
Rosie bersandar pada jok mobil tanpa peduli dengan keadaannya yang basah, dengan tangan bersedekap dada ia menutup matanya sambil meredakan rasa kesalnya.
Baru saja ia menginjakkan kaki di Indonesia namun nasib sial langsung menghampirinya. Rosie bukan gadis Indonesia, ia hanya warga asing yang harus tinggal di Indonesia selama 2 tahun.
Rosie adalah putri tunggal dari keluarga Bailey yang merupakan penduduk asli Australia, dan ini adalah kali ketiganya ia berkunjung ke Indonesia. Meski sudah tiga kali, namun gadis itu masih belum terbiasa dengan bahasa indonesia, ia cenderung kaku dalam pengucapannya juga penggunaan kalimatnya. Mengenai pria asing itu, Rosie rasa pria itu juga bukan orang asli Indonesia. Surai pirangnya itu tampak asli, juga aksen yang ia ucapkan terdengar seperti turis. Ah sudahlah biarkan saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] PLUVIOPHILE
FanfictionMenawan, kaya raya, dan terkenal. Hidup seakan begitu sempurna bagi Victor dan Rosie. Diliput media, wara-wiri di televisi, hingga didambakan banyak pihak untuk menjadi brand atas produknya telah mereka dapatkan. Namun, siapa sangka duka mendalam be...