IV

1K 202 21
                                    

Victor yang tengah menikmati kota di malam hari merasa sedikit janggal. Sejak pagi ia tak bertemu dengan Rosie barangkali sekali saja, biasanya gadis kasar itu selalu berlalu lalang disana dan disini, bahkan jika dipresentasekan hanya 0.001% bagi Victor tidak bertemu Rosie, namun hari ini?

Victor menggelengkan kepalanya dengan kuat,

"Aish ku pikir aku sudah gila."

Victor terus berjalan sambil tangan kirinya membawa sebuah burger yang baru saja ia beli. Sekarang sudah jam 9 malam, namun pria itu masih bersantai di luar.

Drrtt drrtt!

Saat ponselnya berdering, Victor langsung mengambilnya dari saku celananya dan mendapati nama Jinan di layarnya.

"Dimana kau?"

"Kau tau kemana aku pergi."

"Terserah, cepat kembali karena besok kita akan berangkat."

"Hm."

Tutt!!

Setelah menyimpan kembali ponselnya, Victor mulai mencari taksi kosong yang bisa ia tumpangi. Entah ada apa malam ini ia memilih berjalan kaki ketimbang menaiki mobil merah kesayangannya.

"Taksi!" panggilnya sambil melambaikan tangan kanannya saat sebuah taksi hendak melintas.

Selama perjalanan Victor masih menikmati burgernya dengan santai, masker yang sedari tadi ia pakai kini sudah terlepas dan memperlihatkan wajah tampannya. Victor tahu sopir taksi yang ia tumpangi saat ini diam diam menatap Victor sambil tersenyum senang, siapa yang tidak mengenal Victor Dominic? Bahkan disetiap sudut para gadis selalu membicarakannya.

Saat tiba di depan apartemen Jinan, Victor memberikan beberapa lembar uang kepada sopir tersebut.

"Ambil kembaliannya." ucap Victor yang kemudian keluar begitu saja.

Dengan santai ia mencari lift yang kosong untuk membawanya menuju unit apartemen milik Jinan. Akhir akhir ini Victor memang memilih tinggal di apartemen Jinan ketimbang rumahnya, ia hanya bosan di rumahnya yang hanya berisi para asisten rumah tangganya yang selalu menunduk setiap kedatangannya.

Saat memasuki apartemen Jinan, Victor mengernyit heran mendapati keadaan ruangan yang cukup berantakan. Langkah Victor membawanya masuk lebih dalam dan mendapati Jinan yang mondar mandir sambil membawa pasta gigi juga handuk.

"Ada apa?"

"Jeon baru saja mengabariku, dia tidak berada di Busan saat ini."

"Lalu?"

"Jeon pergi ke Seoul sejak kemarin dan baru kembali dua minggu setelahnya, kau tau tiket kita menuju Busan bukan Seoul."

"Apa masalahnya? Setelah tiba di Busan kita bisa menaiki kereta atau bus menuju Seoul."

"Itu sama sekali tidak praktis, Victor!"

"Memang, salahkan saja dirimu yang tak bertanya pada Jeon lebih dulu."

"Yak! Kau yang memiliki ide, kau yang mengajakku ke Busan."

"Apa aku menyarankanmu untuk tidak mengabari Jeon?"

"Setidaknya kau harus memiliki inisiatif."

"Untuk apa? Uangku banyak jika hanya untuk membeli tiket."

"Ini bukan masalah uang."

"Lalu?"

"Ini masalah waktu dan tenaga."

"Jangan bersikap seolah kau manusia paling sibuk."

"Ya memang, siapa lagi jika bukan aku yang memasak untukmu? Membangunkanmu hingga mengomel padamu?"

[✓] PLUVIOPHILE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang