Dengan buket bunga mawar putih di tangan kanannya serta satu box coklat di tangan kirinya, Victor terus memanggil Rosie dari depan gerbang. Namun, bukannya Rosie yang datang melainkan penjaga gerbang rumah yang kala itu sempat menegurnya.
"Kau mencari Nona Rosie?"
"Kau pikir aku akan mencari Selena Gomez di sini?" Ketus Victor.
Satpam tersebut hanya menghela napas pasrah dan mendekat ke arah Victor tanpa membuka pintu gerbang, "Nona Rosie pergi ke Thailand untuk beberapa hari."
"A-apa? Thailand katamu? Tapi kenapa? Dan berapa lama?" Tanya Victor beruntun.
"Aku tidak tau, Tuan. Kau bisa menanyakan langsung pada Nona Rosie nanti, pesawatnya sudah berangkat sejak dua jam yang lalu."
Victor mendesah kecewa dan berbalik untuk kembali ke apartemen, jujur saja ia merasa kecewa karena Rosie pergi tanpa mengabarinya. Namun, jika dipikir-pikir Rosie juga tidak salah, mengingat keduanya kini menyandang status sebagai mantan kekasih.
Sambil berjalan menuju jalan utama agar mendapatkan taksi, Victor terus menatap bunga dan coklat di masing-masing tangannya. Entah pada siapa kini ia harus memberikannya.
"Ah sudahlah, lagipula Jinan pasti akan memakan coklat ini dengan senang hati."
Tangannya melambai kala satu taksi hendak melintas, dengan segera ia memasukinya dengan kedua tangan setia memegang erat buket bunga dan coklatnya. Selama perjalanan pulang, ia benar-benar mirip seperti anak muda yang tengah patah hati karena ditolak oleh pujaan hatinya. Melihat wajahnya begitu kusut, bahkan bibirnya melengkung ke bawah dengan pandangan larat ke arah bunga.
"Bunga ini memang cantik sepertimu, hanya saja kau tetap menyebalkan. Apa sulitnya menghubungiku dan mengatakan kau akan ke Thailand? Memangnya bunga dan coklat ini tak membutuhkan uang? Aku juga perlu tenaga untuk pergi ke rumahmu, bodoh!" Gerutu Victor tanpa mempedulikan sang sopir sang meliriknya aneh.
Tiba di gedung apartemennya, Victor membuang buket bunga tersebut ke dalam tempat sampah tanpa beban. Toh untuk apa ia simpan? Menunggu Rosie kembali pun bunga itu sudah layu duluan.
Tubuh tegap itu menyusuri lantai di mana kamarnya berada, begitu membuka pintu pemandangan Jinan berjalan kesana-kemari membuatnya mendengus.
"Kau mau coklat?" Tanya Victor sambil berjalan masuk.
"Kenapa tiba-tiba?" Heran Jinan.
"Jangan banyak tanya!" Serunya dengan melempar box coklat tersebut ke arah Jinan.
"CEPAT KEMASI BARANGMU ATAU BESOK KAU AKAN TERBURU-BURU!"
Victor yang sudah berada di dalam kamar hanya mendengus malas mendengar teriakan Jinan. Memang benar besok ia dan Jinan akan ikut David untuk kembali ke Manchester, tanah kelahirannya. Itu sebabnya Victor berniat menyelesaikan semuanya hari ini, namun siapa sangka Rosie justru berada di Thailand.
Dengan malas ia menghampiri kopernya untuk segera ia masukkan semua barang-barangnya, ia sudah terlampau lama berada di Sydney. Sedangkan pekerjaannya harus kembali ia mulai, mau tidak mau. Persetan dengan pandangan orang lain untuknya, yang terpenting ia harus bisa menghasilkan pundi-pundi uang untuk masa depannya bersama Rosie, semoga saja.
Mulai dari pakaian, beberapa lembar kertas yang menyatu dalam satu map, kamera, beberapa foto, dan barang lainnya selesai dikemas oleh Victor dalam waktu satu jam. Setelahnya Victor memilih meminta coklat panas pada Jinan meski ia harus menerima omelan Jinan sebelum segelas coklat panas.
Keduanya duduk bersebelahan di sofa, membiarkan uap panas mengepul sesukanya. Keduanya hanya diam tak bersuara, seakan-akan tak ada pembicaraan yang cocok untuknya. Baik Victor maupun Jinan hanya asyik menyeruput coklat panasnya, David pun pergi menemui Andrew entah sejak kapan keduanya menjadi semakin dekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] PLUVIOPHILE
FanfictionMenawan, kaya raya, dan terkenal. Hidup seakan begitu sempurna bagi Victor dan Rosie. Diliput media, wara-wiri di televisi, hingga didambakan banyak pihak untuk menjadi brand atas produknya telah mereka dapatkan. Namun, siapa sangka duka mendalam be...